Fikroh.com – Awal tahun ini banyak sekali kiyai, ulama’ dan orang shalih yang wafat. Yang terbaru adalah wafatnya Syeikh Ali Jaber. Dai dan ulama kharismatik asli Madinah wafat pada hari kamis (14/1/2021) di Jakarta.
Wafatnya para kiyai dan ulama’ adalah musibah besar bagi kita para santri khususnya dan bagi umat Islam pada umumnya. Oleh karena itu dalam sebuah riwayat disebutkan
ومَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لَا تُجْبَرُ، وَثَلْمَةٌ لَا تُسَدُّ، وَنَجْمٌ طُمِسَ وَمَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ» ابن عبد البر، جامع بيان العلم وفضله، ١٧٠/١
“Meninggalnya ulama’ adalah musibah yang tidak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama’ laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih ringan daripada meninggalnya satu orang ulama”
Meminjam istilah KH. Anwar Zahid ketika pejabat meninggal sangat mudah mencari penggantinya. Bahkan ketika mereka masih hidup pun sudah banyak yang berebut ingin menggantikan. Tapi ketika seorang ulama’ wafat sangat sulit atau terkadang butuh sekian tahun untuk bisa ada penggantinya. Bahkan terkadang tidak ditemukan lagi pengganti yang setara dengannya. Karena itulah kematian ulama’ sangat disenangi oleh Iblis. Imam Baihaqi meriwayatkan
عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، قَالَ: ” مَوْتُ عَالِمٍ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيسَ مِنْ مَوْتِ سَبْعِينَ عَابِدًا ” [البيهقي، أبو بكر، شعب الإيمان، ٢٣٢/٣]
“Dari Abu Ja’far, dia berkata: ‘Kematian ulama lebih dicintai iblis daripada kematian 70 orang ahli Ibadah.”
Semoga ini menjadi momen bagi para kita untuk bisa meneladani para ulama’ dan orang shalih sehingga siap menjadi penerus mereka. Ada satu kaedah nahwu yang disampaikan Ibn Malik dalam kitabnya yang terkenal yaitu Alfiyah
وَمَا يَلِي الْمُضَافَ يَأْتِي خَلَفَا … عَنْهُ فِي الاِعْرَابِ إِذَا مَا حُذِفَا
Jika kita ibarat Mudhaf Ilaih dan ulama’ adalah Mudhaf, maka Mudhaf Ilaih (kita) harus siap menggantikan i’rab Mudhaf (ulama’) ketika Mudhaf sudah tidak ada.
Wafatnya Ulama Ujian Kesabaran dan Iman
Makin banyak ulama dan pejuang yang wafat, sementara orang-orang jahat dan penyesat tetap sehat. Ini menguji prasangka baik kita kepada Allah.
Allah berikan istidraj kepada mereka sampai akhirnya mereka berada di puncak kekufurannya seperti Fir’aun dan Qarun, barulah mereka dibinasakan, sebagaimana sabda Rasulullah:
إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ
“Sesungguhnya Allah itu memberi penguluran kepada orang zalim, nanti kalau Dia sudah menghukumnya maka tak akan diberi kesempatan sedikitpun.”
Lalu beliau membaca firman Allah:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
“Demikianlah Tuhanmu mengambil penduduk negeri di saat mereka zalim. Sungguh pengambilannya itu sangatlah menyakitkan.” (Qs. Huud : 102) (HR. Al-bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari).
Semoga Alloh menjaga kita dari fitnah akhir zaman dan diteguhkan dalam iman dan islam hingga ajal menjelang. Aamiin
Oleh: Abdul Wahid Alfaizin