Fatwapedia.com – Tiga bulan sekembalinya dari haji wada’, Rasulullah mengeluh sakit. Pertama kali beliau mengeluhkan sakit ini di rumah Maimunah Ummul Mukminin. Beliau menderita sakit selama 10 hari dan wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul awal. Beliau wafat dalam usia 63 tahun. Disebutkan dalam riwayat yang shahih bahwa beliau mulai mengeluh sakit sejak tahun ke-7 hijriyah selepas penaklukan Khaibar, setelah beliau mencicipi sepotong daging kambing yang telah dibubuhi racun yang dihidangkan oleh seorang wanita yahudi istri Sallam bin Misykam. Meski beliau tidak sempat menelannya akan tetapi pengaruh racun masih membekas atas diri beliau. Beliau meminta kepada istri-istri beliau agar diizinkan dirawat di rumah Aisyah Ummul Mukminin. Aisyah mengusap tubuh Rasulullah dengan tangan beliau sendiri karena keberkahannya, dan membacakan surat Al-Mw’awidzataini (Al-Falaq) untuk beliau.
Ketika menjelang wafat dan sakit beliau bertambah parah, beliau berkata kepada para sahabat: “Kemarilah, aku akan tuliskan untuk kalian satu pesan yang kalian tidak akan sesat setelahnya.” Namun para sahabat berselisih pendapat, sebagian dari mereka ingin memberikan alat tulis untuk beliau dan sebagian lainnya khawatir hal itu akan memberatkan beliau. Kelihatannya di sana terdapat indikasi yang menguatkan hahwa perintah memberikan alat tulis kepada beliau bukanlah wajib namun merupakan pilihan bagi mereka. Ketika Umar berkata: “Cukuplah bagi kitab Kitabullah!”, Rasulullah tidak mengulangi perintah beliau tersebut. Sekiranya apa yang hendak beliau tulis itu adalah perkara yang penting, niscaya beliau akan mewasiatkannya kepada mereka sebagaimana beliau mewasiatkan secara lisan agar mengeluarkan kaum Musyrikin dari Jazirah Arab dan memuliakan para utusan dan delegasi.” Disebutkan dalam riwayat-riwayat yang shahih bahwa peristiwa itu terjadi pada hari Kamis, 4 hari sebelum beliau wafat. Sekiranya apa yang hendak beliau tulis itu adalah perkara wajib, niscaya beliau tidak akan membiarkan para sahabat berselisih pendapat, karena beliau tidak akan menunda penyampaian risalah hanya karena penyelisihan orang-orang yang menyelisihinya. Dan para sahabat selalu berdiskusi dengan beliau dalam sebagian urusan, selama beliau belum menetapkan keputusan apapun dalam urusan tersebut.”
Rasulullah memanggil Fathimah dan membisikkan sesuatu kepadanya, lalu Fathimah menangis. Setelah itu Rasulullah kembali membisikkan sesuatu kepadanya dan kali ini ia tersenyum. Setelah Rasulullah wafat, Fathimah menceritakan bahwa Rasulullah mengabarkan kepadanya bahwa beliau akan wafat, maka iapun menangis, kemudian Rasulullah mengabarkan bahwa dialah yang paling awal menyusul beliau, maka iapun tersenyum? Dan hal ini termasuk salah satu tanda-tanda nubuwat.
Sakit yang beliau derita sangat memberatkan beliau, sehingga menghalangi beliau untuk keluar mengimami shalat. Beliau berkata: “Perintahkanlah Abu Bakar agar mengimami shalat.” Akan tetapi, Aisyah berusaha meralat perintah beliau supaya orang-orang tidak empati terhadap ayahnya. Aisyah berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang yang sangat halus perasaannya, lemah suaranya dan suka menangis apabila membaca Al-Qur’an.” Namun beliau tetap bersikeras dengan perintah tersebut, maka Abu Bakar-pun maju mengimami mereka shalat.’“ Rasulullah keluar dengan dipapah oleh Al-Abbas dan Ali hin Abi Thalib lalu mengimami shalat kemudian berkhutbah. Dalam khutbah tersebut beliau memuji Abu Bakar dan menjelaskan keutamaannya dan beliau mengisyaratkan kepada pilihan yang diberikan Allah kepadanya antara dunia dan akhirat dan beliau lebih memilih akhirat.
Khutbah terakhir beliau, 5 hari sebelum beliau wafat adalah sebagai berikut: “Sesungguhnya seorang hamba ditawarkan kepadanya dunia dan perhiasannya namun ia lebih memilih akhirat.”
Abu Bakar mengerti apa yang dimaksud oleh Rasulullah bahwa yang beliau maksud adalah diri beliau sendiri, maka Abu Bakar pun menangis sehingga orang-orang terheran karena mereka tidak mengerti apa yang diketahui oleh Abu Bakar“
Rasulullah menyingkap tirai kamar Aisyah pada shalat Fajar pada hari beliau wafat, lalu beliau menatap kaum Muslimin dalam shaf-shaf mereka sedang mengerjakan shalat. Rasulullah tersenyum dan tertawa seolah-olah beliau ingin mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Hampir-hampir saja kaum Muslimin menghentikan shalat mereka karena gembira menyambut keluarnya beliau, dan Abu Bakar mundur ke belakang karena mengira bahwa Rasulullah hendak keluar mengerjakan shalat. Namun beliau mengisyaratkan kepada mereka agar terus menyempurnakan shalat mereka, kemudian beliau masuk ke dalam kamar dan menutup kembali tirainya.
Kemudian Fathimah masuk menemui beliau dan berkata: “Duhai, betapa sulitnya wahai ayahku.” Rasulullah berkata kepadanya: “Tidak ada lagi kesulitan bagi ayahmu setelah hari ini.”
Kemudian Usamah bin Zaid masuk menemui beliau, lalu beliau mendoakannya dengan isyarat beliau hanya diam tidak bisa berbicara karena beratnya sakit yang beliau derira.”’
Menjelang wafat, Rasulullah bersandar di dada Aisyah. Aisyah mengambil siwak dari saudaranya, yakni Abdurrahman, ia mematahkannya dengan ujung giginya dan memberikannya kepada beliau lalu beliau bersiwak dengannya.”
Beliau mencelupkan tangan ke dalam bejana berisi air lalu mengusap wajah beliau seraya berkata: Laa ilaahaillallah sesungguhnya kematian itu pasti diiringi sekarat (sakaratul maut).
Dengan suara serak beliau berkata: “Bersama orang-orang yang diberi nikmat atas mereka.” Lalu beliau berkata: “Yaa Allah bersama Ar-Rafiq Al-A’laa” Mengertilah Aisyah bahwa beliau diberi pilihan dan bahwa beliau memilih bersama Ar-Rafiq Al-A’laa.
Rasulullah wafat sementara kepala beliau dalam pangkuan Aisyah ketika waktu duha sudah meninggi. Ada yang mengatakan waktu tergelincirnya matahari. Abu Bakar masuk menemui jenazah beliau -saat Rasulullah wafat ia berada di As-Sanah-, Abu Bakar menyingkap penutup wajah Nabi kemudian memeluk dan menciumnya lalu keluar menemui kaum Muslimin. Kaum Muslimin ada yang percaya dan ada yang tidak percaya ketika mendengar berita itu. Abu Bakar melihat Umar sedang berbicara di hadapan manusia, ia mengingkari berita wafatnya Rasulullah. Kemudian orang-orang mendatangi Abu Bakar lalu iapun berbicara: “Amma ba’du, barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barangsiapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha hidup dan tidak akan mati. Allah berfirman:
وما مُحَمَّدٌ إلّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مَن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أفَإنْ ماتَ أوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلى أعْقابِكم ومَن يَنْقَلِبْ عَلى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وسَيَجْزِي اللَّهُ الشّاكِرِينَ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun: dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144)
Orang-orangpun menjadi tenang dan Umarpun terduduk di atas tanah, ia tidak kuasa lagi bertumpu pada kedua kakinya. Seolah-olah mereka baru mendengar ayat tersebut pada hari itu.
Fathimah berkata:
Duhai ayahku, sambutlah panggilan Rabbmu Duhai ayahku, surga Firdauslah tempat bermukimmu Duhai ayahku, kepada malaikat Jibrillah kami mengaduh”
Shalawat, keselamatan, keberkatan, dan nikmat semoga Allah curahkan atas Nabi-Nya, atas keluarga beliau, dan segenap sahabat beliau.
Akhir dari doa kami adalah ucapan segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam.