Fatwapedia.com – Hukum haram adalah sebuah hukum syar’i yang tak boleh di tetapkan kecuali dari dalil yang kokoh dari Al-Qur’an dan Sunnah, Jumhur Ulama dari kalangan Syafi’iyyah, Hanafiyyah, Malikiyyah membolehkan berhubungan suami istri dengan telanjang, dengan tanpa mengenakan pakaian. Adapun kalangan Hanabilah memakruhkan hal ini (tanpa pakaian dan penutup ketika hubungan intim), mereka berdalil dengan beberapa hadits, akan tetapi semua hadits itu tidak Shohih, di antara hadits-hadits itu :
Hadits Pertama,
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( إذا أتى أحدُكم أهله فليستتر , فإنه إذا لم يستتر استحيت الملائكة فخرجت , فإذا كان بينهما ولد كان للشيطان فيه نصيب )
Dari Abu Hurairah Radhiyallohu ‘anhu beliau berkata : Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda : “Apabila salah seorang di antara kalian menggauli istrinya maka hendaklah bertutup, apabila ia tidak bertutup maka Malaikat merasa malu hingga ia keluar mejauh. Apabila dari hasil hubungan itu telahir seorang anak maka sungguh Setan telah ikut campur”.
Hadits tersebut di riwayatkan oleh Thabarani di Mu’jamul Awsath(63/1),Al-Bazzar di Nashbur Raayah dan ia mendhoifkannya(247/4)
Hadits kedua,
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( إذا أتى أحدكم أهله فليستتر , ولا يتجرد تجرد العيرين ) .
Dari Abdullah Ibnu Mas’ud Radhiyallohu Anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda “Apabila salah seorang kalian hendak mendatangi (menggauli) istrinya maka hendaklah bertutup, janganlah ia bertelanjang seperti telanjangnya dua ekor onta”.
Hadits tersbut diriwayatkan oleh Thabarani di Mu’jamul Kabiir(196/10),Al-Baihaqi (193/7) dan ia mendho’ifkannya, padanya ada rawi Mindil bin Ali, seorang yang dho’if.
Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits tersebut (1921) dari hadits ‘Utbah bin Abdullah As-sulami. Syaikh Al-albani di Irwaaul Ghalil mendho’ifkannya(2009).
Hadits ketiga,
عن أبي أمامة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( إذا أتى أحدكم أهله فليستر عليه وعلى أهله , ولا يتعريان تعري الحمير ) .
Dari Abu Umamah Radhiyallohu anhu beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: “ Apabila salah seorang dari kalian hendak menggauli istrinya maka bertutuplah (menutup tubuh dengan kalian), ia dan istrinya itu, jangan keduanya bertelanjang sebagaimana telanjangnya keledai”.
Hadist tersebut di riwayatkan oleh Thabarani (164/8), padanya ada perawi ‘Ufair bin Ma’dan seorang yang dhoi’f sebagaimana tersebut di Majma’u Az-zawaaid(293/4).
Apabila telah tetap kelemahan semua hadits-hadits tersbut maka tidak sah berhujjah untuk menetapkan wajibnya bertutup (berselimut), melarang bertelanjang dalam berhubungan. Dan hukum asal bolehnya bernikmat-nikmat di antara suami istri dalam memandang juga menyentuh.
Jumhur Ulama membolehkan hal ini berdasarkan hadits ,
وقد استدل جمهور العلماء على الجواز بحديث بهز بن حكيم عن أبيه عن جده قال : قلت : يا رسول الله عوراتنا ما نأتي منها وما نذر ؟ قال : ( احفظ عورتك إلا من زوجتك , أو ما ملكت يمينك ) قلت : يا رسول الله , أرأيت إن كان القوم بعضهم من بعض ؟ قال : ( إن استطعت ألا تريها أحدا فلا ترينها ) قلت : يا رسول الله , فإن كان أحدنا خاليا , قال : ( فالله أحق أن يستحيا منه من الناس ) .
“Dari Bahz bin Hakim dari Bapaknya dari Kakeknya yang berkata: Aku katakan kepada Rasulullah “Apakah aurat yang boleh kami datangi dan yang mesti kami jauhi”? Maka Rasulullah bersabda “Peliharalah aurat kamu melainkan dari istrimu atau budak-budak kamu”. Aku katakan “Wahai Rasulullah apa pendapatmu jika suatu kaum ,sebagian mereka dengan sebagian yang lain? Rasulullah bersabda “Jika kamu mampu menyembunyikannya dari siapa pun maka jangan pernah engkau perlihatkan, Aku katakan “Wahai Rasulullah bagaimanakah jika salah seorang kami ketika sendirian?” Rasulullah bersabda “Allah lebih berhak engkau malui di banding manusia mana pun”.
Hadits tersebut di riwayatkan oleh Imam Tirmidzi (2794) dan beliau menshohihkannya, Ibnu Majah(1920), serta Syaikh Al-albani yang menghasankannya di Shohih Tirmidzi.
Selain itu mereka juga berdalil dengan sebuah hadits yang lemah dari Abdullah bin Umar Radhiyallohu Anhuma beliau berkata : “Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda “Jauhi telanjang,karena sungguh ada yang menyertai kalian yang tidak memisahi kalian kecuali ketika buang air dan menggauli istri kalian,maka malulah dan muliakanlah mereka (malaikat)”.
Hadist tersebut di riwayatkan oleh Timidzi (2800). padanya ada rawi Laits bin Abi Sulaim seorang yang mukhtalath (rancu). Syaikh Al-albani mendhoifkannya di Irwaul Ghalil (64).
Kesimpulan: Tidak shohihnya hadits-hadits yang melarang bertelanjang,melepas pakaian ketika berhubungan suami istri.Asal dari hukum semua itu boleh dan telah tetap penjelasan yang menguatkan hukum asal ini. Wallohu A’lam. Demikian,mudah-mudahan bisa di fahami.
Diterjemahkan oleh: Habibi Ihsan Al-Martapury.
Di alih bahasakan secara bebas dari : http://islamqa.info/ar/ref/45514