Apakah Syarat Mujtahid Harus Hafal 300 rb Hadits?

Fatwapedia.com – Ada satu pertanyaan yang menarik untuk dikaji, Apakah untuk menjadi mujtahid harus hapal 300rb hadits?
Untuk mengetahui jawabannya mari kita simak uraian ulama pentahqiq ilmu ushul fiqih, Syekh Tajuddin As-Subki dalam kitabnya Jam’ul Jawami’ :
الكتاب السابع : الاجتهاد
الاجتهاد استفراغ الفقيه الوسع لتحصيل ظن بحكم، والمجتهد الفقيه، وهو البالغ العاقل : أي ذو ملكة يدرك بها العلوم، وقيل : العقل نفس العلم، وقيل ضروريه، فقيه النفس وإن أنكر القياس، وثالثها إلا الجلي، العارف بالدليل العقلي والتكليف به، ذو الدرجة الوسطى لغة وعربية وأصولا وبلاغة ومتعلق الأحكام من كتاب وسنة وإن لم يحفظ المتون. وقال الشيخ الإمام هو من هذه العلوم ملكة له، وأحاط بمعظم قواعد الشرع، ومارسها بحيث اكتسب قوة يفهم بها مقصود الشارع، ويعتبر قال الشيخ الإمام لإيقاع الاجتهاد لا لكونه صفة فيه كونه خبيرا بمواقع الإجماع كيلا يخرقه والناسخ والمنسوخ وأسباب النزول، وشرط المتواتر والآحاد والصحيح والضعيف، وحال الرواة، وسير الصحابة، ويكفي في زماننا في الرجوع إلى أئمة ذلك، ولا يشترط علم الكلام، وتفاريع الفقه والذكورة والحرية وكذا العدالة على الأصح، وليبحث عن المعارض واللفظ هل معه قرينة. ودونه مجتهد المذهب، وهو المتمكن من تخريج الوجوه على نصوص إمامه. ودونه مجتهد الفتيا وهو المتبحر المتمكن من ترجيح قول على آخر، والصحيح جواز تجزؤ الاجتهاد. 
Artinya: Kitab Ketujuh; Ijtihad
Ijtihad adalah usaha mengerahkan seorang faqih kesungguhannya untuk menghasilkan dugaan kuat terhadap suatu hukum. Mujtahid adalah ahli fiqih. Yaitu yang balig dan berakal, yaitu memiliki kemampuan yang dengannya ia mengetahui ilmu-ilmu. Ada yang mengatakan, akal itu adalah ilmu itu sendiri. Ada yang mengatakan, (akal) itu hanya yang mengetahui ilmu dharurinya saja (tanpa melalui pemikiran). Dia adalah orang yang faqih (sangat memahami maksud dari perkataan) meskipun mengingkari qiyas. 
Dan ada juga yang mengatakan, kecuali qiyas yang jali. Yang mengetahui dalil aqli (baroah asliyyah/hukum asal) dan taklif dengannya. Memiliki kemampuan tingkat pertengahan terhadap bahasa Arab, kaidahnya (nahwu sharaf), ushul fiqih, balaghah, hukum-hukum dan Al-Qur’an dan Sunnah, meskipun ia tidak menghapal matannya. Syekh Al-Imam (maksudnya ayahnya, yaitu Taqiyyuddin As-Subki), yaitu orang yang memiliki malakah (keahlian) terhadap ilmu-ilmu ini, menguasai sebagian besar kaidah-kaidah syariah, dan sering menggelutinya, dimana ia telah memiliki kemampuan dengan kaidah-kaidah itu untuk memahami maksud pemberi syariat.
Dan dianggap pula (sebagai syarat mujtahid), Syekh Al-Imam berkata, untuk dapat melakukan ijtihad, bukan keadaannya ia sebagai sifat di dalamnya, yaitu keadaannya yang mengetahui tempat-tempat ijma agar ia tidak menyalahinya, juga mengetahui nasikh-mansukh, asbabun nuzul, syarat mutawatir, ahad, shahih dan dhaif, keadaan para perowi, biografi para sahabat, dan cukup di zaman kita merujuk kepada para imam dalam hal itu, dan tidak disyaratkan ilmu kalam, rincian-rincian fiqih, laki-laki, merdeka, dan begitu pula adil (bertaqwa) menurut pendapat yang lebih tepat. Dan hendaklah ia mencari yang menyalahinya (seperti yang mentakhsis atau mentaqyid) dan lafazh apakah ada qarinah yang menyertainya. 
Di bawahnya adalah mujtahid madzhab, yaitu yang memiliki kemampuan mengeluarkan wujuh (bentuk-bentuk penerapan) terhadap nash-nash imamnya. Dan di bawahnya mujthaid fatwa, yaitu yang memiliki pemahaman luas dan mendalam dan memiliki kemampuan dalam melakukan tarjih (menguatkan) satu pendapat dari pendapat lainnya. Dan yang benar bolehnya ijtihad secara parsial.”
Imam As-Suyuthi menazhamkan :
بذل الفقيه الوسع في تحصيل ظن بالأحكام من الديل
ثم الفقيه اسم على المجتهد البالغ العاقل والعقل احدد
ملكة يدرك معلوم بها وبالإدراك وقيل ما انتهى
إلى الضروري فقيه النفس أو ينفي القياس لو جليا قد رأوا
يدري دليل العقل والتكليف به حل من الآلات وسطى رتبة
من لغة والنحو والمعاني وفي أصول الفقه البيان
ومن كتاب والأحاديث الذي يخص الأحكام بدون حفظ ذي
وحقق السبكي أن المجتهد من هذه ملكة له وقد
أحاط بالمعظم من قواعد حتى ارتقى للفهم للمقاصد 
وليعتبر قال لفعل الاجتهاد لا كونه وصفا غدا في الشخص باد
أن يعرف الإجماع كي لا يخرقا وسبب النزول قلت أطلقا
وناسخ الكل ومنسوخ وما صحح والآحاد مع ضدهما
وحال راوي سنة ونكتفي الآن بالرجوع للمصنف
لا الفقه والكلام والحرية ولا الذكورة ولا العدالة
والبحث عن معارض فليقتفي واللفظ هل معه قرينة تفي
ودونه مجتهد المذهب من يمكن تخريج الوجوه حيث عن
على نصوص عن إمامه خذا ودونه مجتهد الفتيا وذا
المتبحر الذي تمكنا من كونه رجح قولا وهنا
والمرتضى تجزي الاجتهاد وجائز وواقع للهادي
Usaha mengerahkan seorang faqih kesungguhannya untuk menghasilkan – dugaan kuat terhadap suatu hukum dari dalil.
Kemudian faqih adalah nama untuk Mujtahid – Yaitu yang balig dan berakal, dan definisikanlah akal itu.
Kemampuan yang dengannya ia mengetahui ilmu – dan dengan pengetahuan itu sendiri, dan ada yang mengatakan, yang hanya sebatas.
Mengetahui ilmu dharurinya (tanpa melalui pemikiran), dia adalah orang yang faqih (sangat memahami maksud dari perkataan) atau – mengingkari qiyas meskipun yang jali, sungguh mereka memandangnya seperti itu
Mengetahui dalil aqli (baroah asliyyah/hukum asal) dan taklif dengannya – Memiliki kemampuan tingkat pertengahan terhadap ilmu-ilmu alat Dari bahasa Arab, nahwu, ma’ani – dan dalam ushul fiqih dan bayan. Dan dari Al-Qur’an dan hadits-hadits yang – khusus memuat hukum-hukum, tanpa menghapalnya.
Dan As-Subki (maksudnya ayahnya, yaitu Taqiyyuddin As-Subki), mentahqiq bahwa mujthaid – orang yang memiliki malakah (keahlian) dan sungguh Ia menguasai sebagian besar kaidah-kaidah – hingga ia telah memiliki kemampuan untuk memahami maksud-maksud 
Dan dianggap pula (sebagai syarat mujtahid), ia berkata, untuk dapat melakukan ijtihad – bukan keadaannya ia sebagai sifat yang ada pada seseorang
Mengetahui tempat-tempat ijma agar ia tidak menyalahinya – dan sababun nuzul, aku katakan : mutlakkanlah ia 
Yang menasakh semuanya dan mansukh, dan apa yang – shahih dan ahad dengan kebalikan dari keduanya
Dan keadaan para perowi sunnah dan cukup bagi kita – sekarang dengan merujuk kepada kitab yang telah ditulis Tidak disyaratkan ilmu fiqih, ilmu kalam, merdeka – tidak pula laki-laki, dan tidak pula adil (bertaqwa) 
Dan hendaklah ia mencari yang menyalahinya (seperti yang mentakhsis atau mentaqyid) dan hendaklah ia menelusuri – dan juga lafazh apakah ada qarinah yang menyertainya
Di bawahnya adalah mujtahid madzhab yaitu orang yang – memiliki kemampuan mengeluarkan wujuh (bentuk-bentuk penerapan) dimana ia bersungguh-sungguh
Mengambil nash-nash dari imamnya – dan di bawahnya mujthaid fatwa, dan ia adalah 
Yang memiliki pemahaman luas dan mendalam dan memiliki kemampuan – dalam melakukan tarjih (menguatkan) satu pendapat dan melemahkan (pendapat lainnya)
Dan yang diterima ijtihad secara parsial – dan ia boleh dan terjadi bagi orang yang mendapat petunjuk.”
***
Jadi, tidak disyaratkan untuk menghapal ilmu-ilmu yang menjadi syarat ijtihad, apalagi harus hapal 300rb hadits, itu sangat berlebihan dan memaksa orang untuk taqlid. Cukup ia memahami dan menguasainya saja. Bahkan pendapat yang benar adalah bolehnya berijtihad secara parsial, yaitu pada masalah-masalah tertentu yang ia menguasai dalil-dalil dalam permasalahan tersebut, tidak harus menguasai semua atau banyak permasalahan fiqih. Wallahu A’lam
(Penulis: Muhammad Atim)

Leave a Comment