Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Fatwapedia.com – Siapa yang tidak mengenal namanya, hampir mayoritas kaum muslimin telah mengenal imam Nawawi meskipun hanya sebatas nama. Namun ini menjadi fakta yang tak terbantahkan akan popularitasnya di kalangan umat Islam. Lantas apa saja fakta lain dari ulama yang bergelar Penghidupnya Agama ini? Simak fakta-faktanya dibawah ini.
1. Al Imam Nawawi rahimahullah adalah ulama besar dalam mazhab Syafi’i yang karya-karyanya mendunia. Kitab- kitab yang ditulisnya hampir semuanya diterima oleh kalangan manapun, bukan hanya di lingkungan madzhabnya syafi’iyyah saja.
2. Beliau adalah bintangnya ulama pada masanya. Sehingga para ahli ilmu mengggelarinya dengan julukan Muhyiddin yang artinya sang penghidup agama. Karena dengan ilmu dan dakwahnya seakan-akan agama ini hidup kembali di tangannya.
3. Sejak masa kecil, ia dikenal sangat rajin dalam belajar. Dalam sehari Nawawi kecil menghadiri 12 pelajaran dari cabang ilmu yang berbeda. Hampir waktunya habis hanya untuk menulis dan membaca pelajaran.
Riwayat menyebutkan, ia pernah menangis karena dipaksa oleh teman-temannya untuk ikut bermain bersama mereka.
4. Karena sibuknya beliau dalam mengajar dan menulis kitab, diriwayatkan bahwa beliau sering lupa makan dan beristirahat. Saudarinya yang biasanya akan datang menyuapinya dalam kondisi ia terus sibuk berkutat dengan pena dan buku.
Sebagian riwayat menceritakan beliau selama beberapa tahun tidak pernah tidur dengan menyengaja tidur. Artinya tidurnya sambil duduk diantara tumpukan kitab-kitabnya karena kelelahan.
5. Imam Nawawi menyelesaikan hafalan Qur’annya sebelum usia baligh. Beliau juga menghafal beberapa kitab seperti at Tanbih, al Muhadzdzab dan beberapa kitab lainnya termasuk shahih muslim.
Ketika menulis syarah shahih Muslim beliau menjelaskan hadist-haditsnya berikut sanadnya lewat hafalan karena memang tidak memiliki kitabnya.
6. Beliau adalah rujukan para ulama bila terjadi perkara yang sulit dan pelik. Hal karena selain sang imam memiliki ilmu yang mumpuni, juga keberanian menyuarakan kebenaran.
Seperti ketika terjadi kasus penyitaan atas dua taman di Syam oleh negara, maka beliaulah yang tampil untuk menyelesaikannya.
Dalam fiqih beliau adalah sandaran utama bagi para pengikut mazhab syafi’i, sedangkan dalam ilmu hadits beliau termasuk yang telah sampai derajat Hafidz (hafal 1 juta hadits).
7. Al Imam Nawawi memiliki karya tulis dalam jumlah yang sangat banyak yang meliputi berbagai disiplin ilmu mulai dari adab, akhlaq, bahasa, fiqih, hadits dan lainnya yang semuanya rata-rata menjadi ‘best seller’.
Karya beliau dalam ilmu Fiqih yakni Majmu’ syarah al Muhadzab, disebut sebagai kitab perbandingan mazhab terbaik seandainya beliau bisa menyelesaikannya. Syarah shahih Muslim adalah kitab terbaik yang menjelaskan shahih muslim.
Bahkan tahukah antum ? Karya beliau yang berjudul Riyadhus Shalihin adalah kitab terpopuler kedua di dunia, hanya kalah dari satu kitab, yakni al Qur’an !
8. Siapa yang tidak kenal dengan pakar bahasa Arab yang bernama Ibnu Malik ? Yang dalam ilmu Nahwu beliau adalah salah satu puncak ilmu. Dengan level kepakaran setinggi ini ternyata sanggup disusul oleh An-Nawawi sehingga beliau berani mengkritiknya.
Bahkan karena fasihnya bahasa tulis Nawawi, sampai-sampai Ibnu Malik, berminat menghafal Minhaju Ath-Thalibin karena kekaguman akan keindahan bahasanya.
9. Tidak terkira banyaknya pujian ulama kepada beliau. Jika kita sebutkan semua, niscaya cukup untuk membuat tulisan ini penuh sesak dengan sanjungan untuknya.
Abul Abbas bin Faraj mengatakan tentangnya: “Syaikh (imam Nawawi) telah berhasil meraih tiga tingkatan yang mana satu tingkatannya saja sangat sulit seseorang untuk meraihnya.
Tingkat pertama adalah ilmunya yang sangat luas.
Tingkat kedua adalah zuhud dan keshalihannya dalam agama.
Tingkat ketiga adalah keberanian dan kepiawaiannya dalam beramar ma’ruf nahi munkar.”
10. Imam Nawawi dikenal tegas dan berani dalam beramar ma’ruf nahi munkar, terutama dalam mengingatkan penguasa. Ia pernah diasingkan oleh Raja Dzahir ke kampungnya karena menolak pajak yang akan dipungut oleh negara.
Dan setelah sekian waktu, ketika utusan sang raja memintanya kembali ke Ibu kota beliau dengan tegas mengatakan : “Aku tidak akan memasuki kota tersebut, selama si Dzahir masih hidup.”
11. Beliau wafat dalam usia yang masih tergolong muda, yakni 46 tahun dan belum sempat menikah. Ketika hari kewafatannya ada yang mengeluhkan kenapa beliau tidak menikah sehingga punya anak yang dimungkinkan bisa meneruskan keilmuannya.
Imam Nawawi justru menjawab : “Kenapa baru sekarang kalian mengingatkanku???”
Subhanallah. Nikah saja sampai lupa, karena asyiknya dalam berkarya dan berdakwah. Sedangkan kebanyakan kita yang diingat cuma nikah, begitu nikah yang pertama dilupakan adalah dakwah….