Bacaan dan Doa Shalat Dhuha

Bacaan dan Doa Shalat Dhuha

Fatwapedia.comTerkait bacaan surat tertentu dalam Sholat Dhuha, maka dalam kitab “al-Maushû’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah” (27/226) disebutkan beberapa surat yang disunnahkan oleh para ulama fiqih untuk dibaca dalam sholat Dhuha. Akan tetapi sebelumnya perlu kami sampaikan bahwa agama kita ini dilandasi oleh dalil, maka poros kita dalam menentukan ini disyariatkan atau tidak disyariatkan berputarnya kepada Kalamullah dan sabda RasulNya.

Al-‘Allâmah Ibnu ‘Âbidîn rahimahullah dari kalangan ulama Hanafiyyah merekomendasikan untuk membaca surat asy-Syamsyu dan surat Adh-Dhuhâ, dalil yang beliau sampaikan adalah hadits ‘Uqbah bin ‘Âmir radhiyallahu anhu dimana beliau berkata :

أَمَرَنَا رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُصَلِّيَ الضُّحَى بِسُوَرٍ مِنْهَا: {وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا} ، {وَالضُّحَى}

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami ketika sholat Dhuha untuk membaca beberapa surat, diantaranya : “asy-Syamsyu dan Adh-Dhuha.”

Dalam catatan kaki kitab diatas, dikatakan bahwa hadits ini dibawakan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar dalam “Fathul Bari”, lalu disandarkan kepada Imam al-Hakim di kitabnya Juz tentang sholat Dhuha. Berdasarkan hal inilah saya mengandalkan asy-Syaikh Nabîl bin Manshûr dalam kitab khususnya terkait takhrij Fathul Bari yaitu “Anîs as-Sâriy” (II/980-981). Asy-Syaikh hafizhahullah menilai hadits Uqbah ini PALSU, karena didalam sanadnya ada seorang perawi pendusta dan pemalsu hadits.

Kemudian sebagian ulama Syafi’iyyah juga menambahkan kesunnahan membaca surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlash, namun dalil yang mereka bawakan adalah sekedar dalil umum keutamaan kedua surat ini.

Kesimpulannya, tidak ada dalil yang tsabit terkait pengkhususan surat tertentu yang dibaca dalam sholat Dhuha, sehingga memastikan pensyariatan surat atau ayat tertentu untuk dibaca pada sholat ini adalah suatu kebid’ahan. Imam bin Baz rahimahullah berfatwa :

لا حرج عليك أن تقرأ ما تيسر من القرآن ما لم تعتقد بأن هذا سنة خاصة. …أما إن تعمدت آيتين مخصوصتين وأنهما سنة وحدهما فهذا لا أصل له؛ لأن البدعة لا تجوز في الشرع ولا أحد يقول هذا سنة وهذا بدعة إلا بدليل….

“Tidak mengapa bagimu membaca apa yang mudah bagimu dalam Al Qur`an, selama tidak diyakini bahwa itu adalah sunnah khusus…. Adapun jika engkau sengaja membaca dua ayat dengan mengkhususkannya dan menganggapnya bahwa itu sunnah, maka tidak ada asalnya, karena bid’ah tidak boleh dalam syariat dan tidak seorang pun yang mengatakan ini sunnah dan ini bid’ah kecuali dengan dalil…..”

Kemudian terkait dzikir dan doa setelah sholat Dhuha, maka kaedah yang sama kita terapkan juga. Alhamdulillah disana terdapat hadits yang menunjukkan doa khusus setelah sholat Dhuha, sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Imam Bukhari dalam kitabnya “al-Adab al-Mufrad” (no. 619) :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ قَالَ: حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ هِلَالِ بْنِ يَسَافٍ، عَنْ زَاذَانَ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الضُّحَى ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ» ، حَتَّى قَالَهَا مِائَةَ مَرَّةٍ

“….dari Aisyah radhiyallahu anhâ beliau berkata : “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sholat Dhuha, lalu Beliau berdoa : “Yâ Allah ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat dan Maha pengasih.”

Beliau mengucapkannya sebanyak seratus kali.”

Semua perawinya tsiqah, Khushoin adalah ibnu Abdur Rahman dan Zâdzán adalah al-Kindiy. Oleh sebab itu, Imam al-Albani tidak ragu untuk menshahihkan hadits ini dalam ta’liqnya terhadap al-Adab al-Mufrad.

Hadits diatas diriwayatkan juga dalam Sunan Kubra Nasa`i (no. 8673) dengan sanad yang bermuara kepada guru Imam Bukhari diatas. Asy-Syaikh DR. Shâlih al-Ushoimiy hafizhahullah juga menshahihkan sanad Imam Nasa`i ini.

Akan tetapi ketika kami melihat jalan-jalan lainnya, maka kami dapatkan ada dua ilat dari segi sanad dan matan, yaitu dari segi sanad, dalam jalur yang lebih banyak dan lebih tsiqah perawinya, Zâdzân meriwayatkannya dari seorang sahabat Anshar yang tidak disebutkan namanya. Namun tentu ini tidak berpengaruh terhadap keshahihan hadits ini, karena majhulnya sahabat tidak merusak hadits.

Kemudian dari segi matan hadits, dalam jalan lain disebutkan sholat secara mutlak, bukan khusus sholat Dhuha. Seandainya kita terima bahwa riwayat ini yang shahih, sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, maka dari sisi fiqih hadits pun tidak bermasalah untuk mengamalkannya dalam sholat Dhuha, karena jika tidak ada dalil yang khusus terkait dzikir dan doa setelah sholat Dhuha, maka dapat diterapkan dzikir dan doa setelah sholat wajib sebagaimana yang tsabit dalam sunah-sunah Nabi. Tim fatwa Islamweb yang menganggap tidak ada yang shahih terkait dzikir dan doa khusus setelah sholat Dhuha, mereka berkata :

لكننا لم نطلع على دعاء خاص بصلاة الضحى، فللمسلم أن يدعو الله تعالى بما شاء مما ليس فيه إثم ولا قطيعة رحم، سواء دعاه بالمأثور عن النبي صلى الله عليه وسلم أو دعاه بما يتيسر له هو من دعائه الخاص، إلا أن الدعاء بالمأثور أفضل إذا كان الداعي يحفظه

“Namun kami belum menemukan doa khusus untuk sholat Dhuha, maka seorang Muslim berdoa kepada Allah Ta’âlâ dengan apa yang ia kehendaki, selama bukan berisi dosa dan memutuskan tali silaturahmi, sama saja doa yang ma`tsûr dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam ataupun doa yang mudah baginya yang ia mengkhususkan dalam doanya, namun doa yang ma`tsûr lebih utama jika yang berdoa menghapalnya.” Wallahu Ta’âlâ A’lam.

Penulis: Abu Sa’id Neno Triyono

Leave a Comment