Fatwapedia.com – Menghafal al-Qur‘an adalah kelelahan beberapa saat, jerih payah dalam hari-hari yang terhitung, akan tetapi ia adalah kebahagiaan bertahun-tahun, jalan menuju kebahagiaan abadi di surga-surga. Sesungguhnya para penghafal al-Qur’an adalah para imam di dunia dan akhirat. Nabi bersabda,
“Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pemiliknya.”
“Bacalah, naiklah dan bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membaca dengan tartil di dunia, karena sesun gguhnya kedudukanmu ada pada akhir ayat yang kamu baca.”
Karena seperti itu kedudukan al-Qur’an, sementara yang ingin menghafalnya tidak sedikit, di samping saya telah melihat beberapa metode menghafal yang kurang pas bagi para pemula, yang hanya menargetkan hafal dalam waktu singkat namun tidak menguasainya secara baik, maka saya menulis risalah kecil ini untuk meluruskan sebagian kesalahan tersebut, mengingatkan beberapa hal yang bisa membantu dalam menghafal al-Qur’an dengan kualitas hafalan yang mutqin dan lebih baik.
Berikut ini adalah tips atau panduan menghafal yang ditulis oleh syaikh Walid bin Mar’i asy-Syahri dalam risalah kecilnya yang berjudul ‘isyruuna wasilatan mu’inatan ‘alal Qur’anil karim yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh Izzudin Karimi Lc. Semoga Alloh membalas kebaikannya dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Aamiin. Berikut uraian selengkapnya.
1. Ikhlas
Ini merupakan syarat diterimanya amal-amal seluruhnya. Karena itu, hendaklah Anda menghafal al-Qur‘an, tidak bermaksud kecuali ingin melihat Wajah Allah, mendekatkan diri kepadaNya, dan meraih derajat-derajat tinggi di surga.
Dan ketahuilah, bahwa amal yang dilakukan karena Allah akan tetap abadi, sebaliknya amal karena dunia akan lenyap dan hilang. Maka hendaknya orang yang menghafal al-Qur‘an bertakwa kepada Allah dengan tidak menghafalnya karena riya’ atau sam’ah, atau demi nilai ujian, dan sesudahnya dia tidak mengulangnya sehingga melupakannya, atau demi mendapatkan hadiah yang diberikan dalam sebuah halaqah atau musabaqah, dan sesudahnya tidak lagi menjaga hafalannya. Menghafal al-Qur‘an tidak patut dilakukan demi mencari bagian dari dunia yang bila maksudnya sudah terwujud, maka dia melupakan hafalannya.
Sebagai contoh, para mahasiswa alumni sebuah madrasah atau Ma’had Tahfizh al-Qur‘an al-Karim, berapa oran g dari mereka yang masih menjaga hafalannya sesudah lulus? Tidak diragukan lagi bahwa jumlahnya sedikit, ini sangat memprihatinkan.
“Sesungguhnya di antara orang yang pertama kali diberi keputusan pada Hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang belajar ilmu dan mengajarkannya, dan dia juga membaca al-Qur’an. Dia didatangkan, Allah mengingatkan nikmat-nikmatNya kepadanya, dia pun mengingatnya, maka Dia berkata kepadanya, ‘Apa yang kamu lakukan padanya?’ Dia menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan aku membaca al-Qur’an karenaMu.’ Dia berfirman, ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar agar dikatakan ‘dia alim’, dan itu sudah dikatakan, dan kamu membaca al-Qur’an agar dikatakan ‘dia qari’ (ahli baca al-Qur’an), dan itu sudah dikatakan.’ Kemudian dia diperintahkan (agar dia ditangani) lalu dia diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
Maka harus meluruskan niat di samping terus-menerus menghafal. Peganglah Kitab yang agung ini, hingga kematian datang kepada kita.
2. Memilih Waktu yang Tepat
Yaitu waktu yang menurutmu sesuai, terutama waktu yang tetap, agar ia menjadi bacaan al-Qur‘an harian bagimu. Dan tidak diragukan bahwa waktu yang minim kesibukan adalah lebih utama, karena pada saat itu benak kosong sehingga lebih mudah menghafal, seperti sesudah shubuh, bila ia lapang sebelum bekerja atau belajar.
3. Memilih Tempat yang Cocok
Yakni, memilih tempat yang tenang, yang tidak ada sesuatu pun yang menyibukkan pandangan. Dan tidak diragukan bahwa rumah Allah (masjid) adalah tempat yang paling baik, karena di sana ada suasana religi dan ketenangan, tempat ibadah kaum Muslimin. Namun hal ini bukan berarti mengabaikan rumah dan tidak membaca al-Qur‘an di dalamnya. Rumah tetap diberi jatah untuk memberinya cahaya, akan tetapi maksud saya adalah hendaknya masjid tetap diberi bagian dari upaya menghafal al-Qur‘an.
Sebagai contoh, bila Anda memperhatikan waktu antara adzan dan iqamat untuk shalat fardhu, maka Anda akan mendapatkan waktu yang luas yang tidak didapatkan oleh orang-orang yang baru datang saat iqamat dikumandangkan atau bahkan sesudahnya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
4. Memperhatikan Keshahihan Bacaan Sebelum Menghafal
Tujuannya agar tidak sia-sia waktu dan usaha untuk menghafal ayat yang ternyata engkau baca dengan keliru, akibatnya membetulkannya sesudah menghafalnya akan terasa sulit. Ini masalah penting, yaitu bahwa cara yang benar untuk meluruskan bacaan adalah menyodorkan (memperdengarkan) bacaan sesudah menyimaknya. Harus ada penyodoran bacaan kepada guru yang akurat, sehingga dia meluruskan bacaan sebelum dihafal. Kalau hanya mendengar dari kaset saja, maka ia tidak mencukupi, karena siswa hanya mendengar bacaan yang benar, kemudian dia menutupnya dan mulai menirukan bacaannya, kalau salah, tidak ada yang meluruskannya.
5. Melihat Ayat-ayat Dengan Fokus Saat Membacanya Untuk Menghafalnya
Hal ini agar benak merekamnya, di samping membacanya dengan suara yang terdengar.
6. Membaguskan Suara Bacaan
Karena ia lebih dekat kepada kekhusvu’an dan tadabur. Bila ada tadabur, maka ayat lebih melekat dan berbekas di dalam hati dan selanjutnya menorehkannya dalam benak. Nabi bersabda, “Bukan termasuk galongan kami siapa yang tidak membaca al-Qur‘an dengan suara yang bagus.“
7. Menghafal Dengan Menggunakan Satu Mushaf
Dan hendaklah yang dipilih adalah mushaf terbitan Mujamma’ Raja Fahd Madinah al-Munawwarah. Hal itu karena ada perbedaan dalam peletakan ayat-ayat dan khath antara satu mushaf dengan mushaf lainnya, bila orang yang telah hafal lupa terhadap satu ayat, maka dia bisa membayangkan tempat ayatnya di dalam mushaf. Hal ini membantu mengingatkannya, sedangkan perbedaan akan mengacaukan upaya menghafal.
8. Menghafal Sedikit Demi Sedikit
Karena siapa yang menghafal dalam jumlah besar, dia beresiko lupa dalam jumlah besar pula. Menyedikitkan apa yang dihafal akan membantu hafalan dan menjadikannya lebih kuat dalam benak. Jangan hanya fokus pada target waktu yang cepat wahai penghafal Kitab Allah, karena yang lebih penting bagi Anda adalah hasilnya, yaitu hafalan yang akurat. Menghafal walaupun lamban dengan hati-hati dan akurat adalah lebih baik dibandingkan hafalan yang cepat, akan tetapi lemah dan tidak kuat.
Menurut saya, hafalan perhari seorang penghafal al-Qur‘an berkisar antara setengah halaman hingga satu halaman menurut kemampuan dan usaha yang bersangkutan, dan batas maksimalnya adalah tidak lebih dari satu halaman setengah. Karena bila lebih dari itu, maka resiko lupa sangat besar bila apa yang sudah dihafalkan ditinggalkan dalam waktu yang tidak lama sekalipun.
9. Berhenti di Tengah Halaman dalam Proses Menghafal
Maksudnya, titik berhenti saat proses menghafal adalah di tengah halaman, bukan akhir halaman, agar akhir halaman tidak menjadi rancu dengan awal halaman sebelumnya.
10. Membagi Bagian-bagian yang Dihafal
Sesudah Anda menentukan apa yang akan Anda hafal dan menyedikitkannya, maka Anda patut membaginya, tidak menghafalnya sekaligus, karena ia termasuk kesalahan yang paling besar, banyak pemula yang terjatuh ke dalam kesalahan ini. Misalnya bila yang dihafal adalah satu halaman, maka Anda membaginya menjadi tiga bagian, setiap bagian terdiri dari lima baris.
Penghafal mulai menghafal ayat-ayat bagian pertama, ayat demi ayat bila ia pendek, tidak beralih ke ayat berikutnya sebelum menghafal ayat sebelumnya dengan baik di mana dia membacanya dengan hafalan tanpa salah. Baru sesudah itu beralih ke ayat berikutnya.
Sesudah menghafal ayat-ayat pada bagian tersebut, maka langkah selanjutnya adalah usaha menyambung antara ayat-ayat yang sudah dihafal dengan membacanya semuanya. Bila bagian pertama sudah selesai, maka bagian kedua dan ketiga dilakukan dengan cara yang sama, baru kemudian menggabungkan ayat-ayat dalam satu halaman utuh.
Dan patut diperhatikan, bila ayatnya panjang, maka bisa dibagi-bagi menjadi beberapa penggalan menurut kadar kepanjangannya, hingga tidak menghafalnya sekaligus.
Bersambung…