Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
1. Al imam Muhammad bin Idris asy Syafi’i rahimahullah, atau yang lebih dikenal dengan nama imam Syafi’i adalah seorang ulama besar generasi tabi’ut tabi’in yang merupakan pendiri satu dari empat madzhab fiqih ahlusunnah wal jama’ah.
2. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang pertama kali menyusun ilmu ushul fiqih lewat karyanya ar Risalah. Dan oleh ulama sezaman dan setelahnya ia digelari sebagai nashirusunnah, yang artinya penolong atau penghidupnya sunnah.
Karena beliau dengan hujjahnya telah membungkam pihak- pihak yang mencoba untuk menembak jatuh otoritas hadits sebagai salah satu sumber utama hukum Islam setelah al Qur’an.
Karena jasanya inilah imam Ahmad pernah berkata tentangnya :
كان الشافعي كالشمس للدنيا وكالعافية للناس
“Syafi’i itu laksana matahari bagi dunia, dan seperti kesehatan bagi kehidupan manusia.”
3. Kecerdasannya telah nampak sejak kecil. Ia mengkhatamkan hafalan Qur’annya saat usia 7 tahun. Dan telah menghafal beberapa kitab hadits seperti al Muwatha’ karya imam Malik sebelum usia baligh.
4. Diantara bukti kecerdasan beliau yang mengagumkan adalah kekuatan hafalannya yang luar biasa. Terkadang beliau bisa menghafal sebuah pelajaran hanya dalam sekali baca.
Sehingga disebutkan dalam beberapa riwayat, imam syafi’i jika membaca sebuah buku, maka beliau akan menutup lembaran berikutnya. Mengapa ? Karena kalau sampai halaman itu terlirik, akan ikut terhafal. Beliau tidak ingin hafalannya kacau karena bercampurnya hafalan dari bacaannya.
5. Imam Syafi’i berguru kepada ulama-ulama besar di masanya. Di Makkah ia belajar kepada Sufyan bin Uyainah, di Madinah ia belajar kepada Imam Malik, di Mesir ia belajar kepada imam Laits bin Sa’ad dan di Iraq ia juga belajar kepada murid-muridnya imam Abu Hanifah seperti Muhammad bin Hasan asy Syaibani.
Hal inilah yang kemudian menjadikan madrasah kelimuan yang didirikannya, yakni madzhab syafi’i seperti menggabungkan antara dua madzhab besar yang saling berhadapan kala itu, antara madzhab ahlu hadits yang berpusat di Hijaz dan madzhab ar Ra’yu (akal) yang berkiblat ke Iraq.
6. Keunggulan imam syafi’i lainnya adalah penguasaannya terhadap bahasa arab yang sangat mendalam. Hampir tidak ada yang berani mendebat penafsiran beliau terhadap ayat al Qur’an jika syafi’i sudah menggunakan pisau bahasa dalam membedah dalil.
Kekuatan bahasa ini di dapatkan lewat proses yang tidak main-main. Salah seorang putrinya memberikan kesaksian :
فأقام الشافعي علمَ العربية وأيامَ الناس عشرين سنة، فقلنا له في هذا، فقال: ما أردت بهذا إلا استعانةً للفقه
“Imam Syafi’i menghabiskan waktu dua puluh tahun dalam mempelajari bahasa Arab, kami bertanya kepada beliau tentang hal ini, lalu beliaupun menjawab, ‘Yang saya inginkan hanyalah agar saya terbantu untuk memahami Fiqih.”
7. Hampir tidak didapati lahn (kesalahan) imam syafi’i dalam berbahasa yang lazim terjadi pada ulama lainnya, baik dalam tulisan-tulisannya maupun ucapannya.
Karena itulah imamnya ilmu sirah, Ibnu Hisyam rahimahullah berkata tentangnya :
الشَّافِعِيُّ حُجَّةٌ فِي اللُّغَةِ
“Syafi’i adalah hujjah dalam bahasa.”
Beberapa muridnya pernah menjumpai ada orang-orang ahli bahasa hadir di majelis imam Syafi’i, bukan untuk mengambil ilmu fiqih, tapi sekedar untuk mempelajari dan menikmati kefasihan bahasa gurunya tersebut.
8. Keilmuannya diakui oleh kawan maupun lawan. Bahkan pencapaiannya disebut telah melampaui guru-gurunya.
Pernah ditanyakan kepada Abu Tsaur, manakah yang dalam ilmunya syafi’i ataukah Muhammad bin Hasan asy Syaibani yang menjadi gurunya saat itu. Abu Tsaur menjawab :
الشافعي أفقه من محمد، وأبي يوسف، وأبي حنيفة، وحماد، وإبراهيم، وعلقمة، والأسود
“Asy-Syafi’i lebih alim dari pada Muhammad bin Al-Hasan dan juga Abu Yusuf, bahkan lebih alim dari Abu Hanifah (guru keduanya), dan bahkan lebih alim dari Hammad (gurunya Abu Hanifah), dan lebih alim dari Ibrahim (gurunya Hammad), dan bahkan lebih alim dari ‘Alqamah (gurunya Ibrahim), dan bahkan lebih alim dari al Aswad (gurunya ‘Alqamah).”
9. Namun demikian, imam Syafi’i dikenal sangat tawadhu’ dan begitu memuliakan guru-gurunya. Pernah ia diminta untuk mengajar di masjid Nabawi sepeninggal imam Malik, maka beliau tidak mau menempati kursi yang biasa digunakan gurunya tersebut.
Namun ia memilih duduk disamping kursi, dan saat berfatwa ia melirik ke arah kursi yang pernah ditempati imam Malik itu, seakan meminta persetujuan.
10. Imam Syafi’i juga adalah ahli sastra yang hampir sulit dicari bandingannya. Siapapun yang pernah mengkaji “Diwan asy Syafi’i ” yakni kitab kumpulan puisinya pasti akan mengagumi kefasihan dan keindahan bahasa beliau.
Syair-syairnya sangat bermutu, temanya mengena, bahasanya berkelas. Bahkan dalam versi terjemahannya pun tak hilang keindahan sastranya.
11. Madzhab Syafi’i adalah madrasah keilmuan dalam ilmu fiqih yang diikuti oleh mayoritas ulama dari berbagai disiplin ilmu. Hampir bisa dikatakan, ulama-ulama yang sering disebut dan akrab namanya di telinga kita hari ini, madzhabnya adalah syafi’iyyah.
Bahkan beberapa ulama yang telah sampai pada derajat mujtahid mutlaq, alias mampu untuk membuat madzhab sendiri, memilih puas untuk mengikuti madzhabnya, seperti imam Baihaqi dan imam Bukhari.
Bahkan Imam Baihaqi secara jujur mengatakan :
وقد قابلت أقوال كل واحد منهم بمبلغ علمي من كتاب الله، ثم بما جمعت من السنن والآثار في الفرائض والنوافل والحلال والحرام والحدود والأحكام ، فوجدت الشافعي رحمه الله أكثرهم اتباعا وأقواهم احتجاجا وأصحهم قياسا وأوضحهم إرشادا. وذلك فيما صنف من الكتب القديمة والجديدة في الأصول والفروع وبأبين بيان وأفصح لسان
“Aku telah membandingkan ijtihad masing-masing para imam madzhab itu, sejauh pengetahuanku terhadap Kitabullah, kemudian terhadap hadits dan atsar yang aku kumpulkan terkait hal-hal wajib,sunnah, halal, haram, hudud dan hukum.
Ternyata kudapati Syafi’i yang paling mengikuti (Qur’an dan Sunnah), yang paling kuat hujjahnya, yang paling shahih qiyasnya, dan paling jelas bimbingannya. Hal itu bisa ditemui pada kitab-kitab yang beliau karang, baik yang lama maupun yang baru, dalam masalah pokok maupun cabang, dengan penjelasan sangat gamblang dan bahasa yang paling fasih.”
12. Sudah menjadi sunnatullah para wali-wali ar Rahman, bahwa mereka pasti akan berhadapan dengan fitnahan keji dan permusuhan orang-orang dzalim. Maka demikian pulalah yang menimpa beliau.
Imam Syafi’i pernah dituduh mendukung kelompok makar. Beliaupun ditangkap dan digelandang dari Yaman menuju Iraq. Menempuh jarak ribuan kilometer untuk dipancung kepalanya.
Namun dengan izin Allah dan sebab kefasihannya dalam menegakkan hujjah, ia selamat dari rencana jahat musuh-musuhnya tersebut.
13. Ia wafat di Mesir tahun 204 H di usia 54 tahun. Dan menjelang kewafatannya ia menunjukkan karamahnya dengan mengkhabarkan kepada murid-muridnya tentang keadaan sebagian mereka sepeninggalnya nanti. Ia juga masih sempat melantunkan syair yang berisi pesan yang sangat bermakna :
تمنى أناس أن أموت وأن أمت * فتلك سبيل لست فيها بأوحد
فقل للذي يبغي خلاف الذي مضى * تهيأ لأخرى مثلها فكأن قد
“Ada sebagian orang ada yang berharap aku mati dan aku benar-benar akan mati. Kematian adalah jalan yang pasti aku tempuh, dan aku bukan seorang diri (yang lain juga akan mati)
Katakan kepada orang yang berharap suatu hal yang berbeda dengan yang telah terjadi. Bersiaplah engkau menghadapi kematian serupa dengan yang pasti akan menghampiriku.” Wallahu a’lam.
Faqih wal Mutafaqqih (2/41), Al Wafi bil Wafayat 19/143), Mukhtashar Tarikh Dimasyq 6/434), Ma’rifatussunan Wa al Atsar (1/ 213)