Fatwapedia.com – Sebelum islam masuk ke tanah jawa masyarakat jawa menganut kepercayaan animisme dan dinanisme. Selain menganut kepercayaan tersebut masyarakat jawa jugadi pengaruhi oleh unsur budaya hindu dan budha dari india. Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemudian islam masuk ke jawa melewati Gujarat dan Persi dan ada yang berpendapat bahwa langsung dbawa olleh orang arab.
Kedatangan islam di jawa di buktikan dengan di temukannya batu nisan kubur bernama Fatimah binti Maimun serta makan Maulan Malik Ibrahim. Ada enam saluran perkembangan islam yaitu:
1. Perdagangan
Jalinan hubungan perdangan indonesia dengan para pedagan islam dari arab,persia ,dan india telah terjalin sejak abad ke-7 masehi. Di samping berdagang para pedangan islam tersebut juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan budaya islam kepada masyarakat.
2. Perkawinan
Para pedagan yang melakukan kegiatan perdangan dalam waktu yang lama memungkinkan mereka berinteraksi dengan penduduk setempat. Perkawinan antara putri pribumi dengan ulama atau pedagang islam mendukung proses syiar agama islam di kepulauan nusantara
3. Kesenian
Penyebaran agama islam melalui kesenian dilakukan,antara lain melalui seni wayang kulit,seni tari ,seni ukir,dan seni musik. Para penyebar islam mencipatakan seni kaligrafi,seni sastra dan lagu dolanan untuk menarik minat penduduk agar memeluk agama islam.
4. Politik
Pengaruh kekuasaan seorang raja sangat besar peranannya dalam proses islamisasi Nusantara. Ketika sesorang raja memeluk islam, maka rakyatnya akan mengikuti tindakan raja tersebut. Contohnya: sultan demak mengirimkan pasukannya untuk menduduki wilayah jawa barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama islam di sana
5. Pendidikan
Peran ulama guru-guru ataupun para kyai juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan islam. Mereka mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai sarana penyebaran agama islam melalui pendidikan. Contoh : pondok pesantren yang digunakanuntuk menyebarkan agama islam
6. Tasawuf
Salah satu saluran islamisasi yang tak kalah pentingnya adalah tasawuf. Tasawuf adalah pengajaran agama islam yang disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat setempat. Para tasawuf agama islam antara lain hamzah fansuri dari aceh dan sunan panggung dari jawa[1]
2. Islam Masuk Ke Tanah Jawa
Di pulau jawa, islam masuk melalui pesisir pulau jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 hijriah atau 1082 masehi di esa leran, kec.manyar, gresik. Di samping itu, di gresik juga di temukan makam Maulana Malik Ibrahim dari kasyan (satu tempat di persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. DI perkirakan makam-makam ini ialah makan keluarga istana Majapahit.
3. Masyarakat Jawa Sebelum Islam Datang
A. Jawa Pra Hindu-Budha
situasi kehidupan “religius” masayarakat di tanah jawa sebelum datangya islam sangatlah heterogen(bermacam-macam). Kepercayaan import maupun kepecayaan yang asli telah dianut oleh orang jawa. Sebelum hindu dan budha masyarakat jawa memeluk keyakinan bercorak animisme dan dinanisme. Mereka juga meyakini kekuatan magis keris, tombak, dan senjata lainnya.
B. Jawa Masa Hindu-Budha
pengaruh hindu-budha dalam masyarakat jawa bersifat ekspansif(terang-terangan). Sedangkan budaya jawa yang menerima pengaruh dan menyerap unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui proses akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem budaya, tetapi juga berpengaruh terhadap sistem agama.
Di pulau jawa terdapat tiga buah kerajaann masa hindu-budha. Kerajaan-kerajaan itu adalah Taruma, Ho-Ling, dan Kanjuruhan. Di dalam perekonomian dan industri salah satu aktivitas masayarakat adalah bertani dan berdagang dalam proses interagasi bangsa. Dari aspek lain karya seni dan sastra juga telah berkembang pesat antara lain seni musik, seni tari, wayng, lawak, dan tari topeng.
4. Peranan Walli Songo Dan Metode Pendekatannya
Di pulau jawa,penyebaran agama islam dilakukan oleh walisongo ( 9wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingakatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada ALLAH. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memeberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhan (yang dijunjung tinggi),
Nama 9 sunan tersebut adalah:
Berikut ini nama dan biografi singkat 9 Sunan yang menyebarkan dakwah di tanah jawa
1. Sunan gresik (maulana malik ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim, keturunan ke-11 dari Husain bin Ali, juga disebut sebagai Sunan Gresik, atau terkadang Syekh Maghribi dan Makdum Ibrahim As-Samarqandy. Maulana Malik Ibrahim diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarqandy, berubah menjadi Asmarakandi.[1] Sebagian cerita rakyat, ada pula yang menyebutnya dengan panggilan Kakek Bantal.
Maulana Malik Ibrahim adalah wali pertama yang membawakan Islam di tanah Jawa. Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan yang tersisihkan dalam masyarakat Jawa di akhir kekuasaan Majapahit. Misinya ialah mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Pada tahun 1419, setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan ampel (raden rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, adalah putra Maulana Malik Ibrahim, Muballigh yang bertugas dakwah di Champa, dengan ibu putri Champa. Jadi, terdapat kemungkinan Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dari ayahnya dan Champa dari ibunya. Sunan Ampel adalah tokoh utama penyebaran Islam di tanah Jawa, khususnya untuk Surabaya dan daerah-daerah sekitarnya.
3. Sunan drajad (syarifudin)
Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel. Mereka adalah putra-putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang dan Sunan Drajat merupakan keturunan ke-13 dari Husain bin Ali
4. Sunan bonang (maksum ibrahim)
Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat beliau meninggal, kabar wafatnya beliau sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat mengagumi beliau sampai ingin membawa jenazah beliau ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian beliau. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya.
Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab keturunan Nabi Muhammad[2].
5. Sunan kalijaga (raden mas said/jaka said)
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq.
6. Sunan giri (raden paku)
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang.
7. Sunan kudus (jafar sodiq)
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung, putra Raden Usman Haji yang belum dapat diketahui dengan jelas silsilahnya. Sunan Kudus adalah buah pernikahan Sunan Ngudung yang menikah dengan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus keturunan ke-14 dari Husain bin Ali, diperkirakan wafat pada tahun 1550.
8. Sunan muria (raden umar said)
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung.
9. Sunan guung jati (syarif hidayatullah)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh Jamaluddin Akbar. Di titik ini (Syekh Jamaluddin Akbar Gujarat) bertemulah garis nasab Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati. Ibunda Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang, seorang putri keturunan keraton Pajajaran, anak dari Sri Baduga Maharaja, atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi dari perkawinannya dengan Nyai Subang Larang. Makam dari Nyai Rara Santang bisa kita temui di dalam klenteng di Pasar Bogor, berdekatan dengan pintu masuk Kebun Raya Bogor[3].
5. Islam Di Jawa Paska Wali Songo
Setelah para wali menyebarkan ajaran islam di pulau jawa, kepercayaan animisme dan dinanisme serta budaya hindu-budha sedikit demi sedkit berubah atau termasuki oleh nilai-nilai islam. Hal ini membuat masyarakat kagum atas nilai-nilai islam yang begitu besar manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka langsung bisa menerima ajaran islam. Dari sni derajat orang-orang miskin mulai terangkat yang pada awalnya teretindas oleh para penguasa kerajaan. Islam sangat berkembang luas sampai ke pelosok desa setelah para wali berhasil mendidik murid-muridnya salah satu generasi yang meneruskan perjuangannya adalah “JAKA TINGKIR”. Islam di jawa yang paling menonjol setelah perjuangan wali songo adalah perpaduan adat jawa dengan nilai-nilai islam,salah satu diantaranya adalah tradisi wayang kulit.