Fatwapedia.com – Mahabbah adalah unsur terpenting dalam ibadah. Bersama raja`(berharap) dan khauf (takut), cinta menjadi perasaan hati yang melengkapi ketundukan kita kepada Allah.
Ulama Salaf berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan cinta saja, maka ia zindiq. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan takut saja, maka ia harury (pengikut sekte khawarij). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan rasa harap saja, maka ia murji` (pengikut sekte murji`ah).” (Majmu al Fatawa)
Allah berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al Isra [17]: 57)
Allah berfirman tentang nabi-nabi-Nya (yang artinya):
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al Anbiya [21]: 90)
Tiga unsur ini juga terdapat dalam surat Al Fatihah, surat yang selalu kita baca dalam setiap rakaat shalat kita.
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamin mengisyaratkan makna cinta, karena al hamdu artinya memuji Allah dengan sifat-sifat sempur-na disertai rasa cinta. Pujian tanpa disertai rasa cinta tidak disebut al hamdu, akan tetapi al madhu.
Ar rahmaanir rahiim mengisyaratkan makna raja`, karena rahmat Allah yang dikandung dalam dua nama Allah al rahman dan al rahim adalah sesuatu yang kita harapkan dari ibadah-ibadah yang kita kerjakan.
Maaliki yaumid diin mengisyaratkan makna khauf. Hari pembalasan adalah hari yang kita takutkan. Kedahsyatannya membuat setiap mukmin takut untuk menghadap dengan amal ibadah yang sedikit. Untuk itulah kita pun beribadah kepada Allah. Agar kita tidak mengalami kesulitan saat hari pembalasan itu datang hingga akhirnya kita dimasukkan kepada siksa Allah yang sangat berat.
Cinta yang diliputi unsur ketundukan, merendahkan diri dan ketaaan secara mutlak tidak boleh terbagi. Ia adalah cinta khusus untuk Allah. Harus kita murnikan. Tidak boleh kita tujukan cinta itu kepada selain Allah. Jika cinta itu terbagi, berarti kita membagi ketundukan dan ibadah kita kepada Allah. Artinya kita telah berbuat dosa paling besar, yaitu syirik. Perhatikan firman Allah berikut,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah [2]: 165)
Adapun cinta yang tidak mengandung unsur ketundukan dan perendahan diri, tak berdosa jika ia ada dalam hati kita. Cinta keluarga, anak-anak, orang tua, sahabat, bahkan cinta kepada lawan jenis, harta dan dunia adalah tabiat dan fitrah manusia. Semua itu adalah cinta yang halal. Namun dengan catatan, semua cinta itu tidak boleh sampai melampaui cinta kita kepada Allah. Cinta itu tidak boleh sampai membuat kita meninggalkan kewajiban kita. Cinta itu tidak boleh sampai membuat kita bermaksiat kepada-Nya. Jika sampai demikian, maka renungkanlah ancaman Allah berikut,
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA.” dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah [9]: 26)
Tanda-Tanda Cinta Kepada Allah
Pokok cinta ada dalam hati. Namun cinta juga dapat diungkapkan oleh lisan. Cinta pun harus dibuktikan dalam perbuatan. Berikut adalah tanda-tanda orang yang mencintai Allah. Siapa saja yang memilikinya, berarti ia benar-benar mencintai Allah. Jika tidak, maka bisa kita katakan cintanya adalah cinta palsu atau hanya sekedar pengakuan.
1. Senantiasa mendahulukan perkara yang Allah cintai atas selainnya
Orang yang mencintai Allah nampak dari prilaku dan tindakannya yang senantiasa mengedepankan apa pun yang dicintai oleh Allah dari kepentingan siapa pun dan urusan apa pun, dari keinginannya, hawa nafsunya, akal pikirannya, orang yang dicintainya dan lain sebagainya. Cintanya yang agung kepada Allah mewujud menjadi bentuk-bentuk pengorbanan yang menakjubkan. Kerelaan hati orang-orang yang jujur dalam cintanya kepada Allah tidak pernah kering dari amal-amal kebaikan yang bervisi akhirat dan maslahat. Tidak segan meninggalkan segala kepentingan, selain kepentingan yang dicintai oleh Allah azza wa jalla.
2. Mentauladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ciri orang yang mencintai Allah selanjutnya adalah mentauladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Allah telah memilih seorang utusan untuk diikuti jejak dan titahnya dan Allah ridho kepadanya. Bukti cinta kita kepada Allah harus diwujudkan dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran Rasulullah. Karena Allah hanya ridho jika kita mengikuti Rasulullah dalam beribadah kepadanya. Maka, jika ada seseorang yang mengaku cinta kepada Allah, namun perbuatannya tidak sesuai dengan contoh Rasulullah, pastilah cintanya itu tidak berbalas cinta dari Allah. Amati firman Allah berikut,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran [3]: 31)
3. Mencintai orang-orang yang mencintai Allah
Tidak akan sempurna cinta kita kepada Allah hingga kita juga mencintai orang-orang yang mencintai Allah dikalangan orang-orang yang beriman. Ciri orang yang mencintai Allah adalah membangun persaudaraan yang kokoh diatas cinta kepada Allah, saling menyayangi, mengayomi dan membantu antara orang-orang beriman yang mencintai Allah. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (QS. Al Maa`idah [5]: 54)
4. Keras terhadap orang-orang kafir
Jika kasih sayang dan rasa cinta kepada sesama orang beriman adalah ciri kecintaan kita kepada Allah, maka, begitu pun ciri cinta kepada Allah adalah membenci, keras, tegas dan berlepas diri dari orang-orang kafir. Maka tidak disebut orang benar-benar mencintai Allah, jika kita mencintai dan berloyalitas kepada orang-orang kafir. Karena mereka adalah musuh-musuh Allah. Allah membenci mereka, maka kita pun harus membenci mereka.
أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
“Bersikap keras terhadap orang-orang kafir.”
5. Berjihad di jalan Allah
Jihad adalah puncak tertinggi dari agama. Mengerahkan kemampuan dalam berperang melawan musuh Islam dengan tujuan meninggikan kalimat Allah ini adalah ciri cinta kepada Allah yang sangat besar. Sehingga Allah menjanjikan bagi orang-orang yang wafat dalam jihad surga yang akan mereka masuki tanpa hisab.
يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Yang berjihad di jalan Allah.”
6. Tidak takut celaan dalam berpegang teguh terhadap agama
Selanjutnya, sebagaimana yang Allah nyatakan dalam surat Al Maa`idah diatas, ciri orang yang mencintai Allah adalah tidak takut dengan celaan, cemoohan, cibiran dan hinaan orang-orang yang tidak suka kepadanya karena ia berpegang teguh terhadap agama dan ajaran Allah. Kekuatan cinta telah membuatnya kebal dengan semua itu. Seperti teladannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang juga mendapat kata-kata dan hinaan buruk dari orang-orang musyrik dahulu. Beliau disebut penyihir, orang gila dan pemecah belah. Namun semua hinaan itu tidak membuatnya menyurutkan langkah walaupun sedikit pun dalam berdakwah kepada Allah.
وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ
“Dan tidak takut kepada celaan orang yang mencela.”
Semoga Allah menumbuhkan cinta kedalam hati kita. Dan mencintai-Nya sepenuh hati hanya kepada Allah. Aamiin. Wallahu a’lam, wa shallallahu wa sallam ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.
(Disarikan dari buku “Al Irsyaad” karya Syaikhunaa Dr. Shaleh bin Fauzan al Fauzan (Anggota Hai`ah Kibar al Ulama, KSA)
Abu Khalid