Fatwapedia.com – Di samping masjidil Haram yang menjadi kiblat kaum muslimin di seluruh dunia, di Makkah terdapat pula beberapa masjid yang mempunyai nilai sejarah yang cukup tinggi. Dimana keberadaan masjid-masjid tersebut telah menjadi bukti nyata perjuangan Rasulallah shallallahu alaihi wasallam dalam menyebarkan dakwah islam hingga ke seluruh pelosok kota Makkah. Keberadaan masjid-masjid tersebut hingga kini masih berdiri kokoh dan sebagainya masih aktif untuk ibadah.
Berikut ini 12 Masjid bersejarah yang penulis himpun dari sumber-sumber tulisan yang dapat dipercaya.
(1) Masjid Al-Kheif
Masjid Al-Kheif terhitung salah satu masjid yang sangat bersejarah di Mina. Dinamakan Kheif karena terletak di tepi turunan bukit yang keras dan di atas tempat turunnya air. Makanya dinamakah masjid al-Kheif yang artinya dalam bahasa Arab tempat naik dan turun permukaan gunung. Masjid ini terletak di sebelah selatan bukit Mina, tidak berjahuhan dengan tempat lempar Jumratul Shughra’ dan tidak sedikit dikunjungi jama’ah haji dari seluruh pelosok dunia untuk mengambil barokahnya karena masjid ini memiliki banyak keistimewaan. Imam Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : “Telah salat di masjid al-Kheif 70 Nabi”.
Masjid Kheif merupakan tempat salat Rasulallah saw selama tinggal di Mina, dan telah ditentukan tempatnya solat beliau di masjid tersebut. Tempat solat Nabi saw dulu sebelum direnovasi sangat popular dan diketahui yaitu di kubbah yang letaknya di tengah masjid. Syeikh Al-Azraqi meriwayatkan dari kakeknya dari Abdul Majid dari Ibnu Juraih dari Ismalil bin Umayah sesungguhnya Khalid bin Madhras mengabarkan bahwa ia melihat beberapa orang tua dari kabilah al-Anshar mencari tempat solat Rasulallah saw di Masjid Kheif di muka menara masjid dekat dengannya.
Masjid kheif mewakili masjid masjid bersejarah dalam islam dan melambangkan shi’ar islam yang menonjol di kawasan Mina. Mesjid ini sekarang telah diperluas dan dipugar pada tahun 1407 H dan menjadi masjid terbesar di Mina yang bisa menampung ribuan orang. Diriwayatkan sesungguhnya Rasulallah saw bersabda “Telah solat di masjid Kheif 70 Nabi, diantara mereka nabi Musa as, seolah olah aku melihatnya memakai dua pakaian ihram terbuat dari katun, ia berihram di atas unta” (HR al-Mundhiri di kitab al-Targhib wa al-Tarhib)
(2) Masjid Jin
Masjid Jin terletak di al-Hujun, di daerah Sulaiminiyah di sebelah selatan Pekuburan Ma’la, jaraknya kurang lebih 3 km dari Masjidil Haram. Masjid ini termasuk masjid yang punya nilai penting dalam sejarah Islam, makanya banyak dikunjungi jama’ah haji atau umrah.
Kalau diperhatikan sebetulnya masjid ini terhitung sangat sederhana. Tapi jutaan peziarah selalu menyempatkan untuk mengunjunginya. Mereka pada umumnya datang bukan hanya untuk melaksanakan shalat ataupun duduk beri’tikaf di dalamnya. Mereka datang juga untuk melihat dari dekat tempat bersejarah ketika Nabi saw menerima wahyu sehingga turunnya ayat ayat al-Qur’an yang kemudian dipatenkan nama Surat Jin.
Masjid yang ukurannya kurang lebih 12×22 meter ini merupakan tempat yang memiliki riwayat penting dalam da’wah Rasulallah saw . Diriwayatkan ketika Nabi saw dan para sahabat sedang salat subuh di tempat tersebut dan dibacakan beberapa ayat Al-quran, sekumpulan Jin melewati tempat itu dalam perjalanan mereka ke Tihamah. Mereka mendengar bacaan beliau dan merasa kagum. Setelah Rasulallah saw membacakan Alquran, para jin ini kemudian membai’at Nabi saw untuk beriman kepada Allah dan Rasul Nya. Makanya masjid ini juga di beri nama “Masjid Bai’ah”, karena ditempat ini para Jin berjanji (ber-bai’at) kepada Rasulullah saw.
Peristiwa ini diabadikan Allah dalam Al-Quran dan suratnya dinamakan surat al-Jin. Di tempat itulah Allah menurunkan wahyu kepada Nabi saw dalam surat Al-Jin ayat 1-2 yang berbunyi:
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ ٱسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَقَالُوۤاْ إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآناً عَجَباً * يَهْدِيۤ إِلَى ٱلرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَن نُّشرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَداً
Telah diwahyukan kepadamu bahwa sekumpulan Jin mendengarkan ayat Al-quran. Lalu mereka berkata: “sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-quran yang menakjubkan. Yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, karena itu kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT kami dengan siapapun juga”.
(3) Masjid Asy-syajarah
Masjid Syajarah artinya Masjid Pohon yang dinisbatkan kepada sebuah pohon yang letaknya berdekatan dengan Masjid Jin, kurang lebih 3 km dari Masjidil Haram. Diriwayatkan bahwasanya di tempat tersebut Nabi pernah memanggil pohon untuk ditanya tentang sesuatu. Pohon itu datang memenuhi pangilan Nabi saw. Ia mendekat kepada beliau lengkap dengan batang dan akarnya seperti tercabut dari tanah, lalu berhenti di hadapan beliau. Setelah selesai urusan Nabi saw dengan pohon itu lalu beliau memerintahkannya untuk kembali lagi ke tempatnya semula.
(4) Masjid Tan’im
Tan’im merupakan batas tanah haram Makkah dari arah Madinah, terletak di sebelah utara Makkah, jaraknya atara Tan’im dan Bab Umrah di Makkah kurang lebih 7 km. Tempat tempat yang berdekatan dengan Tan’im memiliki beberapa nama diantaranya gunung yang letaknya di sebelah selatan dinamakan gunung Na’im, sedangkan gunung yang letaknya di sebelah utara dinamakan gunung Mun’im, dan wadi (lembah) yang berada di tempat tersebut dinamakan wadi Nu’man atau wadi Tan’im.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi saw melakukan ihram untuk umrah dari tempat ini. Dan riwayat lainya Rasulallah saw memerintahkan Abdurahman bin Abubakar ra untuk membawa adiknya ‘Aisyah, istri Nabi saw, ke Tan’im untuk berihram dari sana waktu ia akan melakukan umrah setelah haji wada’ bersama Nabi saw masih dalam bulan Dzul Hijjah. Di tempat ini kemudian didirikan sebuah masjid yang dikenal dengan nama masjid Tan’im atau masjid siti ‘Aisyah ra.
Juga masjid ini dikenal penduduk setempat dengan nama masjid “Khaimah Jumanah”. Jumanah adalah puteri Abu Thalib, adik perempuan Ali bin Abi Thalib. Tapi masjid itu lebih tersohor dengan nama masjid Tan’im atau “masjid ‘Aisyah”
Konon dari dahulu masjid ini telah direnovasi berkali kali dan sekarang masjid ini telah menjadi masjid terbesar di daerah Al-Umrah yang penuh dihuni dengan penduduk.
(5) Masjid Ijabah
Masjid ini mempunyai nilai dalam sejarah Makkah, terletak di sekitar daerah al-Ma’abdah, di lembah perkampungan keluarga Qunfudh. Daerah ini terletak di sebelah kiri kalau kita dari Masjidil Haram menuju Mina. Di tempat ini Rasulallah saw pernah mendirikan solat, dan dibangun bekas tempat solat Nabi saw sebuah masjid sebelum tahun 3 H.
Dulu masjid ini tidak terawat, sangat rusak, tembok bagian depan hampir roboh. Di muka tembok masjid terdapat pelang terbuat dari batu kuno, terukir nama masjid Ijabah. Kemudian masjid ini dipugar pada tahun 720 H. panjang masjid dari tembok mihrab ke tembok depan kurang lebih 18 hasta dan lebarnya juga sama 18 hasta. Sekarang masjid itu setelah dipugar ulang mejadi masjid yang cukup mewah.
(6) Masjid Ar-Rayah
Masjid ini terletak di sebelah atas Masjidil Haram di al-Judriyah, tempatnya di tanjakan al-Mudda’a ke arah al-Ma’la. Antara masjid dan rumah rumah penduduk terdapat gang sempit yang menuju ke jalan raya. Di tempat tersebut terdapat sumur Jubair bin Muth’im bin Uday bin Naufal. Sumur ini disebut juga dengan sumur Al-‘Ulya, letaknya di gang sempit tersebut dan berdempetan dengan tembok rumah penduduk. Sumur ini terasingkan dan tidak banyak diketahui orang.
Dalam bahasa Arab al-Rayah artinya bendera. Adapun sebabnya dinamakan masjid Al-Rayah karena Nabi saw disaat penaklukan kota Makkah tahun 8H, sempat tiba di sumur Jubair bin Muth’im bin Uday. Di sana beliau berdiri besama tentara muslim yang bilangannya 10000 dan menacapkan bendera kemudian beliau salat di tempat tersebut.
Dulu tempat ini tidak dihuni penduduk. Menurut riwayat Nabi saw pernah solat di tempat ini, Pada zaman Al-Mu’tashim Al-Abbasi tahun 640 H masjid ini dipugar dan dibangung di sebelahnya sebuah masjid lain berdekatan dengan masjid Al-Rayah.
Kemudian Masjid ar-Rayah ini dipugar lagi tahun1361 H, dan di saat pembongkaran pondasi lama, ditemukan dua batu tulis yang menunjukan keberadaan masjid ar-Rayah di tempat itu. Salah satu batu tulis ini bertahun 989 H dan yang satu lagi bertahun 1000 H. Kedua batu tulis itu sekarang dilekatkan tembok masjid yang telah dipugar. Sedangkan masjid yang terletak di tengah tengah antara jalan al-Judriyah dan jalan Al-ghazzah dinamakan masjid Malik Fahed (Raja Fahad).
(7) Masjid Al-Hudaibiyah
Masjid ini terletak di daerah Al-Hudaibiyah yaitu daerah yang berada di perjalanan antara Makkah ke Jeddah. Jaraknya kurang lebih 25 km dari Masjidil Haram. Daerah itu sekarang dikenal dengan nama daerah Al-Syumaisyi. Dinamakan Hudaibiah karena berasal dari nama seorang laki-laki menggali sumur di tempat tersebut, kemudian dinisbatkan daerah itu kepadanya dan diberi nama dengan nama daerah Hudaibiah begitu pula sumurnya. Di dekat sumur terdapat pohon yang cukup rindang, namanya pohon Hadba’.
Di tempat inilah dan di bawah pohon telah terjadi bai’at, tepatnya pada tahun 7 H. Bai’ait ini disebut juga dengan bai’at al-Ridhwan yang dilakukan Rasulallah saw di bawah pohon. Diriwayatkan bahwa Rasulallah saw mengundang orang orang Islam yang bilangannya pada saat itu kurang lebih 1400 orang untuk berbuat bai’ait kepada Rasulallah saw di daerah Hudaibiyah, dan bai’at ini terjadi di bawah pohon sebagai mana tertera dalam Al-Quran surat al-Fath: 18
لَّقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
”Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon”
Di daerah ini pula dan di tahun yang sama telah terjadi perdamaian antara Rasulallah saw dengan orang orang kafir Makkah selama 10 tahun. Yang menulis perjanjian perdamaian pada waktu itu adalah Imam Ali bin Abi thalib ra. Setelah perdamaian berjalan selama 2 tahun, orang orang kafir Makkah melanggar perjanjian trb. Perdamaian ini terkenal dengan nama perdamaian Hudaibiyah.
Di daerah itu telah dibangun lagi sebuah masjid yang diberi nama dengan masjid Ar- Ridhwan. Masjid kuno ini masih tetap bertahan dan dibangun sebelahnya sebuah masjid baru yang berdampingan dengan masjid yang lama.
(8) Masjid al-Bai’at
Masjid al-Bai’at terletak di Mina, 7 km dari Makkah, berjarak kurang lebih 300 meter dari Jumrah Aqabah. Masjid ini mempunyai nilai penting dalam sejarah perkembangan Islam. Di tempat ini Rasulallah saw menerima bai’at 12 orang laki laki dari kabilah Aus dan Khazraj yang datang dari Madinah. Mereka bertemu dengan Rasulallah di Aqobah dan menggelar bai’at untuk beriman kepada Allah dan Rasul Nya, tidak mempersekutkan Nya, menta’ati perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Baiat ini dinamakan baiat Al-Aqobah pertama terjadi pada tahun 12 H.
Kemudian di tempat yang sama pada tahun 13 H, Missi dari kota Yatsrib (Madinah) datang kembali dengan bilangan 73 orang laki laki dan 2 orang perempuan. Mereka menghubungi Nabi saw untuk bertemu di Aqobah. Rasulallah saw datang bersama pamannya Abbas menggelar bai’at kedua di Aqobah. Di sana terjadi kesepakatan untuk melindungi Rasulallah saw jika berhijrah ke Madinah, memerangi orang yang memerangi mereka dan berdamai dengan orang yang ingin berdamai dengan mereka. Rasulallah saw meminta kepada missi dari Yatsrib agar memilih 12 orang diantara mereka berbaiat dengan apa apa yang telah disepakati. Dan dipilihlah 9 orang dari kaum Khazraj dan 3 orang dari kaum Ous. Bai’at ini dinamakan Baiat Al-Aqobah kedua.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah, ditempat yang penuh barokah ini telah dibangun sebuah masjid yang diberi nama masjid Al-Bai’ah yang sekarang telah dibongkar untuk perluasan jalan ke arah jumrah.
(9) Masjid Al-Kabsy (Masjid An-Nahr)
Zaman dulu, begitu jamaah haji tiba di Mina, di tempat tempat lempar batu jamarat, pertama tama yang dicarinya adalah tempat penyembelihan korban nabi Ibrahim as yang letaknya antara dua jumrah shughra’ dan wustha’ walaupun sudah tidak kelihatan lagi bekasnya. Diriwayatkan bahwa Rasulallah saw menyembelih korbannya di tempat nabi Ibrahim menyembih korban dombahnya sebagai tebusan dari korban penyembelihan anaknya Ismail.
Diriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas ra ia berkata: “Batu karang yang terletak di Mina yang berasal dari Tsabir adalah batu yang telah diketahui bahwa nabi Ibrahim as menyembelih dombanya sebagai tebusan dari anaknya Ismail as. Domba itu turun dari Tsabir lalu disembelihnya oleh ibrahim as”. Kemudian di tempat itu dibangun sebuah masjid oleh Lubabah puteri Ali bin Abdullah bin Abbas yang dikenal dengan masjid al-Kabsy atau masjid an-Nahr.
Masjid kabsy atau Nahr termasuk salah satu dari tujuh masjid bersejarah di Mina. Semuanya habis dibongkar hanya yang tertinggal masjid al-kheif. Masjid masjid yang telah dibongkar dipergunakan untuk perluasan dan perlebaran jalan menuju ke tempat tempat jumrah. Konon masjid Kabsy atau Nahr pernah dipugar oleh raja Quthbuddin Abubakar bin al Mansur dari yaman pada tahun 645 H.
(10) Masjid Namirah
Terdapat dua tempat di Arafah yang memiliki nilai sejarah sangat penting, pertama masjid Namirah dan yang kedua Jabal Arafah. Di Masjid ini atau dimana saja di Arafah dianjurkan bagi jamaah haji untuk melakukan sholat Dhuhur dan Ashar jama’ dan qashar dua rakat – dua rakat dengan satu azan dan dua kali iqamah, sesuai dengan yang telah dilakukan Rasulallah saw saat beliau melakukan haji Wada’ dan berwukuf di Arafah. Beliau sholat asar dan dulur jama’ dan qashar.
Kemudian di Arafah beliau berkhuthbah. Dan tempat dimana beliau berkhuthbah dibangun sebuah masjid pada pertengahan abad ke dua oleh penguasa Abbasiyah dan diberi nama masjid Namirar. Dinamakan Namirah karena letaknya berdekatan dengan bukit kecil yang berada di sebelah barat Masjid. Bukit ini bernama bukit Namirah. Sebagian dari masjid Namirah yang mengarah ke timur terletak di wadi ‘Uranah. Tempat ini tidak termasuk Arafah dan Rasulallah saw melarang berwukuf di tempat itu, sesuai dengan sabda Rasulallah saw saat melakukan ibadah haji wada’ ”Aku berwukuf di sini, dan Arafat seluruhnya tempat wukuf, kecuali wadi ’Uranah”. Jadi masjid Namirah yang terletak di dalam wadi ini tidak termasuk Arafah, dan wadi ini sangat berdekatan sekali dengan Arafah. Adapun masjid yang mengarah ke barat termasuk Arafah. Masjid ini sekarang sangat luas, berukuran kurang lebih 8000 meter persegi, memiliki 64 pintu masuk, 6 menara, dan bisa memuat 350 ribu orang untuk solat didalamnya.
Masjid Namirah dikenal juga dengan julukan masjid Ibrahim atau masjid Arafah. Setelah perluasan, masjid ini terbagi dua, yang sebelah muka masjid tidak termasuk Arafah dan yang sebelah belakang masjid termasuk bagian dari Arafah. Di bagian muka dan belakang masjid Namirah terbentang papan penunjuk arah yang menuju ke Arafah dan arah yang bukan Arafah.
(11) Masjid Dzi Thuwa
Dzi Thuwa merupakan wadi yang mempunyai kaitan dengan sejarah Rasulallah saw. Tempat ini dikenal karena keberadaannya sebuah sumur Dzi Thuwa yang terletak di daerah Jarwal yang sekarang penuh dihuni oleh penduduk Makkah. Rasulallah saw pernah bermalam di tempat tersebut dan mandi di sumurnya kemudian beliau masuk Haram disaat melakukan haji dan umrah. sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Telah berlalu lebih dari 14 abad tapi sumur ini sampai sekarang masih tetap bertahan keberadaanya di daerah Jarwal dekat dengan rumah sakit bersalin. Untuk mengenang tempat dimana Rasulallah saw bermalam dibangun sebuah masjid yang diberi nama dengan masjid Bir Dzi Thuwa. Bir artinya sumur yang Konon diriwayatkan bahwa seribu nabi pernah singgah di tempat ini. Wallah’alam.
Oleh: Hasan Husen Assagaf