Fatwapedia.com – Syekh Badruddin al-Hasani adalah seorang imam, waliyyullah, muhaddits, faqih dan alim yang multi talenta. Ia merupakan keturunan Imam al-Hasan bin Ali alihissalam. Konon, tidak ada ulama setelah al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani yang lebih alim darinya. Bahkan, ia tidak hanya menguasai ilmu-ilmu syariat melainkan juga ilmu-ilmu yang dikatakan ilmu duniawi seperti Kimia, Biologi dan sebagainya.
Syekh Badruddin bukan alim biasa. Ia seorang al-‘arif billah ; sosok yang mengenal Allah dengan sesungguhnya. Karena itu berbagai mawaqif, ucapan dan penggalan-penggalan biografinya sangat pantas dan mesti menjadi suri tauladan bagi setiap muslim.
☆☆☆
Di suatu pagi, tepatnya pagi hari raya Idul Fitri, Syekh Badruddin berkata pada salah seorang muridnya: “Ananda, tolong bawa kantong-kantong berisi uang ini dan pergilah ke bait ‘umumiy (sebutan halus untuk tempat prostitusi).”
Sang murid yang juga seorang alim itu kaget bukan main. “Apa saya tidak salah dengar, Syaikhana? Ke bait ‘umumiy?”
“Ya, benar… ke bait ‘umumiy.”
“Bagaimana mungkin saya masuk ke sana? Apa nanti kata orang?”
“Lakukan saja apa yang aku minta, anakku. Bawa kantong berisi uang ini dan pergilah ke bait ‘umumiy.”
“Apa yang mesti saya lakukan di sana, Syaikhana?”
“Setiba di sana, ketuk pintu, dan temui para wanita di sana.”
“Para pezina itu?”
“Ya, mereka.”
“Lalu?”
“Kau bawa kantong-kantong uang ini dan berikan pada mereka. Lalu sampaikan bahwa uang ini dari Syekh Badruddin al-Hasani dan ia minta kalian mendoakannya.”
Pergilah sang murid yang alim dan faqih itu menjalankan perintah sang guru tercinta. Setiba di sana, para wanita PSK itu tertawa-tawa melihat seorang syekh dengan penampilan faqih datang ke tempat mereka.
“Ada yang bisa dibantu, Tuan Guru?” kata salah seorang mereka sambil tersenyum sinis.
“Saudariku, ini ada uang untuk kalian.”
“Untuk kami?”
“Ya, untuk kalian.”
“Siapa yang memberi?”
“Syekh Badruddin al-Hasani.”
“Syekh Badruddin?” ucap mereka kaget. Sebagian dari mereka tanpa sadar meneteskan air mata karena terharu.
“Dan beliau meminta doa dari kalian.”
“Doa dari kami?”
Semua mereka menangis. Saat itu juga mereka segera bertaubat dari perbuatan keji yang selama ini mereka tekuni.
☆☆☆
Kenapa Syekh Badruddin meminta doa dari wanita-wanita ‘kotor’ itu? Permintaan doa dari Syekh Badruddin pada mereka bukanlah sesuatu yang bersifat basa-basi. Beliau sungguh-sungguh memohon doa dari mereka. Tapi kenapa mesti dari mereka? Bukankah diri mereka sendiri masih kotor? Disinilah rahasia kearifan seorang waliyyullah.
Tak jarang ketika seseorang berdoa, ia merasa bahwa doanya ‘layak’ dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala karena ibadah dan kesalehannya. Perasaan merasa ‘berhak’ ini yang justeru membuat doa sulit untuk dikabulkan. Sementara kalau yang berdoa adalah wanita-wanita itu, tentu mereka tidak merasa bahwa doa mereka layak dikabulkan, sehingga mereka akan berdoa dengan penuh kerendahan hati. Doa dari hati-hati seperti inilah yang berpotensi besar dikabulkan oleh Allah ‘azza wa jalla.
☆☆☆
Syekh Badruddin mencintai semua orang. Karena semua manusia adalah ciptaan Allah.
Suatu ketika ada seorang laki-laki datang menemuinya dan berkata: “Saya mencintaimu, Tuan Guru.”
Syekh Badruddin membalas, “Saya juga mencintaimu.”
Salah seorang muridnya berkata, “Guru, ia adalah seorang Yahudi.”
Syekh Badruddin berkata:
وما أدراك أنه يموت يهوديا ؟ يا بني ، القلوب بيد الله ، والحي لا تؤمن عليه الفتنة
“Darimana engkau tahu kalau ia nanti meninggal sebagai seorang Yahudi? Ananda, hati manusia di tangan Allah. Orang hidup tidak akan aman dari berbagai fitnah.”
رضي الله عن شيخنا ومربينا العلامة بدر الدين الحسني