Alif washal sering disebut dengan hamzah washal. Kita biasa mengenal huruf hamzah berupa kepala huruf ‘ain. Karena di dalam hamzah washal tidak ada gambar huruf hamzah seperti yang biasa kita kenal, agar tidak bingung kita pakai saja istilah alif washal. Tanpa banyak teori, kita lihat saja tulisan Al-Qur’an surah Al-Fatihah yang saya ambil dari mushaf cetakan timur tengah di bawah . Alif washal adalah huruf alif yang apabila dibaca bersambung (di-washal-kan) dengan bacaan sebelumnya, maka alif tersebut tidak dilafalkan. Tetapi bila tidak disambung dengan bacaan sebelumnya, alif tersebut dilafalkan “a”, “i”, atau “u”.
Di mushaf Al-Qur’an cetakan timur tengah, alif washal ditandai di atasnya dengan tanda kepala huruf shad, atau tanda seperti dhammah yang ekornya patah. Untuk mudahnya sebut saja tanda cacing seperti 3 huruf alif yang saya beri lingkaran merah pada gambar di atas. Sebenarnya pada gambar di atas ada banyak alif washal, tetapi hanya 3 yang saya lingkari yaitu yang berada di awal ayat. Karena biasanya di awal ayat kita membaca tidak disambung dengan ayat sebelumnya, maka kita perlu tahu cara membaca huruf-huruf alif seperti pada contoh gambar di atas.
Kebanyakan kita hafal surah Al-Fatihah. Mestinya kita tahu bahwa alif pertama yang saya lingkari, yaitu awal ayat 2 dibaca “a”, jadi ayat 2 surah Al-Fatihah diawali dengan “al-ham-du”, bukan “ul-ham-du” atau “il-ham-du”. Demikian juga ayat 3, alif washal yang saya lingkari dibaca “a”. Sedangkan pada ayat 6 alif washal yang saya lingkari dibaca “i”.
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali alif washal yang berada di awal ayat. Beberapa contoh saya tampilkan di bawah ini.
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali alif washal yang berada di awal ayat. Beberapa contoh saya tampilkan di bawah ini.
Qur’an Surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 97
QS Al-Baqarah 2:27
QS An-Naml 27:37
QS Al-Fajr 89:28
QS An-Naml 27:28
QS Yasin 36:21
QS Shad 38:42
QS Yusuf 12:9
Meskipun
tidak di awal ayat, apabila di tengah ayat ada tanda waqaf (tanda
berhenti), kita biasanya juga tidak menyambung bacaan alif washal
setelah tanda waqaf dengan bacaan sebelumnya seperti pada alif washal di
bawah ini.
Mari kita perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar di atas merupakan QS. Maryam 19:61. Pada bagian yang kami beri kotak merah, terlihat perbedaan antara mushaf cetakan Timur Tengah (standar tanda baca Internasional) dengan cetakan Indonesia (standar tanda baca Depag RI).
Pada mushaf cetakan timur tengah huruf Nun berharakat kasratain diikuti huruf Hamzah washal, sedangkan pada cetakan Indonesia huruf Nun berharakat kasrah saja (tanpa tanwin) diikuti Hamzah washal dengan huruf nun kecil berharakat kasrah di bawahnya. Sebagian pembelajar tajwid di Indonesia mengatakan bahwa huruf Nun kecil itu disebut “nun wiqayah”.
Sebetulnya penamaan ini kurang tepat, karena Nun wiqayah sendiri dalam bahasa Arab adalah Nun yang masuk pada fi’il dan harf untuk menjaga i’rab.
Nun wiqayah adalah nun yang terletak antara dua dhamir, salah satu dari dhamir tersebut adalah dhamir ya mutakallim. Ia bisa masuk di fiil madhi, mudhari dan amr. Wiqayah artinya menjaga. Disebut nun wiqayah, karena nun tersebut berfungsi untuk menjaga fiil baik madhi, mudhari atau amr supaya tidak berharakat kasrah. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa fiil dalam kaedah bahasa Arab tidak dibenarkan berharakat kasrah.
Contoh dalam fiil madhi:
ضربني زيد
Zaid telah memukulku
Contoh dalam fiil mudhari:
يضربني
Zaid sedang memukulku
Contoh dalam fiil amr
أكرمْني
Kamu, hormatilah aku!!
Jika tidak ada nun wiqayah, maka jadinya
ضربي
يضربي
أكرمي
Bila demikian, maka ia menyalahi kaidah fiil yang tidak boleh berharakat kasrah.
Adapun Nun yang terdapat dalam contoh Al-Quran di atas
adalah bunyi Nun kasrah (“ni”) yang terjadi ketika huruf bertanwin
dibaca bersambung dengan Hamzah washal. Nun tersebut sebetulnya berasal
dari tanwin.
Huruf tanwin sejak awal juga memiliki bunyi Nun sukun (an-in-un).
Walaupun tidak ada huruf Nun di sana, namun hakikatnya ada Nun sukun
yang tidak tertulis. Permasalahannya adalah saat tanwin bertemu dengan
huruf yang awalannya juga sukun, maka berarti ada dua huruf sukun yang
bertemu. Yakni Nun sukun pada tanwin dan huruf sukun yang berada setelah
Hamzah washal. Akibatnya kedua huruf ini sulit dibaca saat washal.
Agar bisa dibaca washal, maka Nun sukun yang berada pada tanwin
diubah ke dalam harakat, dalam hal ini ia diubah menjadi kasrah “ni”.
Sehingga bunyi tanwinnya hilang (tetap berbunyi harakat, tapi tanpa
tanwin (tanpa suara Nun sukun)) dengan muncul bunyi tambahan “ni”
sesudahnya. Bunyi “ni” ini berasal dari Nun sakinah pada tanwin yang
diberi harakat kasrah.
Sederhananya, bunyi “…an-…” berubah menjadi “…a-ni…”, “…in-…” menjadi “…i-ni…” dan “…un-…” menjadi “…u-ni…”
Jadi, ayat-ayat Al-Qur’an di bawah ini dibaca sebagai berikut:
QS Al-Jumu’ah 62:11 |
Yang kami beri kotak merah dibaca “lah-wa-nin-fadh-dhuu”.
QS Asy-Syu’aro 26:160 |
Yang kami beri kotak merah dibaca “luu-thi-nil-mur-sa-liin”.
QS Al-Hajj 22:11 |
Yang kami beri kotak merah dibaca “khay-ru-nith-ma-an-na”.
QS Yusuf 12:8-9 |
Yang kami beri kotak merah
apabila dibaca waqaf menjadi “mu-biin” “uq-tu-luu”, apabila dibaca
washal (bersambung) menjadi “mu-bii-ni-niq-tu-luu”.
QS Al-Ikhlash 112:1-2 |
Yang kami beri kotak merah
apabila dibaca terputus (waqaf) menjadi “a-had” “al-laa-hu”, apabila
dibaca washal menjadi “a-ha-du-nil-laa-hu”.
Pada mushaf standar Depag RI,
terdapat huruf Nun kecil sebagai penanda Nun tanwin yang dibaca hidup.
Tetapi, kadang-kadang tidak ada harakatnya dan huruf sebelum Nun kecil
ini masih ada tanwinnya. Jadi masih mungkin membingungkan sebagian
pembaca Al-Quran. Misalnya contoh di bawah ini.
QS Al-Jumu’ah 62:11 |
Untuk yang di awal ayat juga bisa membingungkan antara baca washal (disambung) dengan waqaf (dipisah).
QS Yusuf 12:8-9 |
Bahkan yang di QS Al-Ikhlash tidak ada huruf Nun kecilnya seperti gambar di bawah ini. Sehingga bagi yang akan menyambung bacaan sangat mungkin muncul kekeliruan.
QS Al-Ikhlash 112:1-2 |
Jadi, pada mushaf standar Depag RI, bila bertemu nun kecil di bawah huruf alif (sebetulnya bukan Alif tapi Hamzah washal, namun dilambangkan dengan Alif) seperti contoh di atas, walaupun tidak ada harakatnya baca saja dengan “ni”, bila huruf sebelumnya bertanwin hilangkan tanwinnya. Bila Nun kecil itu di awal ayat atau awal bacaan, biar tidak bingung bacanya disambung saja dengan ayat sebelumnya. Ini untuk menghindari kesalahan dalam membaca Hamzah washalnya. Adapun penjelasan bagaimana membaca Hamzah washal saat ada di awal bacaan telah kami jelaskan pada artikel-artikel sebelumnya.