Fatwapedia.com – Saat bulan Ramadhan tiba kita akan sangat familiar dengan doa yang satu ini. Di sebagian masjid pembacaannya dipimipin oleh imam lalu diikuti para jamaah. Namun tahukah anda apa keutamaan, hikmah dan pelajaran dari doa ini. Sebelum membahasnya ada baiknya kita lihat redaksi hadits yang berisi doa lailatul qadr ini.
Dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata,
يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو؟ قَالَ: تَقُولِينَ: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Wahai Rasulullah, doa apakah yang aku baca apabila aku mendapati lailatul qadr? Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: Engkau mengucapkan,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
‘Allahumma innaka ‘Afuwwun tuhibbul ’afwa fa’fu anniy’
(Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi mencintai pemaafan, maafkanlah aku).” [HR. Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah, Ash-Shahihah: 3337]
Dibalik kalimat doa yang pendek ini ternyata ada beberapa pelajaran berharga yang bisa kita ambil, yakni:
1. Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha, istri tercinta Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam di dunia dan di surga, seorang wanita yang cerdas dan mendalam ilmunya pun masih bertanya kepada Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam tentang lafaz doa yang dianjurkan, dari sini kita bisa memetik pelajaran:
- Lafaz dzikir dan doa yang terbaik adalah mengikuti petunjuk Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam, dan tidak boleh menciptakan wirid dzikir dan doa sendiri yang dibaca secara rutin.
- Hamba selalu butuh untuk berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla, setinggi apa pun derajatnya dan sebanyak apa pun amalannya, hamba selalu butuh kepada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat.
- Memohon pemaafan dan ampunan terhadap dosa adalah termasuk doa yang terbaik, karena Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam tentu akan memberikan pengajaran yang terbaik kepada istri beliau yang tercinta, dan karena mendapatkan rahmat dan ampunan Allah adalah sebab seorang hamba selamat dari azab dan masuk surga.
2. Mengapa dianjurkan memohon ampun di saat kita memperbanyak ibadah di malam al-qodr?
- Karena pada hakikatnya ibadah-ibadah yang kita lakukan masih sangat kurang, baik secara kuantitas apalagi kualitasnya.
- Karena syukur kita atas kenikmatan yang Allah berikan juga sangat kurang. Sementara dosa-dosa kita sangat banyak. Dan nikmat yang Allah berikan tidak sanggup kita hitung.
- Agar kita menyadari bahwa kita adalah hamba yang tidak patut dipuji, kita adalah hamba yang penuh dengan kekurangan. Kita membutuhkan ampunan Allah. Dengan kesadaran ini kita pun selamat dari penyakit riya’ ketika beribadah dan penyakit ujub dan sombong setelah beribadah.
3. Diantara adab berdoa adalah memuji Allah, dan dalam hadits yang lain juga dianjurkan bersholawat kepada Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam sebelum menyampaikan permintaan.
4. Diantara nama Allah yang mulia adalah Al-‘Afuww (العفو) maknanya adalah yang Maha Pemaaf, yang memaafkan dan menghapus dosa hamba.
5. Diantara sifat Allah ‘azza wa jalla adalah mencintai pemaafan, oleh karena itu Allah ‘azza wa jalla mencintai hamba-hamba yang suka memberi maaf.
Penting!
1. Terdapat lafaz yang dha’if pada doa ini, yaitu tambahan lafaz Kariimun [كريم] setelah ‘Afuwwun [عفو] yang terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi. Walaupun Al-Kariim termasuk nama Allah, namun tidak ditetapkan dengan hadits Ini, tapi di hadits yang lain.
Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-Albani rahimahullah menjelaskan,
(تنبيه): وقع في “سنن الترمذي ” بعد قوله: “عفو” زيادة: “كريم “! ولا أصل لها في شيء من المصادر المتقدمة، ولا في غيرها ممن نقل عنها، فالظاهر أنها مدرجة من بعض الناسخين أو الطابعين؛ فإنها لم ترد في الطبعة الهندية من ” سنن الترمذي ” التي عليها شرح “تحفة الأحوذي ” للمباركفوري (4/ 264)، ولا في غيرها. وإن مما يؤكد ذلك: أن النسائي في بعض رواياته أخرجه من الطريق التي أخرجها الترمذي، كلاهما عن شيخهما (قتيبة بن سعيد) بإسناده دون الزيادة.
“Peringatan: Dalam Sunan At-Tirmidzi, setelah ucapan beliau ‘Afuwwun [عفو] terdapat tambahan lafaz kariimun [كريم], dan lafaz ini tidak ada asalnya sama sekali pada sumber-sumber terdahulu, tidak pula dari yang menukil langsung dari sumber-sumber tersebut. Maka yang nampak bahwa lafaz tersebut mudrajah (sesuatu yang ditambahkan) oleh sebagian Pencatat dan Pencetak. Karena lafaz tersebut tidak terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi cetakan India yang dijadikan acuan oleh Al-Mubaarakfuri (4/264) dan tidak pula pada selain kitab tersebut. Dan diantara yang menguatkan fakta ini, bahwa An-Nasai pada sebagian riwayatnya mengeluarkan hadits ini dari jalan yang sama dengan yang dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, keduanya dari syaikh mereka berdua, Qutaibah bin Sa’id dengan sanadnya namun tanpa tambahan lafaz tersebut.” [Silsilah Al-Ahaadits Ash-Shahihah, 7/1011-1012]
2. Membaca Doa Lailatul Qodr maupun doa lainnya secara berjama’ah setelah sholat termasuk mengada-ada dalam agama.
Disebutkan dalam fatwa Himpunan Ulama Besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah di masa ini,
الدعاء الجماعي بعد الصلاة بدعة لا أصل له في الشرع
“Doa berjama’ah setelah sholat adalah bid’ah, tidak ada asalnya dalam syari’at.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/241-242]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
💻 Sumber: https://www.facebook.com/sofyanruray.info/posts/813945825421568:0