Fatwapedia.com – Tidak diragukan lagi bahwa permasalahan mengusap wajah setelah berdoa merupakan salah satu permasalahan ijtihadiyyah. Para ulama berbeda pendapat dalam permasalahan ini. Sebagian di antara mereka melarangnya dan sebagian yang lain memperbolehkannya.
Dalam tulisan kali ini, kami akan menyampaikan beberapa nukilan yang dijadikan sandaran bagi para ulama yang membolehkan mengusap wajah setelah berdoa. Adapun dalil dan sandaran bagi pendapat yang melarangnya insyâallâh dapat dengan mudah kita temui melalui pencarian Google atau semisalnya.
Hal ini disebabkan sebagian orang masih saja memaksakan pendapat dalam perkara ijtihadi kepada orang lain. Seakan-akan tidak ada ruang untuk berbeda pendapat. Di antara mereka juga masih banyak yang mengira bahwa para ulama yang memperbolehkan tidak memiliki dalil sama sekali. Padahal, sejatinya mereka hanya tidak mengetahui dalilnya, namun mereka mengatakan tidak ada dalilnya. Bukankah tidak tahu berbeda dengan tidak ada?
Maka, berikut beberapa riwayat yang dijadikan sandaran untuk memperbolehkan mengusap wajah setelah berdoa dan fatwa para ulama salaf dan khalaf tentangnya:
عن عمر ضي الله عنه قال: كان رسول الله -ﷺ- إذا مدّ يديه في الدعاء، لم يردهما حتى يمسح بهما وجهه. رواه الترمذي، حديث رقم: (٣٣٨٦).
Dari Sayyidinâ ‘Umar radhiyallâhu anhu, beliau mengatakan: Bahwa dahulu Rasûlullâh ﷺ pada saat menengadahkan kedua tangannya untuk berdoa, maka beliau tidak meletakkan kedua tangannya sampai terlebih dahulu mengusapkannya pada wajahnya.” [HR At-Tirmidziy 3386]
– وعن ابن عباس -رضي الله عنهما-، أن رسول الله -ﷺ- قال: ((سلوا الله ببطون أكفكم، ولا تسألوه بظهورها، فإذا فرغتم فامسحوا بها وجوهكم)). رواه أبو داود، حديث رقم: (١٤٨٥).
Dan dari Ibn ‘Abbâs radhiyallâhu anhu, “Sesungguhnya Rasûlullâh ﷺ bersabda: “Berdoalah kepada Allâh dengan perut telapak tanganmu, jangan dengan punggungnya, dan apabila engkau telah selesai, usaplah wajahmu dengan kedua telapak tanganmu itu”.” [HR. Abû Dâwûd 1485]
قال ابن حجر: (ومجموعهما يقضي بأن الحديث حسن).
Ibn Hajar mengatakan: “Dan kesimpulannya apabila kedua hadits ini digabungkan menunjukkan bahwa derajatnya hasan.”
وقال العلّامة البسام:
والحديث قوي بمجموع طرقه، وممن قواه: إسحاق، والنووي، وابن حجر، والمناوي، والصنعاني، والشوكاني.
[توضيح الأحكام، (٧/ ٦١٢)].
Al-‘Allâmah Al-Bassâm mengatakan:
Dan hadits ini dinilai kuat apabila digabungkan jalur-jalurnya. Dan di antara yang menyatakan kekuatannya adalah:Ishâq, An-Nawawiy, Ibn Hajar, Al-Munâwiy, Ash-Shan’âniy, dan Asy-Syawkâniy. [Tawdhîhul Ahkâm VII/ 612]
وقال عبدالرزاق: (باب مسح الرجل وجهه بيده إذا دعا): (٣٢٥٦):
عن ابن جريج، عن يحيى بن سعيد: أن ابن عمر كان يبسط يديه مع العاص، وذكروا أن من مضى كانوا يدعون، ثم يردون أيديهم على وجوههم ليردوا الدعاء والبركة.
Dan telah berkata ‘Abdurrazzâq: (Bab Seseorang Mengusap Wajahnya dengan Kedua Tangannya saat Berdoa):
Dari Ibn Jurayj, dari Yahyâ bin Sa’îd: Bahwa Ibn ‘Umar pernah bersama Al-‘Ash mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Dan mereka menyebutkan bahwa orang-orang yang terdahulu berdoa, kemudian mengembalikan tangan-tangan mereka ke wajah untuk mendapatkan doa dan keberkahannya.
قال عبد الرزاق: رأيت معمراً يدعو بيديه عند صدره، ثم يرد يديه فيمسح وجهه.
Abdurrazâq berkata: “Aku telah melihat Ma’mar berdoa dengan mengangkat kedua tangannya di dadanya, kemudian mengembalikan tangannya dan mengusap wajahnya.”
وقال في باب رفع اليدين في الدعاء (٣٢٣٤): عن معمر، عن الزهري، قال: كان رسول الله -ﷺ- يرفع يديه عند صدره في الدعاء، ثم يمسح بهما وجهه. وفعله معمر، وأنا فعلته. [مصنف عبد الرزاق].
Beliau juga mengatakan dalam Bab Mengangkat Kedua Tangan dalam Berdoa (3234): “Dari Ma’mar, dari Az-Zuhriy, ia mengatakan: “Bahwa Rasûlullâh ﷺ mengangkat kedua tangannya di dadanya saat berdoa, kemudian mengusapkan wajahnya dengan kedua tangannya”. Maka Ma’mar pun melakukannya. Begitupula Aku melakukannya.”
وأخرج البخاري عن وهب قال: رأيتُ ابن عمر، وابن الزبير يدعوان، يديران بالراحتين على الوجه.
[الأدب المفرد، ص: (٦٠٩)].
Dan dikeluarkan oleh Al-Bukhâriy dari Wahb, ia mengatakan: “Aku telah melihat Ibn ‘Umar dan Ibn Zubayr keduanya berdoa, keduanya mengusapkan kedua tangannya ke wajah.” [Al-Adabul Mufrad hal. 609]
وقال المعتمر بن سليمان: رأيتُ أبا كعب يدعو رافعاً يديه، فإذا فرغ مسح بهما وجهه، فقلت له: من رأيتَ يفعل هذا؟ قال: رأيت الحسن يفعله.
[فض الوعاء، للسيوطي، ص: (٥٩)].
Dan Al-Mu’tamir bin Sulaymân telah berkata: “Aku melihat Abû Ka’b berdoa seraya mengangkat kedua tangannya, pada saat ia telah selesai dari berdoa, ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya”, maka akupun berkata kepadanya: “Siapa yang engkau lihat melakukan seperti ini?”, beliau berkata: “Aku telah melihat Al-Hasan melakukan hal tersebut”. [Fadhdhul Wi’â karya As Suyûthiy hal. 59]
وقال الصنعاني:
وفي الحديث دليل على مشروعية مسح الوجه باليدين بعد الدعاء. [سبل السلام، (٤/ ٦١٤)].
Dan telah berkata Ash-Shan’âniy:
“Dan pada hadits ini terdapat dalil disyariatkannya mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa.”
[Subulus Salâm IV/614]
وقال عبد الله بن أحمد بن حنبل :
قلتُ لأبي: يمسح بهما وجهه؟
قال: أرجو ألا يكون به بأس.
[مسائل الإمام أحمد لابنه عبدالله، ص: (٣٣٢)].
Dan telah berkata ‘Abdullâh bin Ahmad bin Hanbal: “Aku pernah bertanya kepada Ayahku, Apakah mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa?”, Ayahku menjawab: “Aku berharap tidak mengapa melakukan hal tersebut.” [Masâil Al-Imâm Ahmad karya putra beliau, ‘Abdullâh hal. 332]
وقال ابن قدامة:
وإذا فرغ من القنوت، هل يمسح وجهه بيده؟. فيه روايتان: الثانية يستحب؛ لأنه دعاء يرفع يديه فيه، فيمسح بهما وجهه، كما لو كان خارجاً عن الصلاة. [المغني، (٢/ ١١٥)].
Ibn Qudâmah telah mengatakan:
“Apabila telah selesai qunut, apakah mengusap wajahnya?” Maka dalam hal ini terdapat dua riwayat (dari Al-Imâm Ahmad), adapun riwayat yang kedua adalah: Dianjurkan. Karena qunut termasuk doa yang mengangkat kedua tangan, maka demikian pula mengusap wajah, sebagaimana berdoa di luar shalat.” [Al-Mughniy II/115]
– وقال المرداوي:
رواية المسح هي المذهب، وفعله الإمام أحمد، وقال المجد، وصاحب مجمع البحرين: هذا أقوى الروايتين، وقال في الكافي: هذا أولى. ويكون المسح خارج الصلاة أيضاً.
[الإنصاف، (٢/ ١٧٣)].
Al-Mardawiy mengatakan: “Riwayat dari Al-Imâm Ahmad tentang mengusap wajah adalah pendapat mu’tamad madzhab, dan beliau pun melakukannya, Al-Majd, dan penyusun kitab Majma’ul Bahrayn mengatakan: “Ini adalah riwayat yang paling kuat dari dua riwayat yang datang dari Al-Imâm Ahmad, dan juga dalam kitab Al-Kâfiy: “Pendapat ini lebih utama, dan mengusap wajah dilakukan juga di luar shalat”. [Al-Inshâf II/173]
وقال ابن مفلح: ويمسح وجهه بيديه، فعله أحمد. [الفروع، (٢/ ٣٦٤)].
Dan telah berkata Ibn Muflih: “Dan mengusap wajah dengan kedua tangan telah dilakukan oleh Al-Imâm Ahmad.” [Al-Furû’, II/ 364]
وقال الشيخ مرعي الحنبلي: ويقنُتُ بعد الركوع ندباً، ثم يمسح وجهه بيديه هنا، وخارج الصلاة.
Dan telah berkata Asy-Syaikh Mar’iy Al-Hanbaliy: “Dan qunut setelah ruku’ itu dianjurkan, kemudian mengusap wajah dengan kedua tangannya setelah qunut, dan juga di luar shalat.”
قال ابن ضويان: لعموم حديث عمر، وقوله في حديث ابن عباس.
[منار السبيل، (١/ ١٠٩)].
“(Disyariatkannya mengusap wajah), disebabkan keumuman hadits ‘Umar, dan perkataannya di dalam hadits Ibn ‘Abbâs”. [Manârussabil I/109]
وقال النووي:
وأما مسح الوجه بعد الدعاء في القنوت، ففيه وجهان: أشهرهما أنه يستحب، جزم به الجويني، وابن الصباغ، والغزالي.
[المجموع: (٣/ ٤٩٩)].
Dan telah berkata An-Nawawiy:
“Dan adapun mengusap wajah setelah berdoa dalam qunut, maka ada dua pendapat: “Pendapat yang lebih masyhur adalah dianjurkan, sebagaimana dinyatakan oleh Al-Juwayniy, Ibn Shabbâgh, dan Al-Ghazaliy.” [Al-Majmû’, 3/499]
وقال النفراوي:
ويستحب أن يمسح وجهه بيديه عقب الدعاء، كما كان يفعله رسول الله -ﷺ-.
[الفواكه الدواني، (٢/ ٢٣٥)].
An-Nafrâwiy mengatakan:
“Dan dianjurkan mengusap wajah setelah berdoa, sebagaimana yang dilakukan Rasûlullâh ﷺ.” [Al-Fawâkihud Dawâniy II/ 235]
وفي الفتاوى الهندية: وكثير من مشايخنا اعتبروا مسح الوجه بعد الدعاء، وهو الصحيح، وبه ورد الخبر. [الفتاوى الهندية، (٥/ ٣١٨)].
Dan disebutkan dalam Al-Fatâwâ Al-Hindiyyah: “Dan kebanyakan Syaikh kami menyatakan setuju untuk mengusap wajah setelah berdoa, dan ini merupakan pendapat yang shahih. Demikianlah riwayat yang datang pada kita.” [V/ 318]
وقال الشيخ ابن باز: مسح الوجه بعد دعاء القنوت مستحب؛ لما ذكره الحافظ في البلوغ أنه ورد في ذلك عدة أحاديث مجموعها يقتضي أنه حسن.
Dan telah berkata Asy-Syaikh Ibn Bâzz:” “Mengusap wajah setelah doa qunut dianjurkan. Sebagaimana yang disebutkan Al-Hâfizh dalam Bulûghul Marâm, dimana beliau meriwayatkan sejumlah hadits yang apabila dikumpulkan jalurnya menjadi hasan.”
قال محقق الفتاوى الشيخ محمد الشويعر: سؤال شخصي أجاب عنه الشيخ في: ١٢/ ٩/ ١٤١٩ هـ)+. [الفتاوى، (٢٦/ ١٤٨)].
Berkata peneliti fatwa-fatwa Asy-Syaikh Muhammad Asy-Syuway’ir:” “Fatwa ini merupakan jawaban dari pertanyaanku sendiri yang dijawab oleh Asy-Syaikh Ibn Bâzz pada tanggal 12 bulan 9 tahun 1419 H.”
وقال الشيخ صالح فوزان:
من مسح فلا ينكر عليه، ومن ترك فلا ينكر عليه، فالأمر واسع.
Dan telah berkata Asy-Syaikh Shâlih Fawzân:
“Siapa saja yang mengusap wajah maka janganlah diingkari, dan siapa saja yang tidak melakukannya, juga tidak boleh diingkari. Perkara ini luas.”
وقال الشيخ ابن جبرين:
ورد المسح بعد الدعاء في حديث فيه ضعف، ولكن له شاهد من طرق أخرى، ويعمل بذلك، فقد حسنه ابن حجر في البلوغ، وتبعه الشارح، ويمسح بعد القنوت أيضاً، وهو يعم، فيكون المسح خارج الصلاة وداخلها.
Dan telah berkata Asy-Syaikh Ibn Jibrîn:
“Mengusap wajah diriwayatkan oleh hadits yang terdapat kelemahan padanya, namun terdapat penguat dari jalur-jalur yang lain, sehingga bisa diamalkan. Ibn Hajar telah menyatakan hasan dalam Bulûghul Marâm, dan pensyarh kitab juga mengikutinya. Demikian pula mengusap wajah setelah qunut, karena sifatnya umum. Maka mengusap wajah dilakukan di luar atau dalam shalat.”
وقال الشيخ ابن عثيمين:
ﻓﺎﻷﻓﻀﻞ ﺃﻥ ﻻﻳﻤﺴﺢ، ﻭﻟﻜﻦ ﻻﻧﻨﻜﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻣﺴﺢ؛ اﻋﺘﻤﺎﺩاً ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺴﻴﻦ اﻷﺣﺎﺩﻳﺚ اﻟﻮاﺭﺩﺓ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ؛ ﻷﻥ ﻫﺬا ﻣﻤﺎ ﻳﺨﺘﻠﻒ ﻓﻴﻪ اﻟﻨﺎﺱ.
[الشرح الممتع، (٤/ ٤١)].
Telah berkata Asy-Syaikh Ibn ‘Utsaymin:
“Afdhalnya tidak mengusap wajah, namun kita tidak mengingkari orang yang melakukannya. Disebabkan adanya pendapat yang menyatakan hasan hadits-hadits yang meriwayatkan hal ini. Dan hal ini termasuk perkara yang orang-orang berbeda pendapat. [Asy-Syarhul Mumthî’ IV/ 41]
وقال الشيخ حماد الأنصاري:
مسألة مسح الوجه باليدين بعد الدعاء، فيها ثلاثة أحاديث تصل إلى درجة الحسن. [المجموع في ترجمة العلامة الأنصاري (٢/ ٤٨٧)].
Dan telah mengatakan Asy-Syaikh Hammâd Al-Anshâriy:
“Permasalahan mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa, dalam hal ini terdapat tiga hadits yang sampai pada derajat hasan.” [Al-Majmû’ Fit Tarjamah Al-‘Allâmah Al-Anshâriy]
Catatan tambahan:
– Pendapat mu’tamad dalam madzhab Asy-Syâfi’iy adalah -wallâhu a’lam- tidak mengusap wajah dalam doa Qunut, berbeda dengan doa biasa di luar shalat. Dalam Al-I’ânah disebutkan:
وَلَا يُسَنُّ مَسْحُ الْوَجْهِ وَغَيْرِهِ بَعْدَ الْقُنُوْتِ بَلْ قَالَ جَمْعٌ: يُكْرَهُ مَسْحُ نَحْوِ الصَّدْرِ.
“Tidak disunnahkan mengusap wajah atau selainnya setelah doa Qunut. Bahkan para ulama lain mengatakan makruh untuk mengusap bagian sekitar dada.”
Juga dalam Kifâyatul Akhyâr:
وَالسّنة أَن يرفع يَدَيْهِ وَلَا يمسح وَجهه لِأَنَّهُ لم يثبت
“Dan disunnahkan mengangkat kedua tangan saat qunut serta tidak mengusap wajah setelahnya disebabkan tidak ada riwayat tentangnya.” Wallâhu a’lam.
Dikumpulkan oleh: Asy-Syaikh Al-Hasan Asy-Syinqîthiy Al-Maghribiy
Diterjemahkan oleh: Muhammad Laili Al-Fadhli