Fatwapedia.com – Siapakah guru atau pendidik luar biasa yang patut dicontohi oleh guru? Teladan yang patut dicontohi oleh guru ialah Rasulullah ﷺ. Nabi Muhammad ﷺ adalah pendidik yang pertama dan terulung dalam pendidikan. Proses transformasi ilmu, menghayati nilai kerohanian dan bimbingan emosi yang dilakukan oleh beliau boleh dikatakan sebagai keajaiban luar biasa.
Sebagai seorang pendidik, Nabi ﷺ dibekali Allah dengan tiga perkara yang membantu baginda mencapai kejayaan dalam menjalankan tugas.
Pertama, empati, belas kasihan, dan cita-cita untuk kejayaan dan kejayaan umatnya. Nabi mendidik umatnya atas dasar empati dan belas kasihan. Beliau hanya mempunyai satu cita-cita iaitu bagaimana menjadikan umatnya berjaya dan berjaya di dunia dan akhirat.
Kedua, berkata benar (shiddiq) dan boleh dipercayai (al-amin). Apa yang Nabi sampaikan adalah kebenaran. Dia tidak pernah menyampaikan apa yang tidak didedahkan kepadanya. Sifat ini harus dimiliki oleh seorang pendidik. Sampaikan atau ajar apa yang diketahui, bukan yang tidak diketahui.
Ketiga, berjuang tanpa pamrih. Nabi ﷺ tidak pernah memikirkan tentang ganjaran atas pengajaran yang diberikan kepada sahabatnya.
Jadi, bagaimana dan apakah kaedah yang digunakan oleh Rasulullah untuk mendidik para sahabat? Memetik kitab Ashkitab Ar-Rasul Al-Mu’allim wa Asalibuhu fi At-Ta’lim hal 64-125 sekurang-kurangnya terdapat 10 kaedah yang digunakan oleh Rasulullah untuk mendidik para sahabat.
1. Jika Rasulullah ﷺ memerintahkan sesuatu maka beliau sudah melakukannya terlebih dahulu. Ini menunjukkan bahwa pengajaran dengan contoh perilaku lebih kuat pengaruhnya dari pada hanya sekedar nasihat lewat ucapan.
2. Rasulullah ﷺ sangat memerhatikan urutan terpenting dalam mengajar. Beliau ﷺ mendahulukan hal yang terpenting dari yang penting, satu demi satu, hingga pendengar dapat mencerna semua yang beliau ﷺ sampaikan dengan runtut dan tersusun rapi.
Diriwayatkan dalam Sunan Ibnu Majah, dari Jundab bin ‘Abdillah beliau berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah ﷺ ketika kami masih seusia anak-anak, kami mempelajari keimanan sebelum kami belajar Al-Qur’an, setelah selesai, baru kami belajar Al-Qur’an, sehingga iman kami bertambah kuat”.
3. Rasulullah ﷺ menghindari timbulnya rasa bosan ketika mengajar, dan seimbang dalam waktu mengajar. Oleh karena itu, beliau ﷺ mengusahakan untuk memilih waktu yang tepat, dengan melihat keadaan sahabat-sahabat beliau.
4. Rasulullah ﷺ sangat memerhatikan keadaan pribadi setiap murid-muridnya. Rasulullah ﷺ tidak akan mengajarkan ilmu yang sulit kepada orang yang baru belajar. Beliau ﷺ akan mengajar sesuai dengan kadar pehamanan dengan memberikan pengetahuan yang cocok dengan akal yang dimiliki oleh para sahabat-sahabatnya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda kepada Mu’adz bin Jabal: “tidaklah seorang hamba bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, secara jujur dari hatinya, kecuali Allah akan haramkan dia untuk masuk neraka”.
Kemudian Mu’adz bin Jabal bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah aku sebarkan hadits ini kepada yang lain agar mereka dapat mengambil kabar gembira?”, Rasulullah ﷺ menjawab: “Jangan! Nanti mereka bergantung dengan ini”. Hadits ini akhirnya disampaikan oleh Mu’adz sesaat sebelum ia wafat.
Difahami dari hadits ini bahwa ada ilmu-ilmu yang dikhususkan untuk pribadi tertentu agar tidak disalah fahami oleh orang yang memiliki kadar pehamanan yang berbeda. Sebagaimana komentar Al-Badr Al-‘Aini dalam ‘Umdah Al-Qari (2/207).
Rasulullah ﷺ menjawab pertanyaan-pertanyaan penanya sesuai dengan keadaan, tujuan, dan kemampuan mereka. Ini dapat ditemukan pada hadits-hadits beliau ﷺ, ketika ditanya tentang amal apa yang paling baik, pada satu keadaan beliau ﷺ menjawab; shalat di awal waktu, pada saat keadaan lain beliau ﷺ menjawab; berbakti pada orang tua. Ini semua menyesuaikan keadaan penanya.
Contoh yang lain, dalam hadits riwayat ‘Abdillah bin ‘Amr, Rasulullah ﷺ pernah ditanya oleh seseorang; Islam yang bagaimana yang paling baik?, Rasulullah ﷺ menjawab: “Memberikan makan, mengucapkan salam baik bagi orang yang kamu kenal maupun tidak”.
Dalam hadits lain dengan riwayat yang sama, ada seseorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ dengan pertanyaan yang sama, Rasulullah ﷺ menjawabnya dengan jawaban yang berbeda: “Islam yang paling baik, adalah orang yang menjaga lisan dan tangannya dari orang muslim yang lain”.
5. Terkadang, Rasulullah ﷺ Mengajar dengan sistem interaktif dengan memberi pertanyaan kepada audiens, agar para pendengar menjadi penasaran dengan jawabannya, dan membuat mereka berfikir untuk bisa menjawab.
Salah satu contohnya dalam Shahih Muslim, ada hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah, Rasullulah ﷺ bersabda: “Apakah kalian tau siapakah orang yang merugi?”.
Kemudian para sahabat menjawab: “orang yang merugi adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta benda”.
Rasulullah ﷺ menimpali dengan bersabda: “orang yang merugi dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalat, puasa, dan zakat, sedangkan dia pernah mencaci fulan, menuduh fulan, memakan harta fulan, membunuh fulan, dan memukul fulan. Akhirnya kebaikan dia diberikan kepada mereka, jika sudah habis, maka dosa mereka dipindahkan kepada dia, kemudian ia dilemparkan ke api neraka”.
Termasuk dari contoh cara pengajaran dengan melempari pertanyaan adalah hadits yang terkenal dengan hadits Jibril, yang mana malaikat Jibril menanyakan hal-hal seputar iman, Islam, dan Ihsan kepada Rasulullah ﷺ.
6. Terkadang juga, Rasulullah ﷺ bertanya kepada para sahabat dengan tujuan menggali potensi kecerdasan yang dimiliki oleh sahabatnya.
7. Rasulullah ﷺ juga terkadang mengajarkan dengan pendekatan Qiyas dalam hukum, dan menjelaskan sebab dari jatuhnya sebuah hukum. Sehingga, para sahabat menjadi lebih mudah untuk memahami inti dari sebuah perkara.
8. Seringkali Rasulullah ﷺ memberikan gambaran contoh atau perumpamaan yang tidak asing bagi pendengar, agar para audiens dapat menyerap lebih cepat apa yang disampaikan.
Para ulama Balaghah juga sepakat bahwa memberikan contoh dan perumpamaan merupakan hal yang sangat penting dalam mengungkapkan hal yang masih samar. Sebagaimana Allah juga memberikan banyak perumpamaan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Perumpamaan teman yang baik seperti orang yang memiliki minyak misk, jika kamu tidak mendapatkan bagian dari minyak misk, setidaknya kamu bisa mendapatkan harumnya”.
9. Rasulullah ﷺ pernah memberikan pelajaran dengan menggambarkannya diatas tanah atau pasir. Jika diaplikasikan kedalam masa sekarang, maka seorang pengajar sangat dianjurkan menggunakan papan tulis untuk mengajar, agar memudahkan murid menangkap pelajaran.
10. Selain menggunakan kata-kata, Rasulullah ﷺ juga terkadang menggunakan isyarat dengan jari jemarinya, sebagaimana hadits yang menjelaskan kedudukan orang yang mengurus anak yatim.
Sebagai seorang guru atau pendidik, semoga kita dapat mengaplikasikan kunci kejayaan Nabi dan kaedah Nabi dalam mendidik kita dan kita akan mencontohinya sebaik mungkin. Adalah menjadi harapan kita agar di negara ini lahir generasi yang berakhlak mulia, seperti hari-hari sabat yang diuji iman, amal dan kecerdasannya. Amin.
Sumber: Ringkasan dari kitab Ar-Rasul Al-Mu’allim wa Asalibuhu fi At-Ta’lim hal 64-125.