Fatwapedia.com – Hujjah al-Islām Abū Hāmid Muḥammad bin Muḥammad bin Muḥammad al-Ghazāli at-Tūsi adalah seorang imam dalam Fikih Syafi’i, Filsuf dan Sufi, beliau dilahirkan di Tabran, daerah yang berdekatan Tūs (hari ini dikenal dengan daerah Masyhad, Iran), Persia pada tahun 450 Hijriyyah. Beliau adalah seorang imam pada zamannya, beliau dikenal dengan al-Syafi’i al-Tsani atau Syafi’i yang kedua karena keahliannya dalam ilmu Fikih.
Beliau adalah seorang ulama yang luar biasa yang merupakan orang pertama yang mempelajari ilmu Fikih di Tūs, kemudian beliau melakukan hijrah ke berbagai daerah seperti Baghdad, Damaskus, Yerusalem, Kairo, Alexandria (Iskandariyyah), Makkah, serta Medina untuk mengambil ilmu Fikih kepada para ahlinya.
Diantara gurunya yang masyhur adalah Imam al-Ḥaramayn seorang ulama yang menulis karya monumental tentang Fikih yaitu Nihayat al-Mathlab fi Dirayat al-Madzhab, beliau belajar kepada Imam al-Ḥaramayn hingga gurunya tersebut wafat, beliau telah menguasai ilmu Fikih Syafi’i, Manthiq, Akidah, Jadal, dan Filsafat.
Ketika Imam al-Haramayn wafat, Imam al-Ghazāli mulai terlibat diskusi dan perdebatan dengan para imam dan ulama Baghdad di hadapan Nizham al-Mulk yang membuat sang sultan takjub dan kagum, dan kemudian menempatkan Imam al-Ghazāli untuk mengajar di Universitas Nizhamiyyah di Baghdad. Ketika nama besarnya mulai tersebar keberbagai daerah, para ulama mulai berdatangan untuk belajar kepadanya.
Kesuksesan dunianya merupakan berkah yang banyak, dan dalam pertengahan karirnya, setelah melakukan perenungan yang mendalam, beliau di landa rasa takut dan skeptis yang besar terhadap jiwanya beserta takdirnya di hari akhir. Beliau kemudian mengundurkan diri dari jabatannya, dan berhijrah untuk pertama kalinya ke Yerusalem, dan kemudian ke Damaskus untuk mensucikan jiwanya melalui jalan bertasawwuf.
Di Damaskus, beliau hidup dalam pengasingan dan berkhalwat selama sepuluh tahun, dengan bermujahadah, dan mengingat Allah, yang pada akhirnya beliau berhasil menghasilkan karyanya yang Fenomenal, yaitu “The Magnum Opus” Ihyā’ Ulūm ad-Dīn, karya tersebut menunjukan begitu dalamnya kepribadian Imam al-Ghazāli yang direalisasikan dalam karyanya.
Dalam karya ini beliau menjawab ribuan pertanyaan yang berhubungan dengan alam spritual, dimana tidak ada orang sebelumnya yang mendiskusikan atau menyelesaikannya, hal tersebut menunjukan betapa luasnya keilmuan Imam al-Ghazāli dalamnya pemahaman, serta besarnya apresiasi dan kontribusi terhadap perbaikkan kondisi kejiwaan umat manusia, namun meski demikian sebagian ulama menyebut imam al-Ghazāli terlalu berlebih-lebihan dalam karyanya.
Beliau juga menulis hampir dua ratus karya dalam bidang pemerintahan, tata negara, Fikih, Filsafat, Akidah, Tasawwuf, Tafsir, Kalam, dan Ushul Fiqh. Karya-karyanya menggambarkan perjalanan intelektual beliau, adapun diantara karyanya adalah al-Qisthas al-Mustaqim, Mihak al-Nazhar, Mizan al-Amal, al-Arbain fi Ushul al-Din, al-Iqtishad fi al-I’tiqad, Maqashid al-Falasifah, Tahafut al-Falasifah, al-Munqidz min al-Dhalal, al-Maqshad al-Asna, Misykat al-Anwar, Ihya’ Ulum al-Din, Iljam al-Awwam, dan sebagainya.
Beliau wafat pada tahun 505 Hijriyyah di Tabiran. Sungguh seorang tokoh yang sangat agung. Peninggalan dan penelaahan pada karyanya merupakan berkah yang tak berpenghujung. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang sangat luas atas kebaikannya yang tak terhitung. Wallahu a’lam.
NSS.