Fatwapedia.com – Surat Yusuf adalah salah satu dari sekian banyak surat-surat Makkiyah yang memberikan pelajaran berharga bagi umat manusia. Meiliki jumlah ayat 111. Ayat-ayat dalam Yusuf ini bertalian dan berkaitan satu sama lain dan terbagi dalam beberapa bagian yang amat menarik dan ringkas.
Surat ini menyuguhkan cerita dan jalan kehidupan nabi Yusuf a.s. dari masa belia sampai akhirnya beliau menempati posisi penting sebagai pemegang gudang harta negeri Mesir. Di samping itu surat ini menjelaskan permasalahan iffah, cinta, kesucian, dan kekalahan semua konspirasi yang dialamatkan kepada beliau, serta penjelasan manifestasi kuasa tuhan.
Berikut ini beberapa pelajaran berharga yang dapat kita petik dari surat Yusuf:
1. Surat Yusuf unik karena praktis ia bercerita utuh dari awal hingga akhir mengenai Nabi Yusuf alaihissalam yang tidak ada surat lain yang mengisahkan ulang cerita ini. Bahkan surat-surat lain yang juga membawa nama Nabi/orang shalih/ah lainnya pun tidak seperti ini.
2. Kalau boleh jujur, surat Yusuf merupakan surat favorit saya dan juga banyak orang. Bahkan, segala puji bagi Allah, saya hafal surat ini tanpa sengaja menghafal. Hanya sering dengar berulang-ulang dalam jangka waktu kurang lebih 4 tahun sejak akhir SMP.
3. Dalam sejumlah tafsir disebutkan bahwa surat ini turun di tahun kesepuluh kenabian, pasca tiga peristiwa memilukan: wafatnya Abu Thalib, wafatnya Khadijah, dan diusirnya beliau saat datang berdakwah ke Thaif. Pahamlah kita bahwa salah satu khasiat surat yang inspiring ini adalah menyemangati mereka yang terpukul atau dilanda -kata anak muda zaman sekarang- kegalauan.
4. Banyak aspek luar biasa yang menantang untuk diulas dari surat ini sebenarnya. Hanya saja kita fokus kali ini pada aspek “cinta”.
5. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cinta diartikan sebagai: 1 suka sekali; sayang benar; 2 kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan); 3 ingin sekali; berharap sekali; rindu; 4 kl susah hati (khawatir); risau. Buat saya, makna yang keempat cukup mengejutkan.
6. Ada setidaknya sepuluh pelajaran berharga dari surat ini tentang cinta. Saya uraikan secara singkat saja untuk saya persilakan nanti dibuka sesi diskusi jika ada yang ingin lebih dalam dieksplor.
7. PELAJARAN PERTAMA: “Cinta kepada manusia kali pertama itu kepada orang tuanya”. Diambil mulai dari ayat keempat.
8. Cinta muncul karena perhatian dan kasih sayang, cinta muncul karena jasa dan kebaikan, cinta menguat hanya pada orang-orang yang dikenal baik, intens, dan lama. Semua unsur itu dimiliki oleh orangtua.
9. Tidak heran, seorang anak perempuan akan ‘jatuh cinta’ kali pertama kepada ayahnya. Dsri situlah muncul ungkapan bahwa ia mencari calon suami yang punya banyak kemiripan dengan ayahnya. Pria pun akan mencari wanita yang selembut budi nan sehangat pekerti ibunya.
10. Di sisi lain, ini menggugah kita yang sering terlalaikan apa yang kita sebut “cinta” tetapi mengabaikan perhatian dan cinta kita pada orangtua. Padahal merekalah cinta pertama kita.
11. PELAJARAN KEDUA: “Orangtua sangat cinta pada anaknya”. Diambil mulai dari ayat kelima.
12. Dalam Alquran, ada fenomena menarik ketika Allah memperlakukan anak dan orangtua dengan hal yang bertolak belakang. Orangtua diwanti-wanti jangan berlebihan cinta pada anak dan jangan sampai cinta anak membawa kepada dosa, sampai membuat ortu tidak berani menegur dan menasihati anak. Sementara anak diperintahkan untuk berbakti serta mencintai orangtua, jangan mengabaikan mereka.
13. Yang demikian itu karena Allah memerintahkan berlawanan dengan hawa nafsu agar hidup manusia balance. Hawa nafsu orangtua mengajak kepada cinta berlebihan pada anak. Hawa nafsu anak sebaliknya, ingin terlepas sama sekali dan tidak memedulikan orangtuanya Oleh karena itulah Allah netralisir kedua belah pihak.
14. Ada poin menarik di sini bahwa cinta tidak boleh berlebihan sampai menjerumuskan pada hal yang Allah tidak ridhai. Jika ada kecenderungan berlebihan, harus segera dinetralisir. Nabi Yakub misalnya, terlalu cinta dengan Nabi Yusuf sehingga nampak terlalu mengistimewakannya melebihi anak-anak beliau yang lain. Maka Allah tegur dan netralisir dengan perpisahan dengan Yusuf muda.
15. PELAJARAN KETIGA: “Cinta kepada beberapa orang nyaris mustahil dibuat sama”. Diambil mulai ayat kedelapan.
16. Allah di beberapa ayat dari Alquran sudah menyebutkan bahwa seorang manusia akan mencintai beberapa hal. Uniknya Dia juga memustahilkan cinta kita kepada semua hal tersebut akan sama. Bahkan adil kepada beberapa istri pun tidak diwajibkan dalam hal cinta dalam hati.
17. Hanya saja cinta yang sukar dibuat sama ini janganlah dijadikan alasan untuk memberikan perlakuan lahiriyah yang nampak secara tidak setara. Meski cinta di hati tak sama, terlarang pada dasarnya memberi hadiah pada anak dengan pemberian yang berbeda. Walau terpaut jauh kadar cinta dalam sanubari, haramlah hukumnya meberi nafkah dan tempat tinggal berbeda kuantitas/kualitas kepada istri-istri.
18. Dalam pada cinta yang hampir tak mungkin disamakan besarnya itu, di banyak ayat, termasuk pesan besar surat ini pula, jadikan cinta terbesar kepada Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya.
19. PELAJARAN KEEMPAT: “Selain musibah, perpisahan juga ujian atas keteguhan cinta”. Diambil dari ayat ke-18 dan seterusnya.
20. Surat Yusuf menegaskan kembali bahwa memang berpisah dengan orang yang dicintai merupakan musibah yang teramat menyesakkan, tetapi ketika ia musibah, wajiblah dihadapi setiap hamba dengan kesabaran.
21. Cinta memang akan diuji. Jangankan cinta kepada Allah, cinta kepada manusia pun demikian adanya. Perpisahan adalah salah satu bentuk ujian keteguhan cinta tersebut. Kemurnian cinta seorang suami pada istri dan keluarganya mendapat ujian berat saat sedang dinas ke luar kota/ke negeri seberang dan saat dihadapkan pada tawaran harta haram. Kejernihan cinta seorang istri diuji kala datang chat masuk dari mantan atau lelaki yang dulu pernah ia kagumi. Semoga kita tidak gagal dalam ujian cinta ini.
22. PELAJARAN KELIMA: “Cinta tidak selamanya harus dituruti jika mengajak kepada keharaman”. Diambil dari mulai ayat ke-23.
23. Witing tresno jalaran soko kulino. Cinta dapat ikut tumbuh bersamaan seringnya bersama. Istri dari Potiphar Al-Aziz, yang populer dengan nama Zulaikha, tidak berusaha menahan dan melawan setan yang berusaha menanam benih cinta terlarang di hatinya seiring pertemuannya yang intens dengan Yusuf muda. Saya sebut cinta terlarang ialah karena ia telah bersuami. Andai belum bersuami tentu tidak terlarang.
24. Tidak ada uzur bagi Zulaikha. Dia bersalah karena telah membiarkan cinta terlarang itu muncul. Ah tidak. Ini bukan cinta. Ia mungkin diklaim bernama cinta padahal sejatinya bukan. Ia lebih tepat disebut nafsu. Cinta terlalu murni nan mulia untuk menjadi nama bagi perasaan terlarang itu. Apalagi ketika pseudo-cinta itu diatasnamakan untuk menjadi pendorong berbuat nista.
25. PELAJARAN KEENAM: “Cinta yang tidak diharapkan seringkali muncul karena kosongnya jiwa dari cinta yang seharusnya”. Terilhamkan masih dari mulai ayat ke-23.
26. Dalam sebuah riwayat di tafsir Ath-Thabari, Zulaikha dikisahkan akhirnya menjanda. Kemudia ia diperistri oleh Nabi Yusuf. Duhai, alangkah indahnya ketika pernikahan mengubah nafsu tadi menjadi cinta bernilai pahala. Bahkan Zulaikha ternyata masih -maaf- perawan karena memang Potiphar memiliki kelainan.
27. Menariknya bukan itu, tetapi ialah bahwa nafsu menggebu pra-nikah tadi justru tidak begitu ditunjukkan oleh Zulaikha pasca menikah. Ya mereka memang mesra laiknya suami-istri. Tapi Zulaikha lebih sering menghabiskam waktu senggangnya untuk beribadah dan bermunajat pada Allah.
28. Nabi Yusuf setengah keheranan sempat bertanya mengapa demikian. Ia menjawab, “Janganlah kau salahkan aku, wahai Suamiku. Dahulu hidupku hanya untuk dunia dan hatiku kosong sehingga masuklah nafsu terlarang itu ke dalamnya. Maka kini kala iman dan manisnya ibadah telah memenuhi rongga dadaku, tak begitu banyak ruang lagi untuk itu.”
29. Ini juga di sisi lain jadi pelajaran bahwa memang kerjaan setan itu membuat nafsu menggebu pra-nikah. Juga bahwa sebab itu di antaranya adalah kosongnya hati dari zikir dan senggangnya waktu dari kebaikan.
30. PELAJARAN KETUJUH: “Kita begitu bangga pada orang yang kita cintai sampai kita pun rela nampak hina karenanya”. Terilhami dari mulai ayat ke-30.
31. Sebenarnya Zulaikha membuat malu dirinya sendiri kala jatuh ‘cinta’ pada budak laki-lakinya. Secara, dia adalah wanita cantik kaya nan terpandang. Aib besar yang membuatnya jadi bahan ghibah seantero Mesir. Hanya saja cinta tidak memedulikan itu. Cinta menyulap semua menjadi keren dan gemerlap. Zulaikha bahkan dengan bangganya memamerkan Yusuf ke hadapan para wanita bangsawan Mesir.
32. Begitulah ‘cinta’ yang salah membuat seseorang berani melakukan keharaman deminya. Membuatnya tak malu melakukan perbuatan tak pantas demi kepalsuannya.
33. Sisi positifnya, seharusnya kita bangga dengan istri kita sestandar apa pun dia. Membuat kita berteriak lantang pada dunia bahwa inilah suamiku yang kubanggakan. Sekalipun banyak yang lebih baik. Ini juga bentuk syukur yang terpuji.
34. PELAJARAN KEDELAPAN: “Cinta yang bertepuk sebelah tangan dapat berubah menjadi keinginan untuk mencelakakan”. Terilhami dari mulai ayat ke-32.
35. Salah satu sisi gelap cinta yang disikapi negatif ialah ketika ia tak berbalas. Seringkali setan manfaatkan itu untuk menghembuskan perasaan “Kalau bukan aku yang membahagiakan dia, maka dia tidak boleh bahagia sama sekali.” Ini hasad yang amat tercela.
36. PELAJARAN KESEMBILAN: “Cinta sejati melunakkan hati untuk memaafkan dan mempertemukan”. Terilhami sejak ayat ke-77.
37. Ketulusan cinta Nabi Yusuf pada orangtua dan para saudaranya tidak bisa dibantahkan lagi. Ia kian nampak jelas ketika justru perlakuan jahat dibalasnya dengan kelembutan. Dendam diresponnya dengan pemaafan. Pemutusan silaturahmi dan pengusiran direspon dengan pemersatuan dan usaha mempertemukan.
38. Menakjubkannya, itu ia lakukan justru ketika kedudukannya sudah snagat tinggi sedangkan kakak-kakaknya datang dalam keadaan lusuh memohon nan butuh. Memaafkan sungguh hebat, tapi memaafkam di momen seseorang paling mampu untuk membalaskan dendam adalah terlalu hebat.
39. PELAJARAN KESEPULUH: “Cinta kepada Allah adalah yang paling mulia dan selayaknya jauh lebih diutamakan”. Terinspirasi dari mulai ayat ke-100.
40. Kegemerlapan istana, ketingian pangkat, serta keindahan momen berkumpul dengan orangtua dan saudara tidaklah melenakan Nabi Yusuf dari cinta yang tertinggi. Justru di puncak kehidupan dunia setelah sempat merasakan penderitaan yang teramat dahsyat itulah Nabi Yusuf berdoa agar Allah mewafatkannya dalam husnul khatimah dan memasukkan beliau ke dalam surga bersama para shalihin. Itulah bukti kemurnian cinta abadi yang tak terkaburkan cinta-cinta lain yang fana. Wallahualam.