Oleh: Zico Pratama
Fatwapedia.com – Pada tahun 1803, gerakan Padri mulai terbentuk di Sumatra Barat dengan kedatangan tiga haji dari Mekkah. Haji Miskin, Haji Piobang, dan Haji Sumanik menjadi tokoh penting dalam gerakan tersebut.
Sumatera Barat pada masa itu dapat dikatakan sebagai daerah yang baru memeluk agama Islam pada abad ke-16. Pada abad tersebut, muncul seorang tokoh bernama Syekh Burhanuddin di Ulakan yang menyebarkan Islam ke seluruh Sumatera Barat. Tarekat Syattariah yang sekarang terkenal dengan tradisi Ramadhan dan Idul Fitri duluan, juga berasal dari dakwahnya.
Pada abad ke-17, muncul Tuanku Nan Tuo, guru dari tiga haji sebelumnya dan bisa dibilang mahaguru bagi seluruh ulama Padri. Murid-muridnya dikirim ke seluruh Sumatera Barat, termasuk Imam Bonjol yang merupakan salah satu muridnya.
Ketiga haji ini kembali dari Mekkah dengan melihat perubahan besar di sana. Islam yang bersih dari syirik dan tegaknya Tauhid, salah satunya karena penyebaran dakwah oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, seorang pembaharu Islam pada abad ke-17.
Di Mekkah, sebelumnya terdapat banyak kesyirikan dan di Madinah sendiri, makam para sahabat pun dibangun menjadi bangunan pemujaan sehingga merusak tanah suci. Terjadi pula banyak kejahatan dan penjarahan jamaah haji. Namun, ketika “kaum Wahabi” menguasai Mekkah, perubahan besar terjadi. Pencopet dan preman ditangkap sehingga keamanan dalam pelaksanaan ibadah haji jauh terjamin.
Para haji yang pulang ke Sumatera Barat melihat bahwa negeri mereka jauh dari Islam yang sejati. Budaya judi dan peredaran narkoba masih marak di kalangan orang-orang Minang.
Setiap siang dan malam, ketiga haji ini berdakwah di wilayah masing-masing, termasuk mengunjungi raja-raja Pagaruyung dan memberikan nasihat kepada mereka. Namun, adat Minangkabau memiliki pengaruh yang kuat.
Haji Miskin adalah sosok yang paling bernyali di antara mereka bertiga. Pada suatu malam, dibawanya bensin lalu dibakarnya pasar yang biasa digunakan untuk kegiatan judi dan sabung ayam. Tindakan berani seperti ini mengingatkan kita pada H-R-S.
Akhirnya, Haji Miskin diusir dan pindah ke Pandai Sikat. Di sana, dia bertemu dengan seorang pemuda yang nantinya menjadi pemimpin kaum Padri, Tuanku Nan Renceh. Keduanya memiliki semangat dan keberanian yang sama seperti harimau.
Mereka mengundang para ulama lainnya, dan secara keseluruhan mereka dikenal sebagai “Harimau Nan Salapan” atau delapan harimau.
Salah satu tokoh penting di dalamnya adalah pahlawan nasional Tuanku Tambusai, yang menyebarkan Islam ke Mandailing sehingga Mandailing lebih banyak berpenduduk Minang daripada Batak. Mereka menyebarkan dakwah tauhid ke wilayah Minang dan menguasainya seperti memiliki tatanan negeri sendiri.
Para harimau Nan salapan bersumpah dengan mengalir kan darah masing-masing, bahwa mereka akan menegakkan Islam. Dinegeri itu, ada polisi, qadhi atau hakim, dan jabatan pemerintahan lain.
Negeri Padri, agak mirip dengan pemerintahan T4lib4n. Bukan model kerajaan, tapi “keimaman”. Anggota-anggotanya rata-rata berjubah putih. Ga semua, sebagian tokoh-tokoh adat seperti datuk-datuk tetap pakaian hitam, meskipun ikut Paderi.
Orang-orang mereka cek, yang tidak solat jamaah dipanggilin. Kalo diliat pancuran dekat rumah lantai nya kering, berarti belum pada shalat tuh. Puluhan tahun berjalan, jadi secara de facto kita pernah punya pemerintahan negara Islam. Tapi bukan model kerajaan.
Satu kasus hukum rajam, pernah dilakukan terhadap wanita yang mengadu kepada Imam bahwa dia telah berzina lalu dia minta keputusan.
Orang-orang kena narkoba ditangkap. Tuanku Nan Renceh pernah menghukum Tantenya sendiri yang kedapatan mengkonsumsi ganja.
Kaum Padri VS Belanda
Sampai akhirnya Belanda masuk belakangan, setelah mereka kalahkan perlawanan Paneran Diponegoro tahun 1825. Singkatnya, para Tuanku ini mengumandangkan jihad. Tiap wilayah muncul Khalid bin Walid masing-masing.
Satu per satu wilayah mereka akhirnya jatuh, tapi kota Bonjol tetap bertahan. Mereka punya senjata, meriam, benteng dll. Dan Tuanku Imam Bonjol serta Tuanku Tambusai yang paling tangguh dan ahli perang.
Karena kewalahan, Belanda kirim tim tambahan pimpinan Sentot Ali Basya. Tokoh yang berkhianat pada Pangeran Diponegoro. Akhirnya para harimau Nan salapan syahid, termasuk Tuanku Nan Renceh, imam mereka. Beliau gugur di bukit Marapalam tahun 1830.
Pasukan Sentot terus mengejar Imam Bonjol dan mereka membunuh anak-anak dan istri Imam Bonjol tanpa belas kasihan.
Imam Bonjol menyerah, untuk mencegah pertumpahan darah lebih jauh. Dan Bonjol jatuh.
Beliau dibuang ke Cianjur. Tapi orang-orang Cianjur cepat tahu beliau, sehingga Belanda khawatir pengaruhnya. Beliau dibawa ke Ambon, lalu dibawa ke Manado.
Beliau diasingkan di usia 60, dan wafat usia 90 di negeri yang tidak ada orang Islam sama sekali. Beliau shalat sendiri, puasa sendiri, hari raya sendiri selama 30 tahun.
Selepas Bonjol jatuh, pertempuran dilanjutkan Tuanku Tambusai dan sisa-sisa pengikutnya.
Gimana ini Setot Alibasya? Kaum paderi tidak dendam sama beliau.
Mereka adakan pertemuan rahasia dan Sentot di lobi dan diajak menjadi pemimpin paderi selanjutnya. Sentot setuju, tapi ketahuan Belanda, ditangkap lalu dibuang. Tidak lama dia meninggal. Mungkin posisi beliau sulit, sehingga bertaktik seperti Teuku Umar.
Pada satu malam penyergapan, Tuanku Tambusai berhasil lolos dan hijrah ke Mandailing. Tuanku Tambusai ini difilmkan tahun 80-an, sama Cok Simbara.
Maka Berakhir Perang Paderi
Biar aman, Belanda bolehkan aliran sufi hidup. Karena di mana-mana, kaum Wahabi itu bertempur sama penjajah. Mereka menyebar ke seluruh dunia, lintas mazhab sunni yang empat.
Di India, dipimpin oleh jamaah ahli hadits, di antaranya Imam Shiddiq Hassan Khan, Raja Bophal. Tempur lawan Inggris. Mazhab wahabi disana mazhab hanafi.
Di Aljazair, dipimpin Imam Ibnu Badis, tempur lawan Perancis. Mazhab mereka Maliki.
Di Libya, dipimpin Umar Mochtar, lawan Italia. Mazhabnya juga Maliki. Ini pernah difilmkan. Umar diperankan oleh Antony Quinn, pemeran Hamzah di film Ar Risalah.
Di Palestina, dipimpin Syekh Izzuddin al-Qasam, seorang ulama Wahabi dari Suriah yang hijrah ke Palestina. Namanya diabadikan menjadi satu Brigade al-Qasam, grup pejuang Palestina sekarang.
Di Afrika barat awal 1800-an, mereka sampai dirikan negara di Afrika barat, wilayah nigeria utara. Imamnya adalah Syekh Usman di Fadio.
Perang Padri Continue…
Perang Paderi berhenti, tapi kaum paderi tidak. Mereka trus melatih putra mereka dengan mengirim anak-anak mereka belajar ke timur tengah. Mereka, keturunannya muncul lagi seabad kemudian.
Awal tahun 1900, pulang 3 haji, yaitu Syekh Abdullah Ahmad, Syekh Jamil Jambek, dan Syekh Abdul Karim Amrullah ayah Hamka.
Dejavu, persis seperti kepulangan 3 haji seabad sebelumnya. Diantara keturunan paderi adalah Buya Hamka dan ayahnya. Juga tokoh-tokoh mereka adalah Haji Agus Salim, Dr. Mohammad Hatta, Mr. Mohammad Roem, dan banyak lagi.
Peran kaum paderi jilid 2 ini tidak kecil, andil mereka besar sehingga kita merdeka tahun 1945. Karena tokoh-tokoh Minang era kemerdekaan itu rata-rata murid ketiga haji ini, termasuk Ir. Soekarno.
Soekarno??!! Beliau dulu orang saleh, dekat dengan ulama, dan sahabat dekat dengan Hamka sejak puluhan tahun. Tapi tahun 60-an, beliau berubah, cenderung ke PKI. Dan memang sesepuh ulama yang dekat dengan Soekarno sudah pada wafat. Makanya, jangan jauh-jauh dari ulama, jangan berhenti ngaji. Hidayah bisa hilang.
Sumber:
1. Hamka, Antara Fakta & Khayal Tuanku Rao
2. Hamka, Ayahku