Fatwapedia.com – Diantara para sahabat Nabi yang mulia, ada yang berpenampilan biasa, tidak menarik, tetapi apabila ia bersumpah atau berdoa akan segera diijabah dan direalisasikan Allah ‘Azza wa Jalla.
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas ibn Mālik, bahwa Rasulullah -shallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
كَمْ مِنْ أَشْعَثَ أَغْبَرَ ذِى طِمْرَيْنِ لاَ يُؤْبَهُ لَهُ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ مِنْهُمُ الْبَرَاءُ بْنُ مَالِكٍ.
“Betapa banyak orang yang berambut kusut berdebu, hanya mengenakan dua pakaian yang lusuh, dan tidak dipedulikan (oleh orang lain), namun bila dia bersumpah dengan nama Allah niscaya Dia akan merealisasikan sumpahnya. Diantara mereka adalah Al-Barā’ bin Mālik.” {HR. At-Tirmidzi}
Lalu siapakah Al-Barā’ ibn Mālik ini?
Beliau adalah Al-Barā’ ibn Mālik ibn Nadhar Al-Anshāri, termasuk bagian dari kabilah Khazrāj, yang terlahir di Kota Madinah.
Tubuhnya kurus kerempeng, tampilannya sederhana, rambutnya kusut, pakaian pun seadanya, tetapi sungguh ia amat mulia disisi Allah ‘Azza wa Jalla.
Meski tubuhnya kurus kerempeng tetapi beliau pernah menebas 100 orang musuh Allah sendirian, dalam duel satu lawan satu di sebuah pertempuran.
Al-Barā’ adalah saudara kandung dari Sahabat Anas ibn Mālik yang terkenal & merupakan salah seorang pelayan Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Al-Bara’ menyertai seluruh pertempuran dan Jihad bersama Nabi pasca perang Badar, sebagaimana ia pun menjadi salah satu sahabat yang ikut berjanji setia dalam peristiwa Bai‘atur Ridhwān.
Pembelaaannya terhadap Allah dan Rasul-Nya, semangatnya dalam membela Agama, menjadi teladan yang wangi semerbak sepanjang masa.
Pahlawan Perang Al-yamamah
Setelah wafatnya Rasul, Al-Barā’ senantiasa terdepan dalam ekspedisi jihad.
Tidak pernah ia berada di barisan belakang sebuah pasukan, tetapi selalu berada dibagian paling depan pasukan.
Saat Era Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak orang yang murtad serta bermunculan sejumlah Nabi Palsu. Diantara Nabi palsu itu adalah Musailamah al-Kadzdzāb. Pengikut Musailamah cukup besar berkekuatan ± 40.000 orang. Kekacauan semakin massif dan meluas dimana-mana.
Abu Bakar pun mengutus pasukan pertama untuk memerangi mereka dibawah Komando ‘Ikrimah, tetapi pasukan ini pulang dengan membawa kekalahan.
Lalu diutuslah pasukan kedua dibawah Komando Khālid ibnul Walīd, diikuti oleh banyak sahabat dari Kalangan Muhajirin dan Anshar. Diantara mereka terdapat Al-Barā’ ibn Mālik al-Anshāri.
Pertempuran dahsyat pun meletus di Kawasan Al-Yamāmah, dimana sekitar 13.000 kaum muslimin harus menghadapi 40.000 pasukan kafir pengikut Sang Nabi Palsu.
Kaum muslimin pun berguguran, termasuk sejumlah besar Qurrrā’ (Penghafal dan Guru-guru Al-Quran) juga ikut gugur dalam pertempuran yang amat dahsyat ini, diantaranya adalah Sālim Maula Abi Hudzaifah sang pemegang panji Kaum Muhājirin.
Saat semakin genting, Khālid mengatakan kepada Al-Barā’, “bangkitlah, sekarang giliranmu wahai anak muda”
Al-Barā’ pun bangkit mengekang kudanya dan kemudian berseru kepada kaum muslimin :
يا أهل المدينة لا مدينة لكم اليوم، وإنما هو الله وحده والجنة
“wahai para penduduk Madinah, tidak ada lagi Madinah bagi kalian hari ini, hari ini adalah Allah semata dan surga-Nya”
Maka Al-Barā’ ibn Mālik pun bangkit bersama kaum muslimin menggempur pasukan Musailamah serta memporak-porandakan barisan lawan dengan garangnya. Pedang senantiasa ia tebaskan ke leher musuh-musuh Allah, hingga Musailamah dan pengikutnya menjadi gentar dan mereka pun terdesak dan masuk ke dalam sebuah kebun yang dalam sejarah dikenal dengan “Kebun Kematian”.
Kebun itu memiliki tembok yang tinggi. Dari balik tembok itu pasukan Musailamah menghujani kaum muslimin dengan anak panah bagaikan hujan yang membasahi bumi karena begitu banyaknya. Dan korban yang syahid pun semakin banyak.
Pada saat itulah, sang ujung tombak muslimin nan pemberani tampil, yaitu Al-Barā’ ibn Mālik.
Al-Barā’ berkata kepada pasukan : “letakkan aku di atas perisai. Letakkan perisai itu di atas tombak-tombak kalian, lalu lemparkan aku ke dalam kebun, dekat dengan pintu. Entah aku nantinya mati syahid atau aku akan membukakan pintu untuk kalian.”
Dalam sekejap mata, Al-Barā’ duduk di atas perisai. Badannya amat ringan. Puluhan tombak mengangkatnya, lalu ia dilempar ke dalam Kebun Kematian, di tengah ribuan pasukan Musailamah.
Maka Al-Barā’ menyerang pasukan musuh sendirian, dan berhasil membunuh puluhan prajurit musuh, bahkan berhasil membuka pintu masuk, sehingga kaum muslimin bisa masuk dan menyerbu pasukan Musailamah. Bahkan Musailamah pun tewas dalam kebun ini.
Total korban dipihak kaum muslimin ± 1200 orang gugur sebagai syuhada, sementara 20.000 orang pasukan musuh tewas dalam perang yang fenomenal ini.
Karena aksi pemberaninya di “Kebun Kematian” ini Al-Barā’ mengalami lebih dari 80 luka ditubuhnya karena sayatan pedang maupun tusukan tombak dan akhirnya di rawat selama satu Bulan lebih oleh Khālid ibnul Walīd hingga sembuh kembali.
Subhānallāh …
Sahabat semua …
Inilah secuil kisah dari sosok yang kurus tubuhnya, sederhana penampilannya, tetapi bagaikan singa di Medan laga.
Semoga bisa menjadi inspirasi untuk kita semua, bahwa kemuliaan seseorang sungguh bukan karena fisik dan tampilan lahiriah semata, tetapi karena Iman, kebersihan hati dan perjuangannya di jalan Allah ’Azza wa Jalla.