Fikroh.com – Isu intoleran atau anti toleransi kerap menjadi bahan gorengan yang gurih dan mengasikan. Siapa korbannya, siapa lagi kalau bukan umat islam. Umat islam kerap dituduh intoleran lantaran enggan ucapkan selamat pada perayaan agama lain.
Meski hal ini sangat sepele namun dengan dibumbui berbagai argumen yang tendensius berdampak sangat serius bagi keberlangsungan hidup antar umat beragama di Indonesia.
Lalu apa parameter makna toleransi yang sebenarnya, mengingat banyak hal yang masih ambigu dalam memaknai arti toleransi yang sebenarnya.
Menurut Doktor Hamid Fahmy Zarkasyi makna toleransi itu bukan saling menghormati apalagi ikut serta merayakan hari besar agama lain. Toleransi yang sebenarnya adalah memahami tidak saling mengganggu.
“toleransi dalam islam sebenarnya adalah tidak saling mengganggu.” Ungkapnya.
Prinsip beragama dalam islam sangat jelas yaitu ‘lakum diinukum waliyaddiin’ untkmu agamamu, untukku agamaku. Maka tidak dibenarkan umat islam ikut serta merayakan umat agama lain.
“Toleransi ikut ke gereja bukan toleransi itu merusak akidah” Tandasnya.
Lebih lanjut Dr. Fahmi menjelaskan bahwa toleransi bukanlah menghormati agama lain. Sebab jika kita kaji Al-Quran akan kita temukan ayat yang menjelaskan tentang seperti apa agama Yahudi dan nsrani.
“Toleransi bukan juga menghormati, kalau kita menghormati, coba ayat-ayat Al-Qur’an tidak menghormati agama Yahudi dan Nashrani, orang menyalahkan itu.” Sambungnya.
Masih menurut Pemimpin Redaksi Majalah ISLAMIA dan direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS). Toleransi tidak juga ditunjukkan dengan ikut merayakan agama lain.
Toleransi adalah memahami dan tidak saling mengganggu. Membiarkan mereka merayakan agama masing-masing.