Fatwapedia.com – Hari-hari penuh ujian. Gerakan Islam kerap dituding radikal, intoleran. Dakwah Islam dibully, ulama dipersekusi, dan aktivisnya dibui. Sehingga kebatilan musuh Islam nampak indah dan mempesona. Sedang kondisi umat Islam terlihat buram dan kacau balau.
Oleh karena itu, Muhasabah dan tadabbur kita, di hari ke-17 bulan suci Ramadhan 1442 H ini, terkait hukum dan hukuman bagi orang-orang zalim, dengan mengambil hikmah dan pelajaran dari Al-Qurán Surat Al-Fiil.
Surat Al-Fiil yang berarti gajah, terdiri dari lima ayat, adalah surat yang ke 105, dalam urutan tartib mushaf Al-Qurán. Tergolong surat Makkiyah atau surat-surat yang diturunkan di Makkah. Kandungan isinya, tentang pasukan gajah dari Yaman yang dipimpin oleh raja Abrahah yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun usaha ini gagal, karena Ka’bah dilindungi oleh Allah Swt. sebagaimana firman-Nya.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ . أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ . وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ . تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ . فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ
“Wahai Muhammad, apakah engkau tidak memperhatikan, bagaimana Tuhanmu menghukum pasukan gajah? Bukankah Allah telah menghancurkan usaha keji pasukan gajah? Allah mengirimkan burung berbondong-bondong kepada pasukan gajah. Burung-burung itu melempari pasukan gajah dengan batu cadas. lalu Allah melumatkan mereka bagaikan daun yang dikunyah oleh hewan lalu dimuntahkan.” (Qs. Al Fiil [105]:1-5)
Peristiwa pasukan bergajah ini terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan Surat Al-Fil diturunkan sekitar 45 tahun setelahnya.
Surat ini mengingatkan nikmat Allah kepada Quraisy. Allah melindungi ka’bah sehingga mereka pun selamat dari serbuan pasukan Abrahah yang berambisi menghancurkan bangunan yang mulia itu.
Abrahah, penguasa Yaman, membangun gereja besar dan tinggi menjulang. Al Qulais namanya. Sebab demikian tingginya hingga orang yang mendongakkan kepala untuk melihat puncaknya dari hampir terjatuh qulansuwah (peci)-nya.
Abrahah kemudian memerintahkan kepada bawahannya agar memalingkan orang-orang yang semula pergi ke Makkah. Ia ingin mereka tidak lagi mengunjungi Ka’bah tapi beralih mengunjungi gereja Al Qulais.
Rencana itu terdengar oleh orang-orang Arab. Salah seorang suku Kinanah yang tersinggung kemudian menyelinap masuk ke gereja itu dan meletakkan kotoran air besar di sana.
Yaman gempar. Infrastruktur yang menelan biaya besar dilecehkan dan dipecundangi. Mendapat informasi bahwa pelakunya adalah simpatisan Ka’bah, Abrahah menginstruksikan pasukannya untuk bersiap. “Kita hancurkan ka’bah! Kita ratakan dengan tanah!”
Dr. Shalih as-Saamira’i memberi komentar menarik dan inspiratif terkait Al-Qurán surat Al-Fiil ini. “Surat ini bukan hanya bercerita tentang penyerangan tentara Abrahah terhadap Ka’bah. Ini adalah pesan kepada semua orang yang suka mengacau terhadap penduduk sipil dan menjajah suatu bangsa, atau penguasa yang mencoba menjajah bangsa lain dengan kekuatan militer mereka,”ungkapnya.
Saat mereka tidak berkuasa, mereka berbicara tentang aturan hukum dan mereka mengajak orang untuk mematuhi hukum. Tapi ketika mereka berkuasa, mereka akan berkata, “Hukum itu hanya untuk orang lain. Dan kami berada di atas hukum, kami di luar jangkauan hukum. Hukum akan berlaku, dan memang baik, untuk menegakkan hukum, tetapi kami punya situasi khusus.”
Lalu, siapa yang akan menghentikan mereka? Meskipun mereka menginjak-nginjak hukum dan peraturan? Mereka masyarakat yang paling kuat. Siapa yang akan menanyai mereka? Siapa yang akan menentang penindasan mereka?
Hukum bisa direkayasa agar orang yang benar menjadi salah dan yang salah jadi benar. Hal ini telah terjadi berkali-kali di dalam sejarah, dan tidak sulit untuk melihat contoh demikian, bahkan di zaman kita sekarang.
Kisah Ibrah
Sebagai sebuah pelajaran, pengalaman hidup seringkali mampu meneguhkan keyakinan dan membangkitkan keberanian. Seperti pengalaman hidup seorang tua yang dikisahkan oleh anaknya sendiri, Ahmad Zahro.
Sekitar tahun 1965, saya amat sering mendengar ayah membaca Al-Qur’an surat al-Fiil. Ketika saya tanya: “Kenapa ayah koq sering sekali membaca surat al-Fiil?”
“Jika Abrahah dan pasukannya yang begitu hebat saja hancur lebur. Apalagi PKI, kaum yang tidak bertuhan itu, tidak ada apa-apanya?” jawab ayah saya percaya diri.
Kenyataan yang saya saksikan dengan mata kepala sendiri, suatu malam di tahun ’65-an itu, ayah dikepung oleh puluhan orang anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Ibu sudah menangis terus, tapi begitu ayah ke luar rumah sendirian, PKI itu lari terbirit-birit.
Menyaksikan kezaliman, ketidak adilan, dan kriminalisasi yang dicari-cari, di samping harus tetap dihadapi dengan sabar dan ikhtiar, sudah waktunya kita mengadu kepada Yang Maha Adil, Allah Swt, dengan mengambil hikmah dari surat al-Fiil.
Kita tidak mengadukan oknum tertentu, tapi siapa pun yang bersikap bermusuhan dan berlaku tidak adil terhadap Islam dan kaum muslimin, maka itulah sasaran al-Fiil. Semoga Allah swt berkenan menolong perjuangan Islam dan membela kaum muslimin dari kezaliman orang-orang dhalim. Aaamiin.
Pada masa kekuasaan Islam di Granada, Andalusia dulu, ada seorang pendeta yang berjalan-jalan dan mendapati seorang anak kecil yang sedang menangis. Pendeta tersebut bertanya kepada anak itu. “Mengapa kamu menangis?”
Sang anak menjawab: “Kakek mengajari saya cara memanah yang benar sehingga bisa mengenai sasaran. Tadi saya melepaskan busur anak panah sepuluh kali, sembilan busur mengenai sasaran dan yang satu tidak. Itulah yang membuat saya sedih dan menangis.”
Pendeta berkata, “Kenapa kamu tidak mencoba lagi?” Sang pemuda memberi jawaban yang mengejutkan, “Jika satu panah gagal mengenai musuh, mungkinkah musuh akan memberi kesempatan pada saya untuk memanahnya lagi?”
Pendeta tersebut kembali ke kaumnya dan berkata, “Kalian tidak punya kekuatan untuk mengalahkan umat Islam. Mereka membiasakan anak-anak mereka untuk memiliki semangat dan tekad yang tinggi.”
Tahun demi tahun berlalu. Ada seorang pendeta lain yang berjalan-jalan di Andalusia. Di tengah jalan ia bertemu kakek tua yang sedang meneteskan air mata. Sang pendeta bertanya, “Mengapa kamu menangis?” Kakek tua itu menjawab, “Saya ditinggal kekasih.”
Kemudian pendeta tersebut menemui kaumnya dan berkata kepada mereka, “Sekarang inilah kesempatan kalian untuk menyerang kaum muslimin dan mengambil kembali tanah kalian yang terampas.”
Sibuk dengan urusan dunia, jabatan, bisnis, anak-istri, dua, tiga, atau empat. Lupa perjuangan meninggikan kalimat Allah. Saat itulah musuh datang menyerang, menusuk kita dari depan, belakang, atau samping.
Maka jadilah muslim yang shalih, militan dan selalu siaga dan berkata: “Saya selalu menyayangi hidup saya. Tapi ternyata saya tidak menemukan kehidupan yang berharga sebagaimana jika saya menjadi seorang pemberani.”
Jangan seperti orang tua yang sibuk menggendutkan perut, menghiasi diri dengan sutra, mobil mewah, rumah megah, ataupun yang terbuai dengan kenikmatan dunia. Seakan setengah hidupnya berada di ruang makan, dan setengahnya lagi berada di toilet.”
Orang kafir senantiasa mengharapkan keterpurukan umat Islam. Karena itu, bila Anda tertarik dengan kilauan pahala dari Allah, bersungguh-sunguhlah untuk meraihnya, dengan jihad dan amal shalih, bukan menyibukkan diri dengan hal yang remeh temeh.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Wahai kaum mukmin, takutlah kepada Allah. Tempuhlah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan beramal shalih. Berjuanglah kalian untuk membela Islam, niscaya kalian akan beruntung di akhirat._ (QS Al-Ma’idah [5] : 35)
Oleh: Irfan S. Awwas