Fikroh.com – Ada banyak episode sejarah yang memang belum sampai kepada kita. Bisa jadi karena kita sendirilah yang enggan untuk menelisik dan membaca lebih lama. Atau memang ada oknum yang tidak ingin kita tahu seberapa hebatnya masa lalu kita. Kenapa? Sebab masa lalu mampu menata ulang gaya kita untuk mempersiapkan masa depan.
Hari ini, 24-26 Oktober 424 tahun yang lalu terjadi sebuah kemenangan yang diwakili oleh Kesultanan Utsmaniyah di Medan Eropa Tengah. Ini sekaligus jadi gerbang untuk mengetahui bahwa ternyata Umat Islam pernah mencapai daratan benua biru ini sedemikian lama, ratusan tahun lamanya.
Peristiwa itu bernama Pertempuran Keresztes, yang terjadi antara pasukan gabungan Habsburg-Transylvania melawan Kesultanan Utsmani dekat desa Mezőkeresztes di Hongaria utara. Utsmani mengalahkan tentara yang dipimpin Habsburg saat itu.
By the way, siapa itu Habsburg?
Bagi yang belum tahu siapa itu Habsburg, mereka adalah salah satu dinasti paling kuat di Eropa abad pertengahan. Tahta Kekaisaran Romawi Suci terus diduduki oleh keluarga Habsburg dari 1440 hingga kepunahan mereka di garis laki-laki pada 1740 dan setelah kematian Francis I dari 1765 hingga pembubarannya pada 1806.
Tidak hanya itu, Dinasti Habsburg itu juga menempatkan keluarga mereka sebagai raja-raja Bohemia, Hongaria, Kroasia, Galicia, Portugal dan Spanyol dengan koloni masing-masing, serta penguasa dari beberapa kerajaan di Belanda dan Italia dan kaisar Austria, Austria-Hongaria dan Meksiko.
Kesultanan Utsmani mendengar kabar bahwa Kerajaan Austria berhasil merebut kastil Hatvan milik Utsmani, dan membunuh semua warga muslim Utsmani yang bertempat di sana, termasuk wanita dan anak-anak. Untuk itulah sebagai bentuk gerakan balasan, Tentara Utsmani memulai pengepungan benteng Eger pada 21 September 1596, dan pada 12 Oktober kastil telah menyerah.
Belum lama kemenangan itu terjadi, ternyata pasukan Kristen Eropa telah bersiap untuk melawan balik Utsmani dan telah mengumpulkan kekuatan dari 9 koalisi besar, yaitu Kekaisaran Romawi Suci, Transylvania, Kerajaan Hongaria, Negara Kepausan, Spanyol, Walloon, Serbia, Cossack dan pasukan berkuda Polandia. Jumlah mereka sekitar 300 ribu tentara.
Bagaimana Keadaan Pasukan Utsmani?
Kesultanan Utsmani berjumlah 140 ribu mujahid berbaris melalui beberapa lorong di daerah berawa dan mencapai lokasi pertempuran. Mereka kelelahan setelah pengepungan yang lama, keras dan panjang. Kedua pasukan itu saling berhadapan di dataran Mezőkeresztes. Tentara Austria-Transylvania, di bawah komando bersama Archduke Maximillian III dari Austria dan Pangeran Sigismund Bathory dari Transylvania, berada dalam posisi di parit yang dibentengi. Secara posisi, kekuatan Eropa lebih menguntungkan.
Pertempuran pun dimulai ketika tentara Muslimin Utsmani menyerang parit Austria, dari 24-26 Oktober 1596. Senjata api awal (meriam, senapan) digunakan secara masif dalam pertempuran tersebut. Austria, yang bercokol di sekitar reruntuhan gereja tua, berhasil memukul mundur serangan Utsmani dengan rentetan tembakan dari senapan dan 100 meriam.
Kekalahan di Permulaan Perang
Pada hari kedua pertempuran, tentara Utsmani telah dikalahkan, sekitar 1100 tentara syahid dan 42 meriam rusak. Menurut sejarawan Muslim abad ke-17 İbrahim Peçevi, ia mengatakan, “Umat Kristen berhasil menerobos tentara Utsmani, tetapi tentara Islam belum merasakan kekalahan itu. Kemudian, mereka mulai menjarah dan mengambil barang rampasan di markas komando Utsmani.”
“Di bawah beberapa tempat, sekelompok besar tentara Kristen menyerang tenda tempat peti uang emas milik Bendahara Utsmani disimpan”, lanjut Ibrahim Pacevi, “Mereka membunuh Janissary dan tentara kavaleri yang menjaga perbendaharaan pasukan. Para prajurit Kristen naik ke peti harta karun berupa koin emas dan mengibarkan bendera salib mereka dan mulai menari di sekitar mereka.” (Dari Buku “Peçevi Tarihi”)
Panglima Kaum Muslimin, Sultan Mehmed III tadinya merencanakan untuk mundur, namun ia meminta pendapat dari seorang Ulama bernama Syaikh Sa’duddin Efendi. Maka sang Syaikh menasihati agar Sultan harus melanjutkan perjuangan ini sampai akhir. Mengindahkan nasihat ini, Sultan Mehmed III memerintahkan agar pertempuran dilanjutkan.
Dalam Buku Târikh Ad Daulah Al Utsmaniyah karya Yilmaz Oztina Jilid 1 hal. 349, Syaikh Sa’duddin Efendi berkata pada Sultan Mehmed III, “Jangan sampai tentara melihat rajanya ketakutan. Sungguh perjuangan ini harus berlanjut dan tak akan ada kekalahan. Aku yakin ruh Rasulullah ﷺ sedang melihat mereka yang berjuang.”
Pada hari selanjutnya, pertempuran semakin berkecamuk. Pasukan dari tentara Austria telah mencapai tenda Sultan, yang dikelilingi oleh wazir dan para Ulama. Sementara beberapa pasukan mencoba memasuki tenda Sultan, tentara-tentara Austria lainnya memecahkan diri dari pasukan, mencari barang jarahan dan menjarah alih-alih melanjutkan pertempuran.
Nah, melihat posisi pasukan musuh yang mulai kacau balau, Pasukan Muslimin bergerak membalas. Semua elemen pasukan Muslimin mulai dari Pengurus kuda Utsmaniyah, juru masak, pembuat tenda, dan penjaga unta membalas para penjarah dengan senjata apa pun yang dapat mereka temukan, termasuk sendok juru masak, balok kayu, sampai palu untuk pembuatan tenda.
Pasukan Eropa terkejut dan mundur dalam kebingungan. Teriakan “musuh melarikan diri!” dari tenda belakang terdengar oleh pasukan Utsmani yang masih bertempur di garis depan yang nyaris seperti kalah perang. Dorongan moral tersebut memungkinkan mereka memulihkan pertempuran. Dengan aksi besar artileri, pasukan Utsmani memulai serangan besar-besaran ke arah musuh di depan dan mengepung tentara Austria-Transylvania, mengarahkan mereka ke titik terdesak.
Pada akhirnya, kemenangan Allah takdirkan untuk Kaum Muslimin, dengan cara yang unik dan istimewa. Semua elemen, bahkan tukang masak ikut berjihad dengan sendok dan pancinya, pembuat tenda berjuang bahkan hanya berbekal balok kayu dan palu kecilnya. Hasilnya, Utsmani menang.
Sultan Mehmed III mengirim surat kemenangan ke Istanbul, menyampaikan berita tentang penaklukan Kastil Eger (Erlau) dan kemenangan di Pertempuran Keresztes. Surat itu mencapai Istanbul pada bulan Oktober dan ada perayaan publik dan pertemuan publik yang diselenggarakan di kota. Selama perayaan ini, empat kapal yang penuh dengan gula dikirim dari Mesir tiba di pelabuhan Istanbul, yang menambahkan “manisnya” berita kemenangan militer. Mehmed III dianugerahi julukan ‘Penakluk Egri’.
Referensi :
1. Yilmaz Oztina, Târikh Ad Daulah Al Utsmaniyah Jilid 1 hal. 436
2. Al Qarmani, Târikh Salathin Ali Utsman hal. 63-64
3. Mahmoud Abu Fadhl, Ma’rakah Hacova