Fikroh.com – Di dalam hadīts mulia riwayat Imām Ahmad, salah satu dari tanda-tanda kecil telah semakin dekatnya kedatangan Qiyāmat itu adalah munculnya para pemimpin yang bodoh yang PASTI didampingi oleh para centeng (asy-Syuroth).
Begitu sadisnya kelakuan para pemimpin bodoh dan centengnya itu sampai-sampai Baginda Nabī ﷺ memperbolehkan seorang Muslim untuk meminta dipercepat datangnya kematian atas dirinya.
Kata Baginda Nabī ﷺ:
بَادِرُوا بِالْمَوْتِ سِتًّا إِمْرَةَ السُّفَهَاءِ وَكَثْرَةَ الشَّرْطِ وَبَيْعَ الْحُكْمِ وَاسْتِخْفَافًا بِالدَّمِ وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ وَنَشْئًا يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَهُ يُغَنِّيهِمْ وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْهُمْ فِقْهًا
“(Mintalah kepada Allōh ﷻ agar) Disegerakan kematian sebelum datangnya enam hal, yaitu: ⑴ pemimpin yang bodoh, ⑵ banyaknya centeng penguasa, ⑶ hukum diperjual-belikan, ⑷ darah ditumpahkan dengan begitu mudahnya, ⑸ hubungan darah diputuskan dengan begitu mudahnya, dan ⑹ al-Qur-ān dilantunkan bak seruling, mereka menjadikan rujukan orang yang pandai melantunkannya walau sebenarnya ia sama sekali tak paham perkara agama.” [HR Ahmad no 15462].
Asy-Syuroth atau “centeng penguasa” itu amat sangat zhōlim terhadap manusia.
Kata Baginda Nabī ﷺ:
يَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ أَوْ قَالَ يَخْرُجُ رِجَالٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ مَعَهُمْ أَسْيَاطٌ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ الْبَقَرِ يَغْدُونَ فِي سَخَطِ اللَّهِ وَيَرُوحُونَ فِي غَضَبِهِ
“Akan ada pada ummat ini di akhir zaman orang-orang…” -atau Beliau ﷺ bersabda- “Akan keluar beberapa orang dari ummat ini pada akhir zaman… mereka membawa cemeti yang bagaikan ekor sapi (dicambukkan ke sana kemari -pent). Mereka pergi di pagi hari dengan kemurkaan Allōh, dan pulang pada sore hari dengan kemarahan-Nya.” [HR Ahmad no 21129].
Di dalam riwayat lain:
إِنْ طَالَتْ بِكَ مُدَّةٌ أَوْشَكْتَ أَنْ تَرَى قَوْمًا يَغْدُونَ فِـي سَخَطِ اللهِ وَيَرُوحُونَ فِي لَعْنَتِهِ فِي أَيْدِيهِمْ مِثْلُ أَذْنَابِ الْبَقَرِ
“Apabila umurmu panjang, niscaya hampir kamu akan melihat satu kaum yang pergi pada pagi hari dengan kemurkaan Allōh, dan pulang pada sore hari dengan la‘nat-Nya. Tangan-tangan mereka menggenggam (cemeti) yang bagaikan ekor sapi (dicambukkan ke sana kemari -pent).” [HR Muslim no 2857; Ahmad no 7727, 7943].
Para centeng penguasa itu pasti masuk Neraka!
Kata Baginda Nabī ﷺ:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ …
“Ada dua kelompok dari penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu pertama kaum yang membawa cemeti yang bagaikan ekor sapi yang dengannya mereka mencambuk manusia…” [HR Muslim no 2128].
Hampir 800 tahun yang lalu, al-Imām Yahyā ibn Syarof an-Nawawī رحمه الله تعالى telah mengatakan tentang bahwa hadīts-hadīts mulia mengenai kebengisan centeng para penguasa bodoh di akhir zaman itu adalah salah satu di antara mu‘jizat dari Baginda Nabī ﷺ, karena sungguh telah beliau buktikan apa yang dikabarkan oleh Baginda Nabī ﷺ bahwa orang-orang yang membawa cambuk itu adalah para centeng penguasa yang kerjanya berbuat kezhōliman terhadap manusia. [lihat: Syarh an-Nawawī XVII/190].
Di dalam salah satu bukunya Syaikh Dr Yūsuf al-Qorodhōwiy حفظه الله تعالى menceritakan ketika ia dipenjara oleh rezim Mesir, para sipir penjara kala itu kerjanya suka menyiksa para tahanan. Ketika para tahanan menyebut-nyebut nama Allōh ﷻ, maka dengan congkaknya si Sipir itu berani mengatakan: “Kalaulah Allōh itu datang membela kamu di sini, maka Dia juga akan aku siksa seperti kamu ini!”
Ucapan ini konon dilontarkan oleh sipir yang bernama “Hamzah Basuni”, atau sebagian ada pula yang mengatakan oleh “Syamsu Badron”. Begitulah keadaan para zindiq sekuler hamba hukum Thōghūt dan hamba Thōghūt itu sendiri. Mereka meremehkan dan tak takut dengan adzab Allōh ﷻ. Bahkan mereka malahan merasa bisa mengadzab Allōh ﷻ subhānallōh…!!!
Kenapa bisa sesombong itu…?
Karena memang manusia itu kalau sudah jaya maka dengan tanpa sadar Syaithōn membuatnya merasa selalu benar di dalam setiap tindakannya.
Sebagiannya ada yang merasa mereka akan didukung Tuhan seperti halnya pemilik kebun di QS al-Kahfi:
وَكَانَ لَهُۥ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَٰحِبِهِۦ وَهُوَ يُحَاوِرُهُۥٓ أَنَا۠ أَكْثَرُ مِنكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا وَدَخَلَ جَنَّتَهُۥ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِۦٓ أَبَدًا وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةً وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّى لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنقَلَبًا
“Dan ia mempunyai kekayaan yang besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mu’min -pent) ketika bercakap-cakap dengannya: “Hartaku lebih banyak daripada hartamu, sedangkan pengikut-pengikutku lebih kuat!”, dan ia memasuki kebunnya sedang ia zhōlim terhadap dirinya sendiri. Ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku mengira hari Qiyāmat tidak itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu!”” [QS al-Kahf (18) ayat 34-36].
Sebagian yang lain merasa ia memang pantas melakukan itu karena memang dia sendiri yang hebat seperti halnya Qōrūn:
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِىٓ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِۦ مِنَ ٱلْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْـَٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ ٱلْمُجْرِمُونَ
“(Qōrūn) Berkata: “Sungguh aku hanya diberikan harta itu karena ‘ilmu yang ada padaku!”, dan apakah ia tidak tahu bahwasanya Allōh sungguh-sungguh telah membinasakan ummat-ummat sebelum dia yang jauh lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanyakan kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.” [QS al-Qoshosh (28) ayat 78].
Bagaimana akhir perjalanan hidup para asy-Syuroth itu?
Hamzah Basuni mati kecelakaan mobil dengan kepala tertusuk besi.
Karena terkadang memang Allōh ﷻ menimpakan adzab di Dunia kepada para asy-Syuroth itu seperti ancaman Allōh dalam QS al-Isrō’:
وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا۟ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا ٱلْقَوْلُ فَدَمَّرْنَٰهَا تَدْمِيرًا
“Dan apabila Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta’ati Allōh) akan tetapi mereka malah melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya!” [QS al-Isrō’ (17) ayat 16].
Bisa jadi para asy-Syuroth itu kelak akan dibantai oleh makhluq Allōh yang lebih jahat lagi daripada mereka. Mereka benar-benar bertemu dengan lawan yang punya kemampuan untuk menyiksa mereka sehingga mereka teringat betapa dulunya mereka pernah menzhōlimi orang… namun mereka sangat tersiksa di saat mau matinya karena sudah tak mungkin lagi meminta ma’af kepada orang-orang yang pernah dizholiminya itu
Mereka mati dalam keadaan terhina dengan kondisi saking takutnya sampai “af-idatuhum hawā’” (hati mereka kosong saking takutnya):
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّٰلِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَٰرُ مُهْطِعِينَ مُقْنِعِى رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْـِٔدَتُهُمْ هَوَآءٌ
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) menyangka bahwa Allōh lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zhōlim. Sungguh-sungguh Allōh memberikan tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak (dapat) berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” [QS Ibrōhīm (14) ayat 42-43].
Sementara Syamsu Badron masih sempat hidup sampai usia 91 tahun, dan ia mengaku tak pernah menyesal dengan apa yang telah dilakukannya, dan ia mati biasa seakan-akan tak ada hukuman di Dunia…
Biasanya yang begini ini yang paling dahsyat adzab dan siksaannya di Ākhirot kelak, di mana ia akan bertemu Allōh ﷻ yang ia pernah remehkan dan hina semasa ia hidup di Dunia.
Hukuman terberat itu adalah mereka akan dimatikan dalam keadaan zhōlim bahkan kāfir, dan mereka bertemu dengan Allōh di hari di mana mata mereka terbelalak.
Quran surat Ibrōhīm ayat 42 ini adalah hiburan kepada orang terzhōlimi yang ingin minta orang yang telah menzhōliminya itu segera dihukum…
Karena yakinlah bahwa Allōh ﷻ telah mempersiapkan sesuatu untuk mereka. Bisa jadi nanti kita akan dengar berita para pelaku kezhōliman itu akan dibunuh oleh orang dekatnya sendiri dengan cara yang keji… atau malah mereka dikorbankan oleh atasannya sendiri -yang selama ini mereka turutin perintahnya- sehingga hidup dalam keadaan terhina ditinggalkan keluarga dan teman. Itu baru sebagai hukuman di Dunia, sedangkan ketika mati, mereka akan menyesal sedangkan semuanya telah terlambat!
Maka sebelum terlambat, jadikan hadīts mulia berikut ini sebagai peringatan…
Kata Baginda Nabî ﷺ:
سَيَكُوْنُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ شُرْطَةٌ يَغْدُوْنَ فِـي غَضَبِ اللهِ ، وَيَرُوْحُوْنَ فيِ شَخَطِ اللهِ ، فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُوْنَ مِنْ بِطَانَتِهِمْ
“Di akhir zaman akan ada para centeng yang pergi dengan kemurkaan Allōh dan kembali dengan kemurkaan Allōh, maka berhati-hatilah kamu agar tidak menjadi bagian dari kelompok mereka. Mereka dimurkai karena menganiaya kaum Muslimīn tanpa alasan yang dapat dibenarkan.” [HR ath-Thobarōniy, Ithōful-Jamā‘ah I/507-508, dinilai shohīh oleh Muhammad Nāshiruddīn al-Albāniy, Shohīhul-Jāmi’ III/317 no 3560].
Begitu juga yang mendukung dan membenarkan para penguasa yang lalim, jadikan hadīts mulia ini sebagai peringatan…
Kata Baginda Nabī ﷺ:
إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ
“Akan ada setelahku nanti para penguasa yang tukang berdusta. Siapa saja yang mendekat-dekat kepada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kedustaan mereka bahkan mendukung kezhōliman mereka, maka ia bukanlah dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, sedangkan ia takkan bisa mendatangi telagaku (pada hari Qiyāmat). Dan siapa saja yang tidak mendekat-dekat kepada mereka (penguasa tukang berdusta itu), tidak membenarkan kedustaan mereka dan (juga) tidak mendukung kezhōliman mereka, maka ia adalah dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari Qiyāmat).” [HR an-Nasā-ī no 4207; Ahmad no 22174].
Oleh: Arsyad Syahrial