Oleh: Halimi Zuhdy
Hujan. Ada yang menganggap rahmat, ada pula yang menganggap cobaan atau siksaan. Dalam Al-Qur’an, kata hujan terdapat beberapa kata, yaitu mathar dan ghaits. Kedua kata tersebut ada yang menganggapnya memiliki arti yang sama, yaitu hujan, air yang turun dari langit. Dan dalam terjemahan berbahasa Indonesia juga sama, hujan.
Dalam kajian i’jazul al-Qur’an, kedua kata (mathar dan ghaist) memiliki arti yang berbeda, walau keduanya diartikan sama, air yang turun dari langit.
Dalam Lamasat Al-Bayaniyah, Dr. Fadhil Asmarai, bahwa kata Al-mathar yang digunakan dalam Ayat Al-Qur’an adalah sebagai hukuman atau siksaan.
المطر يستعمله الله سبحانه وتعالى في العقوبات (وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (٨٤) الأعراف)
Bahkan, menurutnya, Al-Qur’an tidak menggunakan redaksi Mathar kecuali sebagai hukuman
لم يستعمل القرآن المطر إلا في العقوبة (وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ (٤٠) الفرقان) (وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ (٧٤) الحجر) (وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَسَاء مَطَرُ الْمُنذَرِينَ (١٧٣) الشعراء)
Berbeda dengan kata ghaist, yang menunjukkan arti hujan rahmat, atau hujan yang mendatangkan kebaikan. Atau hujan yang hanya digunakan dalam kebaikan. Tapi, beliau menjelaskan lebih lanjut, bahwa dalam hadis kata mathar menunjukkan kebaikan (khair).
أما الغيث فيستعمله في الخير. هذا في الاستعمال القرآني أما في الحديث فاستعمل المطر للخير ولكن للقرآن خصوصية في الاستعمال اللغوي
Sepertinya tidak ada yang aneh tentang hujan, bermula awan, rintik, kadang angin menyapa lembut, hujan datang berdendang. Bahkan, ada yang tidak peduli dengan kedatangannya, bila ia bertandang, payung siap menghadang.
Kehadirannya, dari rintiknya, menyapa siapa, menghanyutkan apa, berada di mana, kapan, dan berbetuk apa, semuanya telah dicatat di Lauh Mahfud oleh Allah 50.000 tahun sebelum kelahiran bumi dan langit, sebagaimana yang lainnya.
Turunnya dikawal langsung oleh Malikat Mikail, sebagaimana dalam Ibnu Kastir. Dengan dibantu oleh Malaikat-malaikat lainnya. Ia, tidak serta merta turun, ia berproses cukup panjang dan rumit; pembentukan angin, pembentukan awan, kemudian turun hujan ((Q.S. Ar Rum:48 dan Q.S. al Nur:43)
Anehnya, ia jatuh dengan buliran-buliran indah, seperti mutiara yang menyapa bumi. Walau kadang seperti buliran besar, namun tetap saja buliran, indah. Bagaimana kita bisa membayangkan, dari ketinggian luar biasa (langit) ia tetap jatuh serupa (berbentuk bulirdan lembut), sedangkan bila kita menuangkan air dari ketinggian, maka akhirnya menyatu padu. Maka, tidak satu bulir pun air yang jatuh di suatu tempat, tanpa pengawasan dan kerja Malaikat Mikail dan yang membantunya. Atas Izin dan Perintah Allah.
“Tiada seorang pun mengetahui kapan diturunkannya hujan, di malam hari ataukah siangnya”. Kata Imam Qataadah. Ia termasuk rahasia, dari lima yang dirahasiakan Allah; isinya rahim seorang Ibu, esok apa yang akan terjadi, esok apa yang akan diperbuat dirinya, di mana nyawa berhenti berdetak, dan kapan derai hujan menyapa bumi. Hujan, rahasia paling rahasia, ia yang disebut dengan “Mafatihul Ghaib” (Kunci Ilmu Ghaib).
Sedangkan; guntur, petir, dan kilat, yang kadang menghantar hujan, juga kadang dianggap biasa. Sebenarnya sudah dibahas oleh Imam Bukhari dalam Kitab Adab al-Mufrad Lil Bukhari (H 262), pada bab “Idza Sami’a al-ra’du”. Sesungguhnya guntur adalah suara (gelegar) Malaikat ketika Hujan, laksana pengembala yang menghalau (dengan suara) kambingnya.
Mudah-mudahan hujan yang selalu menyapa kita setiap hari, menjadi rahmat, dan keberkahan bagi bumi dan isinya. “Allahumma Shayyiban Nafi’a”.