Fikroh.com – Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS Yusuf : 111).
Jika dilihat dari sudut pandang filosofis, maka ayat diatas menunjukkan beberapa hal penting. Pertama secara ontologis, bahwa Allah telah menegaskan akan adanya peristiwa masa lalu. Artinya sejarah sebagai sebuah peristiwa masa lalu adalah benar adanya.
Peristiwa masa lalu yang disebutkan Allah sebagai kisah-kisah terdahulu adalah kisah para Nabi dan Rasul. Peristiwa yang dialami oleh para utusan Allah lantas diceritakan kembali oleh Allah dalam Al-Qur’an adalah sebuah kebenaran mutlak, bukan cerita-cerita rekaan yang dibuat-buat.
Hal lainnya adalah tinjauan epistemologi, dimana al-Qur’an adalah kitab suci yang salah satunya menjadi sumber ilmu, terutama ilmu sejarah. Al-Qur’an memuat banyak sekali kisah-kisah yang terjadi di masa lalu, baik apa yang terjadi di zaman Nabi Adam hingga zaman Nabi Muhammad. Secara epistemologi, para ilmuwan juga memberikan definisi tentang sejarah.
Nourozzaman ash Shiddiqie menegaskan bahwa sejarah adalah sederetan peristiwa yang terjadi pada masa lampau dilihat dari hukum sebab akibat. Sejarah adalah peristiwa. Sejarah adalah waktu. Bukankah dalam perjalanan waktu hidup ini, kita selalu dihadapkan oleh berbagai peristiwa.
Bagi Sayyid Qutb sejarah adalah interpretasi peristiwa yang memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat. Sejarah adalah interpretasi. Sejarah adalah pelajaran. Bukankah kita diberikan akal oleh Allah untuk senantiasa merenungkan berbagai fakta.
Imam As Suyuthi mendeskripsikan sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan manusia dan potensi kebaikan manusia, keduanya akan dicatat sebagai sejarah. Dalam deretan pertarungan antara haq dan bathil, ambil peran pejuang kebenaran jangan berperan sebagai pecundang.
Sejarah sebagai fragmen perilaku manusia dapat dibuktikan catatan perilaku Qobil yang jahat dan Habil yang bijak, Namrudz yang biadab dan Ibrahim yang beradab, Fir`aun yang zalim dan Musa yang `alim, Abu Jahal yang kurang ajar dan Muhammad Rasulullah yang menebarkan rahmat.
Sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan dan kebaikan dapat dibuktikan dengan adanya fragmen pejuang kebenaran melawan pengusung kebatilan, pembela keadilan melawan penebar kezaliman, penyeru Islam melawan pemuja kekufuran, penjaga kemuliaan al-Qur`an melawan sang penista, dan fragmen pertarungan pembela Islam melawan penghalang perjuangan Islam.
Sejarah sebagai interpretasi dan pelajaran dapat dibuktikan dengan ditenggelamkannya Fir`aun dan diselamatkannya Musa, serta dibinasakannya Abu Jahal dan dimenangkannya Rasulullah, ditaklukkannya Konstantinopel dan dimenangkannya Muhammad al Fatih.
Hal penting lainnya adalah perspektif aksiologis, yakni nilai manfaat dari sejarah. Allah telah menegaskan dalam QS Yusuf : 111 diatas bahwa sejarah bagi orang-orang yang mau berfikir memiliki manfaat sebagai petunjuk, penjelas dan pembelajaran.
Sebagai petunjuk, sejarah berfungsi memberikan arah bagi manusia sesudahnya akan kebenaran dan kebatilan. Banyak peristiwa yang menunjukkan kepada manusia tentang keadilan dan kezaliman, kebenaran dan kebatilan, kebaikan dan keburukan, perang dan damai dan lain sebagainya. Sejarah adalah petunjuk agar manusia mampu menjadikan sejarah sebagai pilihan sikap.
Selain petunjuk, sejarah juga menjadi pembelajaran atau hikmah bagi orang-orang yang mau berfikir. Banyak pelajaran yang bisa dijadikan sebagai ibrah kebaikan, semisal peristiwa korban yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail yang kemudian dikenang sebagai hari besar idul adha.
Peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah juga memberikan ibrah dan pelajaran yang sangat berharga, yakni perubahan fundamental kaum kuslimin dengan tegaknya daulah Maadinah yang dipimpin oleh Rasulullah. Karena pentingnya peristiwa hijrah hingga Umar Bin Khatab menjadikan sebagai awal tahun baru bagi umat Islam sedunia.
Sebagai pelajaran, warisan sejarah bukanlah sekedar romantisme tanpa makna atau hanya sekedar menjadi berhala tanpa ruh yang dibanggakan dan diceritakan dimana-mana. Sejarah Rasulullah juga bukan sekedar dokumentasi naratif yang hanya dipampang di rak-rak perpustakaan. Sejarah Rasulullah adalah warisan nilai agung sarat dengan pelajaran.
Sementara Allah sendiri menegaskan bahwa peristiwa sejarah akan terus dipergulirkan diantara manusia hingga ujung zaman. Akan selalu lahir orang-orang besar yang berjuang mengubah dunia melalui perubahan arah pemikiran manusia, namun akan diiringi juga lahirnya manusia-manusia durjana penghalang dakwah dan perjuangan Islam.
Nah dalam perspektif Imam Asy Syuyuti bahwa sejarah adalah pertarungan antara yang haq dan bathil, maka kita mesti mengambil ibrah yang mendasar bahwa peristiwa pertarungan yang haq dan bathil ini akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Oleh karena itu, sebagai orang berakal, kita mesti mampu menempatkan diri sebagai pembela kebenaran, meskipun jika nyawa sebagai taruhannya. Begitulah para Nabi dan Rasul telah mempertaruhkan harta dan jiwa demi membela kebenaran dari kaum sombong penebar kezaliman.