Fatwapedia.com – Banyak jalan menuju surga, begitu kira-kira ungkapan untuk menggambarkan mudah dan banyak cara masuk surga. Berikut ini beberapa amalan ringan yang insyaallah menjadi jalan masuk surga.
Sebar Salam, Silaturahim dan Shalat Malam
Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَصِلُوا اَلْأَرْحَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahmi, berikanlah makanan dan laksanakanlah shalat pada saat manusia tertidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Darimi, berkata Tirmidzi: Hadist ini Hasan Shahih)
Pelajaran dari Hadist:
Pertama: Keutamaan menyebarkan salam kepada manusia, dan perbuatan ini menjadi salah satu sebab seseorang masuk ke dalam syurga.
Kedua : Perintah menyebarkan salam ini khusus kepada orang muslim, adapun kepada orang kafir kita dilarang untuk mendahului memberikan salam, sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَبْدَؤُوا اَلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ, وَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ, فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ
“Jangan kalian memulai untuk mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani. Jika kalian bertemu dengan salah seorang di antara mereka di jalan, maka paksakan dia hingga ke pinggirnya.” (HR. Muslim, 2167
Ketiga: Dibolehkan mengucapkan salam kepada suatu majlis yang di dalamnya bercampur antara muslim dan non muslim, sebagaimana di dalam hadist Usamah radhiyallahu ‘anhu :
أنَّ النَّبيَّ – صلى الله عليه وسلم – مَرَّ عَلَى مَجْلِسٍ فِيهِ أخْلاَطٌ مِنَ المُسْلِمِينَ وَالمُشْرِكينَ – عَبَدَة الأَوْثَانِ – واليَهُودِ فَسَلَّمَ عَلَيْهِم النبيُّ- صلى الله عليه وسلم
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika melewati suatu majelis yang bercampur di dalamnya orang-orang muslim, orang – orang musyrik -penyembah berhala-, dan orang – orang Yahudi, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam kepada mereka. (HR. Bukhari, 6254 dan Muslim, 1798).
Keempat: Diantara adab-adab mengucapkan salam yang lain diantaranya adalah: Pertama: Hendaknya mengucapkan salam dengan suara yang bisa didengar orang lain, Kedua: Orang yang mengendarai mengucapkan salam kepada yang berjalan, orang yang berjalan memberikan salam kepada orang yang duduk. Orang yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua, yang jumlahnya sedikit mengucapkan salam kepada yang jumlahnya lebih banyak, Ketiga: Jika bertemu dengan saudaranya sesama muslim, hendaknya mengucapkan kepadanya salam, Keempat: Jika masuk rumah, hendaknya mengucapkan salam kepada penghuninya, Kelima: Ketika datang pada suatu majlis hendaknya mengucapkan salam, dan ketika meninggalkannya hendaknya mengucapkan salam juga, Keenam: Boleh seorang laki-laki mengucapkan salam kepada perempuan dan menjawab salam darinya, begitu juga sebaliknya selama tidak membawa fitnah bagi keduanya.
Kelima: Diantara manfaat silaturahim adalah memperpanjang umur dan menambah rezeki, sebagaimana dalam hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yangingin dilapangkan ezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim” (HR. Bukhari, 5985 dan Muslim, 2557)
Keenam: Keutamaan memberi makan orang lain juga bisa menghindarkan seseorang dari api neraka sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Berlindunglah dari api neraka, walau hanya dengan memberikan makan sebesar setengah satu biji kurma’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketujuh: Manfaat sholat malam, diantaranya adalah: Pertama : Allah memuji perbuatan mereka (Qs.as-Sajdah:15-17), Kedua: Merupakan sifat orang–orang yang bertaqwa (Qs. adz-Dzariyat : 15-18), Ketiga : Merupakan sifat Ulul Albab (Cerdik Cendikia) (Qs. az-Zumar: 9), Keempat: lebih ikhlas, lebih banyak pahalanya dan lebih mudah untuk merenungi al-Qur’an, Kelima: Penyebab masuknya syurga. Keenam: Merupakan kemuliaan bagi seorang mukmin, Ketujuh: Merupakan sifat orang-orang yang terbaik.
Menjenguk Orang Sakit
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ
“Barangsiapa yang menjenguk orang sakit, maka dia senantiasa berada dalam sebuah taman surga sampai dia pulang kembali.” (HR. Muslim, 4658)
Pelajaran dari Hadits :
Pertama: Menjenguk orang sakit merupakan salah satu hak seorang muslim yang hendaknya dia tunaikan untuk saudaranya yang muslim, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak muslim terhadap muslim lainnya ada enam. Sahabat bertanya: Apa saja, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Bila engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, bila dia mengundangmu maka jawablah (dengan mendatanginya), bila dia meminta nasihat maka nasihatilah, bila dia bersin dan memuji Allah, maka jawablah (dengan mengucapkan: yarhamukallah), bila ia sakit maka kunjungilah, dan bila ia meninggal dunia maka ikutilah (jenazahnya.” (HR. Muslim, 2162)
Kedua : Khirfah adalah petikan dari buah-buahan di kebun dan taman.
Berkata al-Hafidh Zainuddin Abdur ar-Rauf al-Munawi di dalam at-Taisir bi Syarh al-Jami ash-Shaghir (2/832) :
لم يزل كأنه في بستان يجتنى منه الثمر شبه ما يحوزه العائد من الثواب بما يحوزه المخترف من الثمر
“Seakan-akan orang yang menjenguk orang sakit berada di dalam kebun sambil memetik buah-buahannya. Rasulullah memitsalkan orang yang menjenguk orang sakit akan mendapatkan pahala seperti orang yang sedang memetik buah-buahan.”
Ketiga : Hadist di atas dikuatkan dengan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَادَ مَرِيضًا نَادَى مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنْ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا
“Barangsiapa menjenguk orang sakit, maka ada penyeru dari langit yang menyeru, “Kamu telah baik, baik pula perjalananmu, dan kamu akan menempati syurga sebagai tempat tinggal.” (HR. Ibnu Majah : 1433)
Keempat : Orang yang menjenguk orang sakit, sesungguhnya dia telah menghiburnya dan meringankan beban sakitnya, karena orang yang sedang sakit tersebut merasa ada yang masih mau memperhatikannya di saat dia lemah dan membutuhkan bantuan. Orang yang menjenguk orang sakit mempunyai peran besar dan sangat membantu untuk kesembuhan si sakit. Tentunya orang seperti ini pahalanya sangat besar pula di sisi Allah, sampai mendapatkan syurga.
Kelima: Orang yang menjenguk orang sakit adalah orang yang sangat peduli dengan lingkungan, peduli dengan nasib orang lain yang ada disekitarnya. Orang yang selalu membawa berkah bagi masyarakat, orang yang selalu dinanti-nantikan kehadirannya.
Keenam : Terdapat hadist-hadist lain yang menunjukkan keutamaan menjenguk orang sakit diantaranya : hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِيْ. قَالَ: يَا رَبِّ، كَيْفَ أَعُوْدُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِيْ فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِيْ عِنْدَهُ
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman pada hari kiamat: “Wahai anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku.” Ia berkata: Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau adalah Rabb alam semesta? Allah berfirman: “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit, tapi engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu, bila engkau menjenguknya, niscaya engkau akan mendapati-Ku ada di sisinya?“ (HR. Muslim, 2569)
Begitu juga hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى أَخَاهُ الْمُسْلِمَ عَائِدًا مَشَى فِي خَرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ، فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ
“Barang siapa yang mendatangi saudaranya yang muslim (dalam keadaan sakit) untuk menjenguknya, maka seakan-akan dia berjalan sambil memetik buah-buahan di syurga sehingga dia duduk. Apabila dia duduk, maka rahmat Allah akan menyelimutinya. Bila dia melakukannya di pagi hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila dia melakukannya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat tersebut akan bershalawat kepadanya hingga pagi hari. (HR.Abu Daud, 3098, Ibnu Majah. 1442, Ahmad, 976)
Ketujuh : Diantara adab-adab menjenguk orang sakit adalah sebagai berikut : Pertama: Memilih waktu yang tepat untuk menjenguk, Kedua : Tidak berlama-lama ketika menjenguk, Ketiga : Menanyakan keadaannya, Keempat : Mendoakannya agar segera diberi kesembuhan, Kelima : Memberikan motivasi supaya tidak berputus asa, Keenam: Mengingatkan akan pahala yang besar bagi yang sabar, Ketujuh: Tidak banyak bertanya yang memberatkannya, Kedelapan: Meminta doa darinya
Membaca Ayat Kursi Setelah Shalat
Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
مَنْ قرَأَ أَيَةَ الْكُرْسِي فيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ لَمْ يَحُلْ بَيْنَهُ دُخُوْلِ اْلجَنّةِ إِلاَّ اْلمَوْتَ
“Barang siapa yang membaca ayat kursi setiap kali selepas sholat, maka tidak ada penghalang antaranya dan masuk syurga selain kematian” (HR. an- Nasai dan dishahihkan Ibnu Hibban)
Pelajaran dari Hadist :
Pertama : Hadist di atas menunjukkan keutamaan ayat Kursi, bahwa yang membacanya dan merenunginya setiap selesai sholat lima waktu, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka Allah menjaminnya dengan syurga.
Kedua: Yang dimaksud (dubur) adalah belakang, yaitu di setiap selesai sholat lima waktu. Artinya bahwa ayat kursi ini bisa dibaca setelah beristighfar dan berdzikir, serta bertasbih, bertahmid dan bertakbir. Bisa juga ayat kursi ini dibaca sebelum berdzikir.
Ketiga : Tidak ada yang menghalangi seseorang yang membaca ayat kursi setiap selesai sholat, kecuali kematian. Artinya setelah mati, maka secara otomatis dia akan masuk syurga. Sebagian ulama mengatakan kecuali mati dalam keadaan kafir, maka dia tidak akan masuk syurga. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa seseorang yang selalu membacanya setiap selesai sholat kemudian mati dalam keadan maksiat, maka tidak menghalanginya ( lihat Mirqatu al Mafatih ( 4/62).
Keempat : Hadist di atas juga menunjukkan bahwa seorang muslim tidaklah masuk syurga kecuali setelah dia mati. Dalam keadaan masih hidup di dunia maka dia tidak akan masuk syurga.
Kelima : Termasuk keutamaan ayat kursi selain yang disebut adalah sebagaimana di dalam hadist Ubai bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya :
يَا أَبَا الْمُنْذِرِ، أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ»؟ قَالَ : قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : «يَا أَبَا الْمُنْذِرِ، أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ»؟ قَالَ: قُلْتُ: اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ . قَالَ: فَضَرَبَ فِي صَدْرِي وَقَالَ :«وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ»
“Wahai Abu Mundzir, apakah engkau tahu ayat apa yang terdapat di dalam Kitab Allah yang ada pada dirimu yang paling agung?” Beliau menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliaupun menanyakan lagi : “Wahai Abu Mundzir, apakah engkau tahu ayat apa yang terdapat di dalam Kitab Allah yang ada pada dirimu yang paling agung? Kemudian aku menjawab, “Allahu La ilaha Illallah huwa al-Hayyu al-Qayyum (Ayat kursi).” Maka beliau menepuk dadaku seraya mengatakan : “Selamat bagi anda wahai Abu Mundzir dengan ilmu anda.” (HR Muslim)