Fatwapedia.com – Nama Majlisi tidak dapat dipisahkan dari daulah safawiyyah, begitu juga namanya melekat dengan kitab yang disusunnya, yaitu Biharul Anwar. Beginilah kira-kira ringkasan pembahasan kita tentang ulama syiah paling terkenal pada masa daulah safawiyyah dan kitabnya yang terkenal, Biharul Anwar fi ahaditsinnabiy wal aimmatil athar.
Dinasti Safawiy, berdiri di wilayah yang saat ini bernama Iran tahun 907 H/ 1502 M, secara resmi memeluk mazhab syiah imamiyah. Dinasti ini mewajibkan penduduknya memeluk mazhab syiah dengan menggunakan kekuatan. Juga pemerintahan safawi berusaha untuk menyebarkan mazhab syiah di wilayah pemerintahannya juga melebar ke wilayah kanan kirinya.
Demi kelancaran misinya ini, dinasti safawi mengucurkan biaya yang tidak sedikit untuk membiayai gerakan penulisan kitab dan penterjemahan. Bahkan sampai memanggil ulama syiah dari luar wilayah safawi khususnya dari wilayah gunung amil di lebanon, untuk mendukung penyebaran ajaran syiah serta menggencarkan gerakan penulisan kitab-kitab syiah. Pada masa itu ulama syiah memiliki kedudukan istimewa. Di antaranaya adalah Majlisi.
Muhammad Baqir bin Muhammad Taqiy Al Majlisi lahir tahun 1037 H/ 1627 M di kota Isfahan, yang saat itu menjadi ibukota pemerintahan dinasti safawi. Muhammad Baqir dikenal sebagai Majlisi kedua, sementara ayahnya dikenal sebagai Majlisi pertama, atau satu.
Syiah menganggap Majlisi sebagai salah satu ulama yang dihormati dan diagungkan. Dia dianggap sebagai salah satu ulama yang menguasai dan menjaga mazhab syiah. Bahkan dia dianggap sebagai penjaga dinasti safawi, yang setelah Majlisi wafat mengalami kehancuran.
Penulis kitab Marja’iyyah Diniyah wa Maraji’ul imamiyah menceritakan biografi Majlisi pada hal 58 : Majlisi adalah ulama yang didengar ucapannya oleh raja-raja dinasti safawi di asfahan, yang saat itu menjadi pusat emerintahan Iran.
Sebagai ulama yang dihormati, Majlisi menangani sendiri permohonan banding dan segala macam urusan peradilan, serta ikut mengawasi pelaksanaan hukum pidana Islam. Muhaddits Nuri berkata dalam kitabnya Darussalam: tidak ada dalam Islam seorang yang menyebarkan mazhab sebagaimana Majlisi, yang menulis begitu banyak kitab yang tersebar di mana-mana… Majlisi memiliki peran yang besar dalam penyebaran mazhab syiah imamiyah, sampai sampai Abdul Aziz Dahlawi, salah seorang ulama ahlussunnah yang mengarang kitab “Tuhfah Itsna Asyriyyah fi Rod Ala Iamiyah” berkata : jika ajaran syiah ini disebut sebagai ajaran Majlisi, maka tidaklah keliru.
Tentang peran Majlisi dalam pemerintahan dinasti safawiyah, pengarang kitab Al Hijrah Al Amiliyah ila Iran pada halaman 195 menukil dari kitab sejarah Iran yang menulis tentang Majlisi, sosok yang tidak duduk di singgasana, tapi dengan kecerdikannya dapat menguasai keadaan di tengah keadaan sulit yang menimpa iran saat itu. Saat itu Afghanistan mengancam akan menginvasi iran, berusaha memanfaatkan lemahnya kepemimpinan shah husein I. Majlisi dapat mempertahankan pemerintahan hingga setelah dia wafat, Afghanistan baru dapat menyerang iran.
Majlisi disebut Syaikh Dinasti Safawi, yang didengar seluruh pendapatnya oleh pemerintah. Dia hidup mewah di masa akhir dinasti safawi. Dia dikenal fanatik terhadap mazhab syiah dan berhasil membujuk pemerintah agar menindas seluruh rakyat yang tidak semazhab dengannya.
Namun Majlisi selalu menyanjung puja raja-raja dinasti safawi, sebuah perbuatan yang tidak semestinya dilakukan oleh ulama sekelas Majlisi yang memiliki kedudukan tinggi saat itu. Majlisi membuat pujian-pujian itu walaupun raja-raja safawi dikenal kejam dan berakhlak bejat. Salah seorang raja berakhlak bejat yang dipuji oleh Majlisi adalah syah Husein, yang pada masa kepemimpinannya membolehkan rakyat meminum khomer dan menjadi mainan para wanita. Hal ini disebutkan oleh pengarang kitab Hijrah Amiliyah. Majlisi memuji syah husein dengan puji-pujian yang sangat berlebihan, seperti dituliskan sendiri oleh Majlisi dalam pengantar kitab Zadul Ma’ad :
Memandang bahwa risalah ini selesai ditulis pada masa kerajaan yang penuh keadilan, pada masa pemerintahan sultan yang membawa kebahagiaan, berkedudukan tinggi, penghulu para raja di jaman ini, pemimpin orang bijaksana di jaman ini. Hiasan pohon agama, cucu yang terpilih di antara keturunan Nabi, raja yang banyak berkhidmat, pemimpin yang malaikat malu kepadanya. Wahai sultan yang kemarahannya dapat memisahkan perjanjian yang tak terpisahkan, wahai sultan yang tangannya bagaikan hujan yang menimpa perkebunan, pendiri pondasi agama, penyebar ajaran nenek moyang yang suci, raja yang kolam istananya melimpah karena sering disentuh oleh bibir sultan zaman ini,,, yaitu raja terbesar, tempat berlindung para kaisar, penyebar upacara-upacara syariat agung, Shah Sultan Husein Al Musawi Al Husaini Al Safawi.
Majlisi dikenal karena banyak menulis kitab syiah imamiyah. Di antaranya adalah kitab Zadul Ma’ad fi Fadho’il Ayyam Wallayali wa A’malissanah. Kitab tulisannya yang lain adalah fi ahwalil Anbiya’ min Adam ila Nabiyyina Sallalahu Alaihi wasallam, fi ahwalil khotimil Anbiya’ sallallahu alaihi wasallam min wiladatihi ila wafatihi. Fil fitan al haditsah ba’da wafati Arrasul Sallalahu Alaihi Wasallam, Fi Ahwali Amiril Mu’minin min wiladatihi wa fadha’ilihi wa mu’jizatihi wa wafatihi. Fi Ahwalizzahra’ wal hasanain alaihissalam, fi ahwal assajjad, wal baqir wassodiq wal kazim alaihimussalam. Haqqulyaqin, mir’atul uqul.
Tapi kitab hasil tulisannya yang terbesar adalah Biharul Anwar fi ahaditsinnabiy wal a’immatil athar. Kitab ini terdiri dari 25 jilid besar, setiap jilid tersusun dari beberapa jilid lagi, hingga seluruhnya berjumlah 111 jilid. Maka tak heran jika syiah menyebut kitab Biharul Anwar sebagai ensiklopedi syiah yang tak tertandingi. Kitab ini adalah salah satu sumbangan terpenting yang dipersembahkan oleh dinasti safawi pada khazanah dunia kitab syiah, juga merupakan sumber terbanyak bagi khazanah syiah. Biharul Anwar termasuk kitab hadits terpenting bagi syiah. Majlisi mengumpulkan banyak hadits dari nabi maupun para imam, yang kadang validitasnya tidak jelas. Kitab ini juga memuat kisah Nabi, Fatimah dan seluruh kedua belas imam, berita tentang mereka dan petuah-petuah yang dinisbahkan pada mereka. Majlisi menyusun semua ini tanpa sistematika yang jelas.
Dalam Biharul Anwar, Majlisi sedikit sekali menukil dari 4 refrensi induk syiah, karena 4 kitab itu banyak memuat masalah-masalah furu’ sedangkan Biharul Anwar tidak memuat masalah furu’. Majlisi berniat untuk mengumpulkan semua hadits syiah tanpa memandang validitasnya, bahkan sampai memuat referensi yang tidak dikenal oleh syiah dan tidak diakui oleh mereka sendiri yaitu kitab al Fiqhi Ar ridhawiy. Majlisi mengaku kitab itu baru diketemukan pada zaman Majlisi.
Pada pengantar kitab Zadul Ma’ad Majlisi menyebutkan sedikit mengenai Biharul Anwar: Terdapat banyak sekali doa dari Nabi saw yang ditulis di banyak kitab doa. saya sendiri yang menyebut diri saya sebagai pembawa berita para imam suci alaihimussalam telah menyusun banyak doa dari nabi dalam kitab Biharul Anwar. Tapi orang banyak tidaklah mudah untuk membaca kitab ini dan mengamalkan seluruh isinya karena mereka disibukkan oleh urusan dunia.
Abdullah Al Jaza’iri menyebutkan bahwa ketika Majlisi berniat untuk memulai menyusun kitab Biharul Anwar, beliau berusaha mengumpulkan seluruh kitab-kitab syiah kuno, dia mendengar bahwa kitab madinatul ilmi yang disusun oleh Ash Shaduq ada di negeri yaman. lalu dia menyampaikan hal itu pada raja. Tanpa menunggu lagi raja mengutus seorang utusan kepada raja yaman dengan membawa banyak hadiah supaya dapat membawa kitab itu ke iran.
Sementara itu Syah Sulaiman Safawi mewakafkan sebagian tanah milik pribadinya supaya hasilnya digunakan untuk menyalin dan membagi kitab Biharul Anwar kepada para pelajar. saat percetakan mula-mula masuk ke iran pada masa qajari, Biharul Anwar termasuk kitab yang pertama kali diperbanyak dalam jumlah besar, dan diedarkan ke irak dan negara teluk. Apalagi Biharul Anwar ditulis oleh Majlisi dalam bahasa arab, sedangkan kitab tulisannya yang lain ditulis dalam bahasa parsi.
Dalam Biharul Anwar Majlisi mengumpulkan banyak sekali kebatilan dan kebodohan yang dikatakan berasal dari nabi dan para imam ahlul bait. dalam kitab ini tarcantum akidah syiah rafidhah. Dalam kitab Biharul Anwar tercantum dengan jelas pendapat bahwa Al Quran telah mengalami perubahan, penuhanan para imam, pengkafiran para sahabat. kami akan coba menukilkan sedikit dari banyak kebatilan dan riwayat palsu dalam kitab Biharul Anwar :
Setelah menukil beberapa pendapat Asshaduq dan beberapa riwayat yang memvonis mereka yang tidak beriman pada wilayah dua belas imam sebagai kafir, Majlisi berkata: ketahuilah bahwa vonis syirik dan kafir bagi mereka yang tidak meyakini bahwa Ali dan para imam dari anak cucunya, dan tidak meyakini keutamaan para imam, menunjukkan bahwa mereka kekal dalam neraka. Biharul Anwar jilid 23 hal. 390
Majlisi menuliskan sebuah riwayat dari Imam Muhammad Al Baqir, bahwa dia berkata : demi Allah hai Abu Hamzah seluruh manusia adalah anak zina selain syiah kami. Biharul Anwar jilid 24 hal. 311
Mengenai masalah penuhanan para imam dan anggapan bahwa para imam memiliki sifat seperti tuhan, banyak sekali hal itu dalam kitab Biharul Anwar. Akan kita nukilkan di sini judul-judul dari bab yang membahas hal itu:
Bab bahwa Allah membuatkan bagi para imam sebuah tiang yang membuat para imam dapat melihat amal perbuatan manusia.
Bab sesungguhnya para imam memiliki seluruh pengetahuan malaikat dan para nabi
Bab para imam mengetahui waktu kematian mereka dan mereka tidak akan mati kecuali atas kehendak mereka sendiri.
Bab para imam dapat menghidupkan orang mati dan menyembuhkan lepra dan kusta, mereka memiliki seluruh mu’jizat para nabi.
Yang lebih mengherankan Majlisi menganggap bahwa seluruh isi Al Quran adalah para imam:
Sholat, zakat, haji, puasa dan seluruh ketaatan adalah para imam, sementara seluruh kemakasiatan adalah musuh mereka.
Tujuh matsani dan kalimat Allah adalah para imam. Ahlul A’raf adalah para imam.
Maka DR. Nasir Al Qifari mengatakan dalam kitabnya Ushul Mazhab Syiah hal 199 : dalam kitab Biharul Anwar yang menjadi pegangan bagi kalangan syiah tertulis anggapan bahwa hampir seluruh isi Al Quran adalah para imam, menyebutkan pembahasan seperti itu sesuka hawa nafsunya sendiri.
Majlisi mengomentari kisah istri nabi Luth dan nabi Nuh yang disebutkan dalam Al Quran sebagai berikut : nampak jelas bagi mereka yang cerdas bahwa ayat-ayat itu menyebutkan dengan jelas bahwa Aisyah dan Hafshah adalah munafik dan kafir. Jilid 22 hal 33.
Majlisi menyebutkan sebuah riwayat dalam kitabnya : Dari Ibnu Abdul Hamid dia berkata : aku masuk menemui Abu Abdillah lalu dia memperlihatkan padaku kitab Al Quran. Lalu aku membuka lembaran Al Quran itu lalu aku melihat ayat yang berbunyi : ini adalah jahannam yang kalian berdua dustakan. Masuklah ke dalamnya kalian berdua tidak hidup dan tidak mati. Majlisi berkata: mereka berdua adalah dua khalifah pertama, yaitu Abubakar dan Umar. Di sini nampak jelas bahwa Majlisi mengatakan ada sebagian isi Al Quran yang telah disembunyikan dan dihapus seperti yang diyakini oleh syiah, yang memvonis bahwa Abubakar dan Umar akan kekal dalam neraka.
Referensi tambahan:
- Al-Marja’iyyah Addiniyah wa maraji’ul Imamiyah. Nuruddin Asysyahurdi hal 85
- Attasyayyu’ al alawi wa tasyayyu’ safawi. Ali Syariati hal 204
- Attasyayyu baina mafhum al a’immah wal mafhum alfarisi. Muhamamd Al Bandari hal 63
- Tsaqafatul Wasath. Alauddin Al Mudarris hal 371
- Asysyi’ah wa tasyayyu’. Ihsan Ilahi Zahir hal 327
- Al Hijroh Al Amiliyyah Ila Iran fi Asri Assafawi. Ja’far Al Muhajir hal 81
- Ushul Mazhab Syiah. Nasir Al Qafari hal 199