Fatwapedia.com – Membaca doa istiftah untuk sholat malam sama hukumnya dengan sholat fardhu yaitu disunnahkan. Al-Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam “al-Majmû (3/192) :
فيستحب لكل مصل من: إمام، ومأموم، ومنفرد، وامرأة، وصبي، ومسافر، ومفترض، ومتنفل، وقاعد، ومضجع، وغيرهم، أن يأتي بدعاء الاستفتاح عقب تكبيرة الإحرام
“Dianjurkan bagi setiap orang yang sholat, baik itu Imam, makmum, sholat sendirian, wanita, anak-anak, musafir, sholat fardhu, sholat sunnah, sholat dengan duduk, dengan berbaring dan selainnya, ia membaca doa istiftah setelah takbiratul ihram.” -selesai-.
Pada asalnya doa istiftah untuk sholat malam dapat menggunakan doa istiftah yang biasa dibaca pada sholat Fardhu. Asy-Syaikh Muhammad Shalih al-Munajid hafizhahullah setelah menyebutkan beberapa bentuk lafazh doa istiftah, lalu beliau berkata :
الصيغ التي سبق ذكرها في الأحاديث ، منها ما جاء عاماً من غير تقييد بصلاة الليل ، فهذه تقال في الفريضة والنافلة
“Lafazh yang telah disebutkan dalam hadits-hadits tersebut, diantaranya ada yang berbentuk umum tanpa dikaitkan dengan sholat malam, maka ini bisa dibaca juga untuk sholat wajib dan sunnah.”
Kemudian beliau melanjutkan terkait doa istiftah yang disebutkan khusus untuk sholat malam, kata beliau :
وأما ما جاء من الاستفتاحات فيه التنصيص على صلاة الليل – وهو الغالب في الأدعية الطويلة – ، فالسنة والأفضل أن يأتي بها الشخص في قيام الليل
“Adapun istiftah yang disebutkan dalam nash itu pada sholat malam -umumnya doanya panjang-panjang – maka yang sunnah dan yang utama seseorang membacanya pada saat mengerjakan sholat malam.”
Al-Imam al-Albani rahimahullah dalam kitab monumentalnya “Sifat Sholat Nabi” menyebutkan beberapa lafazh doa istiftah yang ternashkan bahwa itu pada sholat malam yaitu :
1. Doa Iftitah menurut Hadits riwayat Muslim (1/534) :
اَللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيْلَ، وَمِيْكَائِيْلَ، وَإِسْرَافِيْلَ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ. اِهْدِنِيْ لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ تَهْدِيْ مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ
“Ya Allah, Tuhan Jibrail, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum (untuk memutuskan) apa yang mereka (orang-orang kristen dan yahudi) pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizin dariMu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.”
2. Doa Iftitah menurut Hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud dan selainnya :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا هب من الليل كبر عشرا وحمد عشرا وقال سبحان الله وبحمده عشرا وقال سبحان الملك القدوس عشرا واستغفر عشرا وهلل عشرا ثم قال : اللهم أعوذ بك من ضيق الدنيا وضيق يوم القيامة عشرا ثم يفتتح الصلاة
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila terbangun di malam hari bertakbir sebanyak sepuluh kali dan bertahmid sebanyak sepuluh kali lalu berdoa; ‘Maha Suci Allah dan dengan memuji kepada-Nya’ sebanyak sepuluh kali pula, lalu berdoa pula ‘Maha Suci Tuhan dan Maha Qudus’ sebanyak sepuluh kali dan beristighfar sebanyak sepuluh kali serta bertahlil sebanyak sepuluh kali. Kemudian beliau mengucapkan ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan dunia dan kesempitan hari kiamat’ sebanyak sepuluh kali. Setelah itu barulah beliau memulai shalatnya. (HR. Abu Daud).
3. Doa Iftitah menurut Hadits riwayat Abu Dawud juga dan selainnya :
ُ اللَّهُ أَكْبَرُ ثَلَاثًا ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
“Allahu Akbar” tiga kali dzul malakuuti wal Jabaruuri wal kibriyaa`i wal ‘adzamati (Mahasuci Dzat yang memiliki kerajaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan)”.
Al-Imam al-Albani dalam kitab yang diterbitkan setelah beliau wafat “Ashlu Sifat Sholat Nabi” (1/265) memberikan faedah terkait doa istiftah diatas :
ولا ينفي ذلك مشروعيتها في الفرائض أيضاً كما لا يخفى؛ إلا الإمام؛ كي لا يطيل على المؤتمين
“Hal ini tidak menafikan disyariatkan doa diatas dalam sholat wajib juga sebagaimana tidak tersembunyi hal ini, namun bagi Imam untuk tidak memperpanjang ketika mengimami.” -selesai-.
Kemudian terkait apakah doa istiftah misalnya seorang mengerjakan sholat malam 20 rokaat tiap dua rakaat salam, apakah ia dianjurkan membaca doa iftitah tiap dua rakaat yang bersalam tersebut atau cukup pada awal sholat malam saja untuk 20 rokaat tersebut?
Maka terkait hal ini, penulis (Abu Sa’id) telah menanyakannya kepada Syaikhunâ DR. Sa’ad as-Sabr hafizhahullah, kemudian beliau menjawab :
نعم كل تسليمة
“Betul, setiap salam.” -selesai-.
Jadi jika kita sholat malam misalnya 20 rokaat sebagaimana contoh diatas, maka ada 10 kali membaca doa istiftah. Alasannya karena masing-masing dua rakaat tiap salam tersebut adalah sholat tersendiri, yakni seandainya seorang batal wudhunya misalnya pada rakaat yang kedua puluh, maka 18 rakaat sebelumnya tidak ikut batal sholatnya, hanya yang dua rakaat terakhir saja yang batal.
Namun jika membaca istiftah hanya pada dua rakaat pertama saja, ini tidak mengapa, karena hukumnya adalah sunnah, bukan termasuk rukun sholat. Al-Imam bin Baz rahimahullah pernah berfatwa :
ولو ترك فلا بأس لكن مستحب إذا كبر تكبيرة الإحرام في كل تسليمة
“Seandainya ia tidak membaca doa istiftah, maka tidak mengapa, namun yang dianjurkan adalah jika ia bertakbir takbiratul ihram (lalu setelah beristiftah) pada setiap salam.” Wallahu a’lam.