Fatwapedia.com – Tak jauh berbeda dengan ahli tafsir dari kelompok Makkah. Banyak juga ahli tafsir dari Madinah, diantara mereka yang terkenal dalam ilmu tafsirnya adalah, Muhammad bin Ka’ab Al Kurzhy, Abul ‘Aliyah Ar-Riyahy dan Zaid bin Aslam r.a.
Di sini kami hanya akan membicarakan tiga orang di atas, sebagai orang yang terkenal tentang tafsir dari penduduk Madinah Al Munawwaroh dan orang yang punya pengaruh besar dalam pemindahan ilmu-ilmu dari para sahabat baik dalam soal fiqih, hadits, maupun tafsir meskipun banyak tabi’in-tabi’in lain yang terkenal. Namun bagaimanapun, kepopuleran mereka itu tetap lebih luas serta pengaruhnya juga jelas.
1. Muhammad bin Ka’ab Al-Qurzhy
Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karangan Al-‘Asqolany otobiografinya disebutkan sebagai berikut :
”Ia adalah Muhammad bin Ka’ab Al-Qurzhy ayah Hamzah Al-Madany dari suku Aus. Ia menetap di Kufah kemudian di Madinah. Ia banyak meriwayatkan hadits dari kelompok sahabat khususnya dari ‘Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ibnu Sa’ad mengatakan: ”Ia adalah orang yang teliti, ‘alim, banyak meriwayatkan hadits, wara’ dan shaleh”.
‘Aun bin Abdullah mengatakan: “Belum pernah aku melihat seseorang yang lebih pandai tentang ta’wil Al-Qur’an daripada dia”. Imam Bukhary menuturkan tentang sebab penamaannya dengan nama ”Al-Qurzhy” yaitu bahwa ayahnya termasuk orang yang tidak muncul pada waktu perang quraizhah lalu ditinggalkannya. Pada waktu itu Nabi s.a.w. memerangi Bani Quraizhah, karena mereka menghianati janji dan berdusta kepada Rasul saw. Rasul memerintahkan untuk membunuh mereka yang mengadakan perlawanan dan untuk meninggalkan serta membiarkan anak-anak dan kaum wanita. Ia adalah seorang penduduk Madinah yang paling unggul ilmu dan pengetahuannya. Pada suatu saat ia sedang mengajarkan hadits di mesjid tiba-tiba ia dan sahabat-sahabatnya kejatuhan atap. la meninggal dunia di bawah reruntuhan atap. Peristiwa itu terjadi pada tahun 117H. Semoga Allah meridhainya”.
2. Abul ‘Aliyah Ar-Riyahy
Nama lengkapnya adalah Rofi’ bin Mahrom dan panggilannya Abul Aliyah. Ia bekas hamba milik seorang wanita Bani Riyah. Ia seorang Tabi’in yang sangat teliti dari penduduk Bashrah, terkenal dengan fiqih dan tafsir. Pernah melihat dan menjumpai Abu Bakar. Membacakan Al-Qur’an di hadapan Ubay bin Ka’ab dan yang lain serta mendengar langsung dari Umar, Ibnu Mas’ud, Ali, ‘Aisyah dan sahabat-sahabat lain.
Diriwayatkan dari Abul ‘Aliyah bahwasanya ia berkata: “Saya membaca Al-Qur’an setelah kewafatan Nabimu selang dua tahun”. la sejak kecil sudah cinta pada ilmu tekun menuntutnya sehingga ia mahir dalam segala bidang khususnya tafsir. Ibnu Abbas sendiri telah mengangkat dia ke atas ranjangnya sedangkan orang Quraisy berada di bawahnya, kemudian ia berkata: “Beginilah keadaan ilmu selalu menambah kemulyaan orang yang mulia dan menempatkan dirinya berada dalam kegembiraan”. Ia meninggal dunia pada tahun 93H. dalam usia delapan puluh tahun lebih.
3. Zaid bin Aslam
Nama lengkapnya Zaid bin Aslam Al-Adwy Al-Umry dengan panggilan Aba Usamah. Ia seorang ahli fiqih dan hadits dari penduduk Madinah. Ia selalu bersamaan dengan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pada masa kekuasaannya. Walid Ibnu Yazid pernah memohon dia untuk datang ke Damsyik guna menjadi Mufti dalam suatu urusan. Zaid seorang yang bisa dipercaya dan banyak meriwayatkan hadits dan punya halaqoh (group diskusi) di mesjid Nabawi. Ia memiliki sebuah kitab tentang tafsir yang diriwayatkan oleh anaknya sendiri yaitu Abdurrahman. Ia adalah seorang lelaki yang sangat disegani.
Ibnu ‘Ujlan mengatakan: “Aku sama sekali tidak merasa takut kepada siapapun seperti takut kepada Zaid bin Aslam”. Pada suatu hari ia menceriterakan hadits, namun ia tidak mengisnadkannya, sehingga salah seorang bertanya kepadanya: “Hai Abu Usamah! dari siapa hadits ini?” Kemudian ia menjawab: “Wahai anak saudaraku! kita di sini bukan orang-orang bodoh.
la mempunyai halaqoh yang besar di mesjid Nabi Asy-syarif. Pada suatu saat ‘Ali bin Husein duduk di hadapanannya untuk mendengarkan ucapannya dan ia meninggalkan pertemuan kaumnya, sehingga ia ditanya: “Kau meninggalkan pertemuan kaummu untuk pergi mendatangi budak ‘Umar bin Khaththab? (Karena ia bekas hamba ‘Umar). Kemudian ‘Ali menjawab: “Seseorang boleh menggauli siapa saja yang bisa memberikan manfaat pada agamanya”. Ia wafat di kota Madinah Al-Munawwaroh pada tahui 136H.
Ahli Tafsir Kolompok penduduk Irak
Sementara ahli tafsir dari kelompok Irak juga terhitung banyak. Bahkan nama-nama mereka cukup masyhur di kalangan kaum muslimin. Diantara tokoh-tokohnya adalah Hasan Al-Bashry, Masrug bin Al-Ajda’, ‘Atha’ bin Al Muslim Al-Khurosany, Qotadah bin Di’amah dan Murroh Al-Hadzany. Untuk mengupas biografi mereka lebih detail ikuti tulisan berikutnya.