Fikroh.com – Sebagaimana seorang ketika tubuhnya sakit bersegera mencari solusi untuk mengobatinya, demikian pula hendaknya yang dilakukan oleh seorang yang merasakan kerasnya hati. Bahkan, urusan hati jauh lebih penting untuk diperhatikan.
Dalam artikel ini akan disampaikan beberapa penawar kerasnya hati sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Rojab al-Hambali rahimahullah, dll. Semoga bermanfaat. Baarokallahu fiikum.
1. Banyak berzikir kepada Allah dengan lisan dan hati
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. ar-Ra’du: 28)
Sebaik-baik zikir adalah tilawah al-Qur’an. Yahya bin Mu’adz dan Ibrahim al-Khowwash rahimahumallah menyebutkan bahwa di antara obat hati adalah membaca al-Qur’an dengan memahami maknanya.
al-Mu’alla bin Ziyad rahimahullah menuturkan: “Sesungguhnya seorang berkata kepada al-Hasan. “Wahai Abu Sa’id, aku adukan kepadamu kerasnya hatiku.” Ia menanggapi: “Luluhkan hatimu dengan zikir.”
Makhul rahimahullah berkata: “Mengingat Allah adalah obat kesembuhan, sedang mengingat manusia adalah racun.”
2. Berbuat kebaikan kepada anak yatim dan fakir miskin
Seseorang mengeluhkan kerasnya hati kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda:
إِنْ أَحْبَبْتَ أَنْ يَلِيْنَ قَلْبُكَ فَاْمْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ وَأَطْعِمِ الْمِسْكِيْنَ
“Bila engkau ingin hatimu menjadi lembut, maka usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.” (Hadis hasan riwayat Ahmad)
Abu Tholib menukil kabar bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah: “Bagaimana hatiku bisa lembut?” Beliau menjawab: “Kerjakanlah ziarah kubur dan usaplah kepala anak yatim.”
3. Banyak mengingat kematian
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menasihati kita akan sering-sering mengingat penghancur segala kelezatan, yakni kematian. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, dll.)
al-Hasan rahimahullah berkata: “Tidaklah hati seorang hamba senantiasa mengingat kematian melainkan dunia menjadi tak berharga dalam pandangannya dan segala perbendaharaannya menjadi remeh baginya.”
4. Ziarah kubur dengan tujuan mengambil pelajaran
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Kerjakanlah ziarah kubur, sesungguhnya hal itu akan mengingatkan akhirat.” (HR. Ahmad, Muslim, dll.)
Adalah Sofwan bin Salim rahimahullah, beliau sering mendatangi pemakaman al-Baqi’ lalu duduk di dekat sebuah makam, beliau menundukkan kepala hingga menangis. Di lain waktu beliau melakukan hal yang sama di dekat makam yang lain lagi hingga manangis.
5. Merenungi kesudahan kaum yang telah tiada
Bila mereka telah tiada maka akan tiba saatnya kita pun menyusul mereka, cepat atau lambat.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abul Walid berkata: “Untuk menjaga hati, Ibnu Umar radhiyaAllahu anhu dahulu mendatangi sisa-sisa bekas perkampungan. Beliau berhenti di depan gerbang dan berseru dengan suara sedih: “Kemanakah para penghunimu?” Lalu beliau mengingat keadaan diri dan berkata: “Segala sesuatu pasti binasa kecuali Allah.”
6. Makan manakan yang halal dan dari usaha yang halal
Seseorang datang kepada Abu Abdillah Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah lalu bertanya: “Wahai Abu Abdillah, dengan cara apa hati menjadi lembut?” Beliau menjawab: “Wahai anakku, dengan menyantap makanan yang halal.” Ketika mendengar kabar tersebut, sebagian berkata: “Beliau menjelaskan perkara pokok.” Sedang yang lain berkomentar: “Beliau menerangkan kepadamu hal yang berharga, perkara pokok yang sempurna.”
Oleh: M. Sulhan
Referensi:
- Dzamm Qoswah al-Qolb karya Ibnu Rojab al-Hambali
- al-Bahr ar-Roo-iq fi az-Zuhdi wa ar-Roqoo-iq karya Ahmad Farid