7 Tips Sederhana Agar Mudah Bangun Shalat Tahajud

7 Tips Sederhana Agar Mudah Bangun Shalat Tahajud

Fatwapedia.com – Shalat Tahajud adalah salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan agama. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw. bersabda,

“Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah tali silaturahim, dan shalatlah di malam hari saat manusia tidur, pasti kalian akan masuk surga dengan selamat”. (HR. Tirmidzi)

Namun ternyata tidak semua orang ringan dan mudah untuk mengerjakannya. Ada beberapa di antara kaum muslimin yang merasa berat ketika hendak melakukannya. Bisa jadi, hati sudah berkeinginan, tetapi ternyata badan tak bisa diajak bergerak.

Nah, pada tulisan ini, penulis mencoba menguraikan beberapa kiat yang bisa membuat kita mudah untuk bangun tidur dan melakukan shalat tahajud. Kiat-kiat ini penulis sarikan dari kitab Syarh Ratib al-Haddad karya al-Habib al-’Allamah ‘Alawi bin Ahmad bin al-Hasan bin Abdillah bin ‘Alawi al-Haddad Ba’alawi.

1. Ibadah antara maghrib dan isya’

Hal yang bisa membuat kita ringan untuk mengerjakan shalat tahajud adalah dengan mengisi waktu antara maghrib dan isya’ dengan ibadah-ibadah, antara lain, shalat sunnah, baca Al-Quran, dan dzikir/wirid.

2. Mengurangi ngobrol setelah isya’

Meminimalisir berbicara setelah isya’ ternyata juga menjadi penyebab badan kita ringan untuk mengerjakan shalat tahajud. Jika kita terpaksa dan mau tidak mau harus berbicara (seperti menemui tamu atau berbicara dengan istri/suami), maka tidak mengapa asalkan tidak terlalu berlebihan. Berlebihan dalam berbicara akan menjadi penyebab kerasnya hati. Lantas, apa kaitannya mengobrol dengan tahajud? Agar kita bias tidur lebih cepat, sebagaimana diuraikan pada poin di bawah ini.

3. Tidur lebih cepat

Sudah menjadi rahasia bersama jika tidur lebih cepat akan membuat seseorang bisa bangun tidur lebih cepat. Jika kita memiliki kebiasaan tidur selama enam jam ketika malam hari, bukankah tinggal kita pindah saja waktunya agar bisa kita gunakan untuk shalat tahajud.

Mungkin kita terbiasa tidur pukul 23.00 dan bangun pada pukul 05.00, mengapa kita tidak ubah saja, misalnya, menjadi tidur pukul 21.00 dan bangun 03.00?.Dengan demikian, agaknya tidak terlalu berlebihan jika pada poin/kiat kedua di atas bisa bermakna lebih luas (tidak hanya berbicara), yakni segala kegiatan yang tidak terlalu mendesak/penting hendaknya ditinggalkan saja dan dikerjakan keesokan harinya.

4. Tidak makan malam berlebihan

Mengurangi makan dan minum di waktu malam adalah kiat andalan agar seseorang bias mengerjakan shalat malam (tahajud dan lain sebagainya). Pasalnya, ketika seseorang makan malam terlalu kenyang, maka akan mengakibatkan perutnya berat. Dalam kondisi seperti ini, seseorang hendaknya tidak langsung tidur, melainkan segera melakukan dzikir, shalat, dan atau membaca Al-Quran.

5. Tidak terlalu payah di siang hari

Badan manusia, sekuat apapun, memiliki batas kemampuan. Agar badan bisa diajak kompromi untuk menjalankan shalat tahajud, maka hendaknya seseorang tidak terlalu berpayah-payah di siang harinya. Jika pun terpaksa mengerjakan banyak pekerjaan di siang hari, hendaknya ketika malam, sebisa mungkin segera istirahat.

6. Tidur qailulah dan tidak tidur setelah shubuh/ashar

Dalam kitab Nihayah al-Muhtaj, Imam Ramli menjelaskan bahwa tidur qailulah adalah tidur sesaat sebelum waktu zawal (matahari tergelincir ke barat). Menurutnya, melakukan tidur qailulah adalah sebuah kesunahan bagi orang yang ingin melakukan shalat tahajud.

Kesunahan ini sama seperti kesunahan makan sahur bagi orang yang puasa.Demikian Juga, bagi orang yang ingin melakukan shalat tahajud, hendaknya tidak tidur pada ketiga waktu ini, yaitu setelah shubuh, karena bisa membuat linglung dan bodoh, sebelum terbitnya matahari, karena akan mencegah datangnya rezeki, dan setelah ashar, karena akan menyebabkan gila.

7. Memiliki semangat yang kuat

Semangat akan mengalahkan semuanya. Dengan semangat yang membara, seseorang akan berusaha sekuat tenaga agar apa yang ia cita-citakan bias tercapai. Seseorang yang sudah bertekad untuk bias bangun malam dan mengerjakan shalat tahajud, maka ia akan tetap melakukannya, apapun resikonya. Agaknya, inilah inti dari seluruh kiat yang penulis uraikan sebelumnya.

Walhasil, tahajud dan ibadah sunah lainnya memang tidak mengapa jika ditinggalkan. Namun agaknya terlalu sayang jika kesempatan itu tidak kita ambil, karena siapa tahu ibadah sunah itu akan menjadi penyempurna dari ibadah-ibadah wajib yang kita lakukan. Salah satu cara agar kita bisa melakukan tahajud adalah dengan mengaplikasikan kiat-kiat di atas. Semoga bermanfaat!.

Leave a Comment