Assalamu’alaikum ustadz.. Bagaimana profesi bekam. Karena saat ini ada pendapat yang mengatakan bahwa hasil dari bekam itu khobits (jelek).. Mohon penjelasannya … Syukron (Ferdi)
* * *
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..
Bismillah wal Hamdulillah. Tentang upah dari profesi membekam (hijaamah), ada beberapa hadits Nabi ﷺ yang mencelanya, dan ada pula yang membolehkannya. Sehingga wajar para ulama berbeda pendapat terhadap kebolehan mengambil upah dari berbekam.
Berikut ini kami paparkan hadits-hadits yang membolehkannya:
1. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu ditanya tentang upah dari berbekam, beliau menjawab:
احْتَجَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَجَمَهُ أَبُو طَيْبَةَ فَأَمَرَ لَهُ بِصَاعَيْنِ مِنْ طَعَامٍ وَكَلَّمَ أَهْلَهُ فَوَضَعُوا عَنْهُ مِنْ خَرَاجِهِ
“Rasulullah ﷺ pernah berbekam dan yang membekam beliau adalah Abu Thaibah, lantas beliau memerintahkan (keluarganya) supaya memberikan kepada Abu Thaibah dua sha’ makanan, dan beliau menganjurkan kepada tuannya supaya dia (tuannya) meringankan tugas yang dibebankan kepada Abu Thaibah.” (HR. Muslim no. 1577, At Tirmidzi no. 1278)
Imam Muslim Rahimahullah membuat Bab tentang hadits ini: Bab Hilli Ujrati Al Hijaamah (Bab Halalnya Upah Dari Berbekam). Artinya, menurut Imam Muslim upah dari membekam orang adalah halal.
Imam At Tirmidzi Rahimahullah memberikan komentar:
وَقَدْ رَخَّصَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ فِي كَسْبِ الْحَجَّامِ وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ
Sebagian ulama dari kalangan sahabat Nabi ﷺ dan selain mereka, memberikan keringanan terhadap pencaharian dari berbekam dan ini pendapat Imam Asy Syafi’iy. (Sunan At Tirmidzi no. 1278)
Artinya, pembolehan mencari nafkah dengan berbekam merupakan pendapat sebagian sahabat Nabi ﷺ dan juga Imam Asy Syafi’iy.
2. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, katanya:
احْتَجَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَعْطَى الَّذِي حَجَمَهُ وَلَوْ كَانَ حَرَامًا لَمْ يُعْطِهِ
Nabi ﷺ berbekam dan dia memberikan upah kepada yang membekamnya, seandainya itu haram tentu tidak akan dia memberikan upahnya. (HR. Bukhari no. 2103)
Dalam lafaz yang lain:
احْتَجَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَعْطَى الْحَجَّامَ أَجْرَهُ وَلَوْ عَلِمَ كَرَاهِيَةً لَمْ يُعْطِهِ
Nabi ﷺ berbekam dan memberikan upah kepada tukang bekamnya, seandainya dia tahu itu makruh niscaya dia tidak akan mengupahnya. (HR. Bukhari no. 2278)
Imam Bukhari dalam Shahih-nya, memasukkan hadits ini dalam Kitab Al Ijaarah (Sewa Jasa), Bab Kharaj Al Hajjaam (Pendapatan Tukang Bekam). Maka, keterangan menunjukkan mengupah tukang bekam sebagai akad ijarah adalah boleh, dan Nabi ﷺ sendiri yang melakukannya.
Demikian, di antara hadits yang membolehkan mengambil upah bekam.
Berikut ini hadits-hadits yang mencela upah bekam:
1. Dari Raafi’ bin Khadij Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
شَرُّ الْكَسْبِ مَهْرُ الْبَغِيِّ وَثَمَنُ الْكَلْبِ وَكَسْبُ الْحَجَّامِ
“Sejelek-jelek usaha adalah usaha pelacuran, jaul beli anjing dan usaha tukang bekam.”(HR. Muslim no. 2931)
2. Dari Raafi’ bin Khadij Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
ثَمَنُ الْكَلْبِ خَبِيثٌ وَمَهْرُ الْبَغِيِّ خَبِيثٌ وَكَسْبُ الْحَجَّامِ خَبِيثٌ
Hasil penjualan anjing itu khabits (buruk/kotor), upah pelacur itu khabits, dan upah tukang bekam itu khabits. (HR. Muslim no. 2932)
Uniknya, Imam Muslim membuat Bab tentang dua hadits dibatas berbunyi:
بَابُ تَحْرِيمِ ثَمَنِ الْكَلْبِ، وَحُلْوَانِ الْكَاهِنِ، وَمَهْرِ الْبَغِيِّ، وَالنَّهْيِ عَنْ بَيْعِ السِّنَّوْرِ
“Bab Haramnya hasil penjualan Anjing, Upah Dukun, Pelacuran, dan larangan jual kucing”
Beliau tidak menyebut larangan upah berbekam! Kenapa? Sebab larangan terhadap Anjing, pelacuran, dukun, dan kucing juga tertera dalam hadits lain. Sementara berbekam, yang tertera dalam hadits lain justru pembolehan mengambil upah darinya. Maka, penjudulan Bab ini menunjukkan memang Imam Muslim tegas membolehkannya.
Pendapat Para Ulama
Semua hadits di atas Shahih, lalu bagaimana memahaminya?
1. Sebagian ulama ada yang berpendapat hadits-hadits tentang larangan berbekam telah MANSUKH (dihapus).
Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizahullah berkata:
فذهب بعض أهل العلم إلى أن أحاديث النهي منسوخة
Sebagian ulama mengatakan bahwa hadits-hadits pelarangan tersebut telah MANSUKH.
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 7756)
Imam Malik Rahimahullah berkata tentang upah bekam:
ولا أرى به بأسا
Aku berpendapat tidak apa-apa. (Al Muntaqa Syarh Al Muwaththa’, 7/299)
Pembolehan juga menjadi pendapat Imam Abu Hanifah dan pengikutnya, serta Imam Al Laits bin Sa’ad. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah, ibid)
2. Mayoritas ulama mengkompromikan semua dalil yang ada bahwa kesimpulannya upah berbekam itu tidak haram, tapi makruh.
Syaikh Abdullah Al Faqih _Hafizahullah_ berkata:
وذهب الجمهور إلى الجمع بين الأحاديث وحمل النهي على الكراهة.
Mayoritas ulama berpendapat dengan mengkompromikan hadits-hadits yang ada dan memaknai larangan tersebut dengan MAKRUH.
Ada pun makna khabits (buruk), tidak selalu bermakna haram. Sebab Nabi ﷺ menyebut bawang merah dan bawang putih dengan khabitsatain (dua hal yang buruk). (HR. Muslim), tapi keduanya dibolehkan dimakan, makruhnya jika mendatangkan bau yang tidak sedap apalagi saat di masjid.
Sementara dari Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah, tidak ada perkataan jelas darinya tentang ini.
Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah memberikan komentar:
وليس عن أحمد نص في تحريم كسب الحجام ولا الاستئجار عليها وإنما قال: نحن نعطيه كما أعطى النبي صلى الله عليه وسلم ونقول له كما قال النبي صلى الله عليه وسلم لما سئل عن أكله نهاه وقال اعلفه الناضح والرقيق”
Tidak ada perkataan HARAM dari Imam Ahmad tentang penghasilan berbekam, dan tidak pula bayar jasa untuknya. Yang dia katakan adalah kami memberikan sebagaimana Nabi ﷺ juga memberikan, dan kami berkata kepada tukang bekam sebagaimana perkataan Nabi ﷺ ketika ditanya memakan hasilnya, Nabi ﷺ melarangnya dan bersabda: Berikan kepada tukang siram dan budak. (Al Mughni, 5/399)
Jadi, dari empat imam madzhab: yang membolehkan adalah Iman Asy Syafi’iy, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, sedangkan Imam Ahmad tidak tegas sikapnya.
Lalu, manakah yang kuat? Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizahullahberkata:
وبناء على ذلك نقول: من احتاج إلى هذا العمل فلا حرج عليه في أخذ الأجرة والمشارطة عليها، ومن لم يحتج له وفعل ذلك إعانة للمسلمين كان مثاباً مأجوراً فقد عد بعض أهل العلم من الشافعية عمل الحجامة من فروض الكفايات، فإن أعطي شيئاً فله أخذه . والله أعلم
Beranjak dari ini, maka kami katakan bahwa siapa yang membutuhkan pekerjaan ini maka tidak masalah baginya mengambil upah dan memasang tarif, ada pun bagi yang tidak membutuhkannya dan dia lakukan untuk menolong kaum muslimin maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala, dan sebagian SYAFI’IYAH mengkategorikan berbekam merupakan di antara fardhu kifayah, dan jika dia diberikan sesuatu maka dia boleh mengambilnya. Wallahu a’lam
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 7756). Demikian. Wallahu a’lam.
Oleh: Ustadz Farid Nu’man Hasan