Fatwapedia.com – Mengapa Fir’aun membuat Piramida yang memiliki konsep menjulang tinggi laksana menara? Apa alasan dan maksud Fir’aun dibalik itu?
Bangunan-bangunan tinggi yang dibangun pada masa Firaun di Mesir Kuno menjadi prestasi arsitektur yang menakjubkan dalam sejarah. Salah satu contoh terkenal adalah Piramida Giza, terutama Piramida Khufu (dikenal juga sebagai Cheops) yang merupakan salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Meskipun bukanlah “rahasia” seperti yang mungkin digambarkan dalam cerita misteri, ada beberapa aspek menarik yang dapat dijelaskan:
1. Konstruksi Piramida Giza: Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana bangunan sebesar Piramida Giza, yang terbuat dari batu raksasa, dapat dibangun dengan presisi yang luar biasa pada masa itu. Para arkeolog dan ahli sejarah percaya bahwa bangunan ini dibangun dengan mengangkat dan meletakkan batu-batu besar menggunakan metode seperti penggulungan, perataan tanah, dan mungkin bahkan menggunakan perahu untuk mengangkut batu-batu dari seberang Sungai Nil.
2. Tenaga Kerja: Salah satu aspek kontroversial dalam pembangunan piramida adalah dari mana Firaun memperoleh tenaga kerja yang cukup besar untuk proyek semacam itu. Beberapa teori mengusulkan bahwa sebagian besar pekerja adalah petani yang bekerja selama musim tanam yang sepi, dan mereka mungkin dibayar dengan makanan dan perlindungan. Meskipun teori-teori ini masih diperdebatkan, mereka menunjukkan betapa kuatnya kontrol pemerintahan Firaun atas sumber daya manusia.
3. Presisi Arsitektur: Bangunan-bangunan pada masa Firaun menunjukkan tingkat presisi dan perhitungan yang luar biasa. Piramida memiliki sudut-sudut yang sangat tajam dan diukur dengan akurasi yang mengagumkan. Ini menunjukkan bahwa Mesir Kuno memiliki pengetahuan matematika dan teknik yang canggih.
4. Batu Raksasa Yang Sangat Berat
Batu-batu yang digunakan dalam pembangunan piramida adalah batu raksasa yang sangat berat. Batu-batu ini diperkirakan memiliki berat rata-rata sekitar 2,5 ton hingga 15 ton atau lebih. Cara mereka diangkut dan diletakkan dengan presisi tetap menjadi misteri.
5. Tujuan Piramida: Salah satu pertanyaan besar adalah tujuan sebenarnya dari pembangunan piramida. Meskipun banyak yang percaya bahwa bangunan-bangunan tersebut digunakan sebagai makam untuk Firaun. Namun jawaban diatas masih menyisakan pertanyaan berikutnya mengingat firaun adalah sosok yang mempresentasikan dirinya sebagai “Tuhan”.
Meskipun sebagian besar misteri terkait dengan bangunan-bangunan ini telah terpecahkan oleh penelitian dan ekskavasi, Piramida Giza dan bangunan tinggi lainnya dari masa Firaun tetap menjadi kajian serius oleh para ilmuwan termasuk kalangan ulama terdahulu maupun kontemporer.
Ketinggian Piramida Giza
Piramida Giza, juga dikenal sebagai Piramida Khufu atau Cheops, memiliki ketinggian yang berbeda-beda tergantung pada pengukuran yang digunakan. Namun, secara umum, tinggi Piramida Giza adalah sekitar 138.8 meter (atau sekitar 455 kaki). Itu adalah pengukuran yang berlaku untuk saat ini. Ketinggian sebenarnya mungkin sedikit berfluktuasi karena faktor seperti erosi dan perubahan alam selama ribuan tahun sejarahnya.
Mengapa Fir’aun Membuat Bangunan yang Tinggi?
Selain fakta-fakta yang terungkap diatas, sebuah pertanyaan kritis selanjutnya adalah mengapa Fir’aun membuat bangunan dan gedung dengan konsep menjulang tinggi ke atas? Apa maksud dan tujuannya?
Alasan yang mendasari hal tersebut adalah bermula tatkala Nabi Musa ‘alaihissalam mengatakan kepada Fir’aun bahwa Tuhannya Musa, Tuhan kita semua; Allah Subhanahu wa Ta’ala berada di langit.
Syaikhul Islam Abu Utsman Ash-Shabuni (w. 449 H) berkata:
وأخبر الله سبحانه عن فرعون اللعين أنه قال لـ هامان: {ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأَسْبَابَ. أَسْبَابَ السَّمَوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا} [غافر: ٣٦ – ٣٧]، وإنما قال ذلك لأنه سمع موسى عليه السلام يذكر أن ربه في السماء، ألا ترى إلى قوله: {وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا} [غافر:٣٧] يعني: في قوله: إن في السماء إلهاً
“Dan Allah Subhanahu mengabarkan tentang Fir’aun yang terlaknat bahwa ia berkata kepada Haman, “Bangunkanlah untukku bangunan yang tinggi agar aku sampai kepada pintu-pintu. Yaitu pintu-pintu langit, lalu aku melihat-lihat kepada Tuhannya Musa, dan sungguh aku mengira ia itu berdusta.” (QS. Ghafir : 36-37). Hanyasanya ia berkata begitu karena ia mendengar Musa ‘alaihissalam menyebutkan bahwa Tuhannya di langit, tidakkah kamu memperhatikan kepada perkataannya, “dan sungguh aku mengira ia itu berdusta” (QS. Ghafir : 37). Yakni pada perkataannya, “Sesungguhnya di langit itu ada Tuhan” (Aqidah Salaf wa Ashabil Hadits, hal. 44).
Ibnu Jarir Ath-Thabari pun menafsirkan dengan penafsiran yang sama :
يقول: وإني لأظنّ موسى كاذبا فيما يقول ويدّعي من أن له في السماء ربا أرسله إلينا
“Ia (Fir’aun) berkata : “Sungguh aku mengira Musa itu berdusta” pada apa yang ia (Musa) katakan dan akui bahwa ia memiliki Tuhan di langit yang telah mengutusnya kepada kita” (Tafsir Ath-Thabari).
Menurut Tafsir Ibnu Katsir
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang sikap Fir’aun yang melampaui batas, keingkarannya dan kebohongan yang dilakukannya dalam mendustakan Musa a.s. Disebutkan bahwa pada suatu hari ia memerintahkan kepada patihnya yang bernama Haman agar membangunkan sebuah menara tinggi untuknya. Bangunan yang tinggi (tower) tersebut terbuat dari batu bata alias tanah liat yang dibakar, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat; kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi. (Al-Qasas: 38)
Ibrahim An-Nakha’i mengatakan bahwa mereka tidak suka membuat bangunan dari batu bata, dan mereka hanya menjadikannya untuk kuburan mereka. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengisahkan ucapan Fir’aun, yaitu:
supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit. (Al-Mu’min: 36-37)
Sa’id ibnu Jubair dan Abu Saleh mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pintu-pintu langit. Menurut pendapat yang lain ialah jalan-jalan menuju ke langit.
Meyakini Tuhan di langit tidak ada konsekwensi sama sekali bahwa artinya Ia bertempat, butuh kepada makhluk. Tidak! Karena arti di langit itu maksudnya di atas langit, di atas seluruh makhluk-Nya, dan terpisah dari makhluk-Nya.
Demikian artikel tentang alasan Fir’aun membuat bangunan tinggi seperti Piramida giza yang telah kami uraikan diatas. Semoga bermanfaat untuk menjadi informasi menarik dalam menambah khazanah keilmuan kita. Aamiin.