Fatwapedia.com – Kandungan surat Al-ikhlas perlu kita pelajari dengan baik. Banyak pelajaran penting yang dapat digali dari surat yang pendek ini. Salah satunya yang berkaitan dengan masalah aqidah seorang muslim. Apa saja kandungan surat al-ikhlas? Berikut ini penjelasan yang disertai tafsirnya.
Kenapa Dinamakan Al Ikhlas?
Sebab penamaan surat ini dengan surat Al Ikhlas, karena surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana dikatakan oleh tim penerjemah Depag RI.
Dalam sebuah hadits Nabi sholallahu alaihi wa salam biasanya menyebutnya dengan “قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ” yakni ayat pertama dalam surat ini, seperti dalam riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya (no. 811) Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
Qul huwallahu Ahad, sebanding dengan sepertiga Al Qur’an.
Dalam riwayat Imam Bukhori (no. 5015), Rasulullah sholallahu alaihi wa salam menamakannya dengan Al Wahidus Shomad , sabda Beliau :
اللَّهُ الوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُ القُرْآنِ
Allah adalah Maha Esa dan tempat bergantung segala sesuatu itu (kinayah untuk surat Al Ikhlas) sama seperti sepertiga Al Qur’an.
Nabi juga menamakan surat ini dengan al-Mu’awwidzat bersama dengan surat Al Falaq dan surat An Naas, sebagaimana telah kami sebutkan dalam tafsir surat An Naas.
Tim penerjemah Depag RI mengatakan surat Al Ikhlas diturunkan setelah surat An Naas dan ia adalah Makkiyyah artinya diturunkan sebelum Rasulullah sholallahu alaihi wa salam hijrah.
Imam Ibnul Jaauzi dalam Zaadul Maisir mengatakan tentang kapan turunnya surat ini, kata beliau :
أحدهما : أنها مكية ، قاله ابن مسعود ، والحسن ، وعطاء ، وعكرمة ، وجابر
والثاني : مدنية ، روي عن ابن عباس ، وقتادة ، والضحاك
Pendapat pertama mengatakan bahwa surat Al Ikhlas adalah Makiyyah, ini dikatakan oleh Ibnu Mas’ud rodhiyallahu anhu, al-Hasan, ‘Athoo’, Ikrimah dan Jaabir rodhiyallahu anhu.
Pendapat kedua mengatakan Madaniyyah, ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu, Qotadah dan adh-Dhohaak.
Pendapat pertama yang kuat berdasarkan asbabun nuzul yang akan kami sampaikan berikut ini –insya Allh-.
Imam al-Wahidiy (w. 468 H) dalam kitabnya Asbaabun Nuzulul Qur’an menyebutkan 3 riwayat terkait turunnya surat ini, berikut riwayatnya berserta penilaian dari pentahqiq kitab ini yaitu asy-Syaikh ‘Ishoom bin Abdul Muhsin :
Imam Qotadah, Imam adh-Dhohaak, dan Imam Muqootil mereka semuanya berkata :
جَاءَ نَاسٌ مَنِ الْيَهُودِ إِلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَقَالُوا: صِفْ لَنَا رَبَّكَ، فَإِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ نَعْتَهُ فِي التَّوْرَاةِ، فَأَخْبِرْنَا مِنْ أَيِّ شَيْءٍ هُوَ؟ وَمِنْ أَيِّ جِنْسٍ هُوَ؟ مِنْ ذَهَبٍ هُوَ أَمْ نُحَاسٍ أَمْ فِضَّةٍ؟ وَهَلْ يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ؟ وَمِمَّنْ وَرِثَ الدُّنْيَا وَمَنْ يُوَرِّثُهَا؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى هَذِهِ السُّورَةَ وَهِيَ نِسْبَةُ اللَّهِ خَاصَّةً.
Orang-orang Yahudi mendatangi Nabi sholallahu alaihi wa salam, lalu mereka berkata : ‘sebutkan ciri-ciri Rabb kamu kepada kami, karena sesungguhnya Allah telah menjelaskan sifat-sifatnya dalam Taurat?, tersusun dari apa Dia?, dari jenis apa Dia? Dari emas, atau tembaga atau perak?, apakah Dia makan dan minum? Dari siapa Dia mewarisi dunia dan siapa nanti yang akan mewarisinya?, lalu Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan surat ini dan ia dinisbatkan kepada Allah secara khusus.
Sebagaimana kita lihat riwayat diatas mursal, karena ketiga Aimah yang menyebutkan riwayat ini adalah para tabi’in.
Lalu saya mendapatkan riwayat yang senada dengan ini dari Imam Baihaqi dalam al-Asmaa’ was Shifaat (n0. 606) dengan sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu, beliau berkata :
أَنَّ الْيَهُودَ، جَاءَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ كَعْبُ بْنُ الْأَشْرَفِ وَحُيَيُّ بْنُ أَخْطَبَ، فَقَالُوا: يَا مُحَمَّدُ، صِفْ لَنَا رَبَّكَ الَّذِي بَعَثَكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ، لَمْ يَلِدْ} [الإخلاص: 2] فَيَخْرُجُ مِنْهُ {وَلَمْ يُولَدْ} [الإخلاص: 3] فَيَخْرُجُ مِنْ شَيْءٍ، {وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ} [الإخلاص: 4] وَلَا شَبَهٌ. فَقَالَ: «هَذِهِ صِفَةُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ وَتَقَدَّسَ عُلُوًّا كَبِيرًا»
Orang-orang Yahudi mendatangi Nabi sholallahu alaihi wa salam, diantara mereka ada Ka’ab ibnul Asyrof dan Huyay bin Akhthob, lalu mereka berkata : ‘ya Muhammad, jelaskan kepada kami ciri-ciri tuhanmu yang telah mengutus engkau, lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan surat Al Ikhlas….
Lalu Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda : “ini adalah sifat Rabbku Azza wa Jalla yang Maha Suci, Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
Namun Imam Al Albani dalam adh-Dhoifah (no. 5206) menilai hadits ini mungkar.
Ubay bin Ka’ab rodhiyallahu anhu berkata :
أَنَّ الْمُشْرِكِينَ قَالُوا لرسول الله صلي اله عليه وسلم انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ}
Orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah sholallahu alaihi wa salam : ‘jelaskan ciri-ciri tuhanmu?, lalu Allah menurunkan surat Al Ikhlas….
Syaikh Ishom, pentahqiq kitab asbaabun Nuzul berkata :
أخرجه الإمام أحمد (الفتح الرباني: 18/243 – ح: 522) وابن جرير (30/221) والترمذي (5/ 451 – ح: 3364) والحاكم (المستدرك: 2/540) وابن عدي (الكامل: 6/2231) والبخاري في تاريخه وابن خزيمة والبغوي وابن المنذر وأبو الشيخ والبيهقي (فتح القدير: 5/513) وابن أبي عاصم (السنة: 1/297 – ح: 663) من طريق أبي سعد الصّغاني عن أبي جعفر به, وضعفه الألباني (السنة بتحقيقه: 1/297) وهو كما قال, بسبب أبي سعد – وهو محمد بن ميسّر الجعفي – (تقريب التهذيب: 2/212 – رقم: 756) ويشهد له: الرواية الآتية.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Jariir, Tirmidzi, al-Hakim, Ibnu Adiy, Bukhori dalam Tarikhnya, Ibnu Khuzaimah, Baghowi, Ibnul Mundzir, Abu Syaikh dan Ibnu Abi ‘Aashim dari jalan Abi Sa’ad ash-Shoghooniy dari Abi Ja’far dst… didhoifkan oleh al-Albani dalam as-Sunnah dan demikian kondisinya sebagaimana yang beliau katakan, dengan sebab Abi Sa’ad –yaitu Muhammad bin Muyassar al-Ju’fiy-, namun dikuatkan oleh riwayat berikut ini.
Jaabir rodhiyallahu anhu berkata sama seperti riwayat diatas. Pentahqiq kitab berkata :
أخرجه ابن جرير (30/221) وأبو يعلى وابن المنذر والطبراني في “الأوسط” وأبو نعيم والبيهقي (فى القدير: 5/514) عن جابر به, وضعفه الهيثمي (مجمع الزوائد: 7 /146) وهو كما قال بسبب مجالد بن سعيد (تقريب التهذيب: 2/229 – رقم: 919) .
Diriwayatkan oleh Imam ibnu Jariir, Abu Ya’laa, Ibnul Mundzir, Thobrani dalam al-Ausath, Abu Nu’aim dan Baihaqi dari Jaabir rodhiyallahu anhu. Didhoifkan oleh al-Haitsamiy dan demikian kondisinya sebagaimana yang beliau katakan, dengan sebab (dhoifnya) Mujaalid bin Sa’id.
Imam al-Albani menilai hadits diatas hasan dalam Ta’liqnya terhadap Sunan Tirmidzi. Dalam adh-Dhoifah (no. 5026) beliau berkata :
صححه الحاكم والذهبي! وفيه أبو جعفر الرازي، وهو ضعيف. لكن لحديثه شواهد تقويه؛ فراجعها في “الدرالمنثور”.
Dishahihkan oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi, didalamny ada Abu Ja’far ar-Roziy, beliau dhoif, namun hadits ini memiliki penguat, lihatlah ad-Durorul Mansyuur.
Kandungan Surat Al Ikhlas
Surat ini menyamai sepertiga Al Qur’an sebagaimana dalam riwayat yang telah kami sebutkan.
Sebagai bacaan ta’awudz bersama surat Al Falaq dan surat An Naas. Riwayatnya telah kami sebutkan dalam faedah surat An Naas.
Bersama dengan surat Al Kafirun, Rasulullah menyebutnya sebagai senikmat-nikmat surat, Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Aisyah Rodhiyallahu ‘anha dengan sanad yang dishahihkan oleh Imam Al Albani, bahwa beliau berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ، وَكَانَ يَقُولُ: «نِعْمَ السُّورَتَانِ هُمَا، يُقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ، قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ، وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ»
Rasulullah sholallahu alaihi wa salam biasanya sholat sunah qobliyah Subuh, Beliau berkata : “senikmat-nikmatnya dua surat adalah ini, dibaca pada qobliyah Subuh yaitu surat Al Ikhlas dan surat Al Kafirun.
Ashasbus sunan meriwayatkan bahwa Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam biasanya membaca surat Al Ikhlas pada rokaat ketiga pada saat sholat Witir, kemudian terdapat tambahan dalam riwayat Ashabus Sunan, kecuali Sunan Nasa’I bahwa pada rokaat ketiga disamping membaca surat Al Ikhlas, juga membaca surat Al Falaq dan surat An Naas. Aisyah Rodhiyallahu ‘anhu berkata :
كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى، وَفِي الثَّانِيَةِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَفِي الثَّالِثَةِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ
Rasulullah sholallahu alaihi wa salam biasanya sholat Witir membaca pada rokaat pertama surat Al A’laa, pada rokaat kedua Al Kafirun dan pada rokaat ketiga Al Ikhlas dan al-Mu’awidzatain.
Tambahan ini shahih –Insya Allah-, kami telah melakukan takhrij terhadap tambahan ini.
Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam biasa membaca surat Al Ikhlas bersama dengan surat Al Kafirun pada saat sholat Maghrib atau sholat sunnah Maghrib. Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘anhu beliau berkata :
يَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ: قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Rasulullah sholallahu alaihi wa salam biasanya sholat Maghrib membaca Al Kafirun dan Al Ikhlas.
Imam Bushiri mengatakan bahwa dhohir sanadnya shahih, namun terdapat cacat didalamnya, kata Imam Daruquthni terdapat kekeliruan pada sebagian perowinya. Lalu Imam Al Albani mengatakan dalam Ta’liq Sunan Ibni Majah bahwa hadits diatas syadz dan yang mahfuudz (yang shahih) Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam membacanya pada sholat sunnah (ba’diyah) Maghrib. Sebagaimana riwayat Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu yang ditulis oleh Imam Ibnu Majah, beliau berkata :
كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Rasulullah sholallahu alaihi wa salam biasanya sholat Ba’diyyah Maghrib membaca Al Kafirun dan Al Ikhlas.
Rasulullah pada saat haji sholat dua rokaat di masjidil harom, yaitu sholat sunah Thowaf dengan membaca Al Ikhlas dengan Al Kafirun, sebagaimana dalam hadits Jaabir Rodhiyallahu ‘anhu yang panjang yang berisi manasik haji Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam, terdapat didalamnya :
وَلَا أَعْلَمُهُ، إِلَّا ذَكَرَهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إِنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ: قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
aku tidak mengetahuinya, kecuali disebutkan dari Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam bahwa Beliau membaca dalam 2 rakaat sholatnya Al Kafirun dan Al Ikhlas (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Imam Al Albani).
Dalam riwayat Imam Tirmidzi dari Jaabir Rodhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang disahihikan oleh Imam Al Albani, lafadznya jelas :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي رَكْعَتَيِ الطَّوَافِ بِسُورَتَيِ الْإِخْلَاصِ: قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Bahwa Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam dalam sholat sunnah Thowaf membaca Al Ikhlas dan Al Kafirun.
Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam biasa membaca al-Mu’awidzat sebelum tidur, sebagaimana dikatakan oleh istri Beliau, Aisyah Rodhiyallahu ‘anha :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ، ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الفَلَقِ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ، يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ “
Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam biasanya jika sudah menuju pembaringaan setiap malamnya, Beliau Sholallahu ‘alaihi wa salaam mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya, kemudian membaca al-Mu’awidzaat, lalu mengusapkan kedua telapak tangannya ke seluruh badan yang bisa dijangkau, dimulai dari kepala, wajahnya lalu bagian belakang badannya, Beliau melakukannya sebanyak 3 kali (Bukhori).
Al-Mu’awidzaat dibaca setiap pagi dan petang, sebagaimana telah kami sebutkan haditsnya dalam faedah surat An Naas.
Yang membaca surat Al Ikhlas, kata Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam wajib mendapatkan surga. Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang beliau katakana sendiri hasan shahih, begitu juga dishahihkan oleh Imam Al Albani dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
أَقْبَلْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَجَبَتْ». قُلْتُ: مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: «الجَنَّةُ»
aku bersama Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam, lalu Beliau mendengar seorang membaca surat Al Ikhlas, maka Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa salaam berkata : “wajib baginya”, aku pun bertanya : “apanya yang wajib (wahai Nabi)?”, Beliau menjawab : “surga”.
Orang yang mencintai surat Al Ikhlas, akan dimasukkan kedalam surga. Imam Tirmidzi menyebutkan kisah tentang seorang sahabat yang senantiasa membaca surat Al Ikhlas sebelum membaca surat lainnya, ketika mengimami manusia, maka setelah dihadapkan kepada Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam dan ia melakukannya karena kecintaannya kepada surat Al Ikhlas, Nabi berkata kepadanya :
إِنَّ حُبَّهَا أَدْخَلَكَ الجَنَّةَ
Sesungguhnya kecintaanmu kepadanya akan memasukkanmu kedalam surga (diriwayatkan juga yang semisalnya dari Bukhori-Muslim).
Membaca surat Al Ikhlas sebanyak 10 kali akan dibangunkan istana di Surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa, Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam bersabda :
من قرأ *( قل هو الله أحد )* حتى يختمها عشر مرات بنى الله له قصرا في الجنة
Barangsiapa yang membaca surat Al Ikhlas sebanyak 10 kali, Allah Subhanahu wa Ta’alaa akan membangunkan istana di surga untuknya (HR. Ahmad, dihasankan oleh Imam Al Albani).
Demikian penjelasan lengkap mengenai kandungan surat al-ikhlas ayat 1 sampai 4. Surat pendek yang penuh peljaran berharga bagi kehidupan seorang muslim, sekaligus penentu keselamatan dunia akhirat.