Fikroh.com – Kiswah dalam bahasa Arab berarti kain penutup atau baju, atau bisa juga diartikan kelambu. Kasa’ atau yaksu berarti memakai pakaian. Kiswah atau kelambu Ka’bah adalah bagian yang tak dapat terpisahkan dari sejarah Ka’bah itu sendiri. Perhatian manusia terhadap kiswah Ka’bah sudah sejak dahulu kala sampai datang Islam kiswah Ka’bah menjadi cermin perhatian umat Islam terhadap kesuciannya.
Menjaga Ka’bah merupakan tugas yang diperintahkan Allah kepada umat manusia semenjak diturukannya nabi Adam as ke bumi. Dalam Surat Al Baqarah: 125, Allah berfirman:
وَعَهِدْنَآ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
”Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: ‘Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i`tikaaf, yang ruku` dan yang sujud”
Kiswah Sebelum Islam
Konon menurut kisahnya, kiswah Ka’bah (kelambu Ka’bah) sudah dipakaikan ke Ka’bah sejak zaman nabi Ismail as, putra Ibrahim as. Tentu saja, kita sulit sekali membayangkan bagaimana bentuk kiswa Ka’bah pada zaman itu dan bagimana dan dari apa kiswah itu terbuat. Namun, ada kisah yang menyebutkan orang pertama yang memberi kiswah Ka’bah yang terbuat dari kain tenun berwarna merah bergaris adalah Tuba’ As’ad al-Himyari.
Kemudian diikuti oleh para pelanjutnya hingga sampai ke masa jahiliyah. Di masa itu orang orang bergantian memasang kiswah dan hal itu dianggap sebagai penghargaan dan kewajiban agama dan dibolehkan bagi setiap orang memasang kiswah kapan dan dengan jenis kain apapun yang disukainya. Demikian seterusnya teradisi ini berlangsung sampai masa Qushaiy bin Kilab, salah seorang leluhur Rasulallah saw yang terkemuka. Sejak masa Qushay inilah, pemasangan kiswah pada Ka’bah lalu menjadi tanggung jawab masyarakat Arab dari suku Quraisy.
Di saat Quraisy memangku jabatan sebagai penanggung jawab kiswah Ka’bah, mereka mewajibkan setiap kabilah ikut bertanggung jawab mengeluarkan biyaya pembuatan kiswah sesuai dengan kemampuan masing masing. Hal ini berlangsung hingga datang Abu Rabi’ah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Ia seorang saudagar besar yang sering bolak balik berdagang ke Yaman. Pada saat datang masa peceklik ia sendiri yang bertanggungjawab memberi kiswah Ka’bah. Hal ini dilakukanya hingga wafat. Ia selalu membawa bahan kain yang bagus dengan motif bergaris. Makanya kaum Quraisy memberinya gelar al-’adl yang artinya setimpal atau setara, karena amal yang dilakukan Abu Rabi’ah setimpal atau setara dengan amal seluruh pendukuk Makkah, dan keturunannya diberi gelar Bani Al-’Adl.
Kiswah Di Era Islam
Pada era Islam, Nabi saw dan para sahabat tidak memberi kiswah ka’bah sampai beliau menaklukan kota Makkah. Kerena orang kafir Quraisy tidak mengizinkan mereka melakukan hal tersebut. Ketika Rasulallah saw masuk ke Makkah, beliau pun tidak mengganti kiswah secara langsung, hingga kiswah terbakar disebabkan oleh seorang wanita yang mengukup kelambu Ka’bah dengan wewangian lalu terbakar kena percikan api kukupan (dupa). Setelah itu Rasulallah saw memerintahkan pembuatan kiswah dari kain yang berasal dari Yaman. Sedangkan empat khalifah penerus Nabi saw memerintahkan pembuatan kiswah dari Qubathi, kain benang kapas berwarna putih halus buatan Mesir. Pada masa Mu’awiyah, kiswah Ka’bah diganti dua kali setahun, yaitu di hari Asyura’ dengan kain sutera dan di akhir bulan Ramadhan dengan kain Qubathi. Begitu seterusnya sampai datang masa Yazid bin Mu’awiyah, Abdullah bin Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan kiswah diganti dua kali setahun. Pada masa kekuasan al-Ma’mun, kiswa Ka’bah diganti tiga kali setahun, yaitu pada hari tarwiyah kiswah dikelambui dengan kain sutera berwara mereh, di bulan Rajab dipasang kiswah dari kain qubathi, dan tanggal 27 Ramadhan Ka’bah diberi kiswah dari kain sutera berwarna putih.
Penggantian kiswah yang berwarna-warni dari tahun ke tahun, rupanya membuat pemikiran Kalifah al-Mamun dari Dinasti Abbasiyah, hingga akhirnya diputuskan bahwa sebaiknya warna kiswah itu tetap dari waktu ke waktu yaitu hitam. Hingga saat ini, meskipun kiswah diganti setiap tahun, tetapi warnanya selalu hitam.
Dulu setelah runtuhnya kekuasaan Abbasiyah, tanggung jawab pembuatan kiswah selalu dipikul oleh setiap khalifah yang berkuasa di Hijaz. Beberapa raja di luar tanah Hijaz pernah menghadiahkan kiswah kepada pemerintah Hijaz, diantaranya adalah raja al-Muzhaffar yang berkedudukan di Yaman tahun 659 H, juga penguasa Mesir pertama, raja Az-Zhahir Baybaras al-Bunduqdari tahun 661 H. Dan kemudian raja Mesir, Shalih Ismail, menetapkan wakaf khusus untuk kiswah Ka’bah bagian luar yang berwarna hitam satu kali setahun, dan berwarna hijau untuk makam Rasulallah saw setiap 5 tahun sekali.
Tradisi pengiriman kiswah dari Mesir ini berlangsung sampai masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya sekitar akhir tahun 1920-an. Setiap tahun, kiswah-kiswah indah yang dibuat di Mesir itu diantar ke Makkah melewati jalan darat menggunakan tandu indah yang disebut mahmal. Kiswah beserta hadiah-hadiah lain di dalam mahmal datang bersamaan dengan rombongan haji dari Mesir yang dikepalai oleh seorang amirul hajj.
Amirul hajj itu ditunjuk secara resmi oleh pemerintah Kerajaan Mesir. Dari Mesir, setelah upacara serah terima, mahmal yang dikawal tentara Mesir berangkat ke terusan Suez dengan kapal khusus hingga ke pelabuhan Jeddah. Setibanya di Hijaz, mahmal tersebut diarak dengan upacara sangat meriah menuju ke Mekkah. Pengiriman kiswah dari Mesir pernah terlambat hingga awal bulan Dzulhijjah. Hal itu terjadi beberapa waktu setelah meletusnya Perang DuniaI. Keterlambatan pengiriman kiswah terjadi akibat suasana yang tidak aman akibat Perang Dunia I.
Proses Pembuatan Kiswah
Setelah Perang Dunia I berakhir, Raja Farouq I dari Mesir kembali mengirimkan kiswah ke tanah Hijaz. Namun melihat berbagai kondisi pada saat itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi dibawah Raja Abdul Aziz Bin Saud memutuskan untuk membuat pabrik kiswah sendiri pada 1931 di Makkah. Hingga akhirnya kiswah dibuat di Saudi Arabia hingga saat ini.
Kemudian keluar perintah dari raja Faisal bin Abdul Aziz tahun 1382 H untuk memperbaruhi pabrik pembuatan kiswah Ka’bah dan gedung baru sebagai pabrik pembuatan kiswah diresmikan. Pabrik kiswah ini terletak di Ummul Juud – Makkah.
Meskipun kiswah tampak hitam jika dilihat dari luar, namun ternyata bagian dalam kiswah itu berwarna putih. Salah satu kalimat yang tertera dalam pintalan emas kiswah adalah kalimah syahadat, Allah Jalla Jalalluh, La Ilaha Illallah, dan Muhammad Rasulullah . Surat Ali Imran: 96, Al-Baqarah :144, surat Al-fatihah, surat Al-Ikhlash terpintal indah dalam benang emas untuk menghiasi kiswah.
Pintalan-pintalan benang berwarna emas maupun perak bersatu padu merangkai goresan kalam Ilahi. kiswah menjadi sangat berharga, bukan hanya karena firman-firman Allah yang suci yang dipintal pada kiswah, tetapi juga karena keindahan pintalan benang berwarna emas dan perak pada permukaannya.
Untuk sebuah kiswah minimal diperlukan sekitar 600 meter atau sekitar 670 kg kain sutera buatan sendiri, ukuran itu sudah disesuaikan untuk hajat menutupi bidang kubus Ka’bah pada keempat sisinya. Sedangkan untuk sulaman kain kiswah diperlukan sampai 120 kg emas, sebagian lagi ada yang mengatakan hanya 50 kg emas saja. Keseluruhan bidang kiswah dibordir oleh tangan-tangan trampil yang bekerja secara tekun.
Kiswah Ka’bah terdiri dari 5 potong. Empat potong untuk menutup empat sisi Ka’bah, satu potong menutup pintunya. Kiswah diganti setiap tanggal 9 Dzulhijjah, saat semua jamaah haji melakukan wukuf di Arafah. Tangal 10 Dzulhijjah, atau setiap Idul Adha, Kiswah Ka’bah selalu dalam keadaan baru.
Itulah yang membuat Ka’bah begitu istimewa dan mulia di mata umat Islam. Sejak dulu, para khalifah memberikan Ka’bah pakaian untuk menghargai nilai-nilai keistimewaannya dan melindunginya dari berbagai macam kotoran serta debu.
Terjadi pasang surut sepanjang sejarah umat manusia, tetapi tempat itu yang dijaga Allah sepanjang masa. Inilah rumah pertama sekaligus rumah ibadah pertama di muka bumi. Dia senantiasa menjadi pusat kerinduan, kehormatan, dan kebanggaan berjuta-juta umat manusia hingga akhir hayat nanti, sampai hari kiamat.
Tulisan Pada Kiswah
Ka’bah memiliki 4 sisi atau dalam bahasa Arab disebut Rukun, yaitu Rukun Iraqi terletak di utara, Rukun Yamani di selatan. Rukun Hajar Aswad di timur, dan Rukun Syami merupakan sisi barat. Seorang muslim sangat beruntung, saat shalat menghadap ke sisi Rukun Hajar Aswad dan Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah). Tempat ini merupakan paling mustajab. Pada setiap sisi atau Rukun, Kiswah atau kelambu Ka’bah dihiasi dengan tulisan ayat ayat al-Qu’an yang berhubungan dengan haji dan umrah, diantaranya:
1. Kiswah yang berada antara rukun Syami dan ruku Iraqi (Hijir ismail / hathim), tertulis:
Surat al-Baqarah ayat: 197 ”(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.
Surat al-Baqarah ayat: 198 ”Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”.
Surat al-Baqarah: 199 ”Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
2. Kiswah yang berada antara sisi rukun Iraqi dan rukun Yamani (sisi belakang pintu kabah) tertulis:
Surah al-Hajj, ayat: 26 ”Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud”.
Surah al-Hajj ayat: 27 ”Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”.
Surah Al-hajj, ayat: 28 supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada h ari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya
Surah al-Hajj ayat: 28 ” Dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. Surah Al-hajj,ayat:[29] Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).
3. Kiswah yang berada antara sisi rukun Yamani dan rukun Hajar Aswad (sisi Multazam) tertulis:
Surah Al Imran ayat: 95 Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik”.
Surah Al Imran ayat: 96 ”Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.
Surah Al Imran ayat: 97 ”Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia”;
Surah Al Imran ayat: 97 ”Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
Penutup
Dengan mengenal sejarah kiswah ka’bah yang mengagumkan tentu akan menambah wawasan keislaman kita dan memperkuat keimanan kita akan kebenaran ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga sampai kepada kita.