Fikroh.com – Pada tanggal 13 bulan pertama tahun 2021 ini, pemerintah Indonesia memulai program pemberian vaksin Covid. Setelah mendapatkan izin peredaran dari BPOM dan sertifikat halal dari MUI, presiden Jokowi menjadi salah satu orang pertama yang divaksin.
Berkenaan dengan pemberian vaksin, ada kisah heroik yang berasal dari salah seorang tokoh vaksin Indonesia, Prof. DR. Achmad Mochtar. Pria yang berasal dari Pasaman, Sumatera Barat ini dulu menjabat sebagai kepala lembaga penelitian biologi Eijkman di Jakarta di masa pendudukan Jepang.
Untuk meraih simpati rakyat terhadap program romusha, Jepang menjanjikan fasilitas makan dan kesehatan bagi rakyat yang ikut bergabung. Mereka ditampung di daerah Klender Jakarta untuk kemudian disalurkan ke tempat-tempat kerja paksa.
Di Klender ini, mereka diberi banyak fasilitas. Salah satu fasilitas kesehatan yang mereka berikan adalah vaksinasi terhadap virus tetanus. Namun ketika itu di bulan Agustus 1944, 900 romusha yang dinjeksi tentara Jepang malah mati mengenaskan setelah vaksinasi.
Jepang kemudian meminta agar pihak laboratorium Eijkman melakukan investigasi. Hal ini sangat penting dilakukan agar citra penampungan romusha di Klender tetap terjaga.
Prof Achmad Mochtar dan kawan-kawannya kemudian mendapatkan kesimpulan bahwa vaksin yang diberikan oleh tentara Jepang adalah vaksin yang justru telah terinfeksi oleh tetanus. Alih-alih memberikan kekebalan, vaksin ini justru merenggut nyawa para romusha.
Untuk menjaga nama baik Jepang, para peneliti dari lembaga Eijkman ini kemudian dipaksa mengaku bahwa merekalah yang telah melakukan sabotase dengan meracuni vaksin tersebut. Setiap hari di markas Kenpetai (polisi rahasia Jepang) mereka disiksa sampai ada yang meninggal dunia agar mengakui perbuatan yang tidak pernah mereka lakukan.
Pada saat itulah Prof. DR. Achmad Mochtar mengorbankan diri beliau. Agar para dokter dan peneliti lainnya selamat dari siksaan Jepang, beliau pun mengaku sebagai pelaku sabotase.
Prof. Achmad Mochtar kemudian dieksekusi. Rika, anak angkat beliau menuturkan bahwa Achmad Moctar dieksekusi dengan digilas stoomwalls, mobil untuk mengeraskan aspal jalan.
Nama Prof Achmad Mochtar sempat menjadi buruk akibat propaganda Jepang. Bahkan presiden Soekarno dalam wawancaranya bersama Cindy Adams menyatakan penyesalannya terhadap perbuatan Prof Achmad Mochtar, menunjukkan bahwa beliau pun meyakini apa yang dituduhkan oleh Jepang bahwa Achmad Mochtar sudah melakukan sabotase.
Kepahlawanan Achmad Mochtar baru diakui di masa pemerintahan Soeharto dengan penganugerahan bintang jasa dan juga menamakan rumah sakit umum di Bukit Tinggi dengan nama beliau, RS. DR. Achmad Mochtar.
Kisah heroik beliau dicantumkan dalam buku Drama Kedokteran terbesar karya Hamafiyah dan War Crimes in Japan Occupied Indonesia karya J. Kevin Baird dan Sangkot Marzuki.
Itulah sekelumit kisah pengorbanan Dr Mochtar yang luar biasa. Semoga Allah merahmati dan mengampuni dosa beliau.
Oleh: Wira Mandiri Bachrun