Fatwapedia.com – Sultan Osman I atau dikenali sebagai Osman Bin Ertugrul merupakan pendiri Kesultanan Turki Utsmaniyyah pada tahun 1299 sehingga 1324. Osman merupakan putera dari pemimpin suku Kayi yaitu Ertugrul Bey. Ertugrul Bey bersama para pengikutnya berhijrah ke Anatolia setelah Sultan Seljuk pada masa itu, Sultan Alauddin Kaykubad memberikan daerah Söğüt sebagai pusat pemerintahan suku kayi di Anatolia.
Ini dikarenakan Ertugrul Bey telah banyak berjasa kepada Sultan Alauddin Kaykubad dalam mempertahankan Kesultanan Seljuk Rum dari ancaman bangsa Mongol. Sultan Alauddin Kaykubad sangat gembira dengan setiap kemenangan yang diraih Ertugrul Bey sehingga sultan memberikan setiap wilayah baru dalam setiap kemenangan Ertugrul Bey.
Pada tahun 1288, Ertugrul Bey wafat dan tampuk kepimpinan suku kayi telah diserahkan kepada Osman Bey. Seperti ayahandanya, Osman Bey sangat berjasa kepada Sultan Alauddin Kaykubad. Jasa Osman Bey sangat besar kepada Sultan Alauddin Kaykubad sehingga sultan sendiri memberikan gelar “Bey”. Selain itu, Sultan Alauddin Kaykubad juga telah memberikan hak otonomi daerah sendiri untuk memerintah kepada Osman Bey di Anatolia setelah kemenangan Osman Bey menaklukan Karacahisar pada tahun 1291.
Kemenangan Osman Bey menakluki Karacahisar pada tahun 1291, Osman Bey memerintahkan Dursun Fekih untuk menyebut nama sultan dalam setiap Khutbah Jumat dan untuk membuktikan kekuasaannya setelah disahkan oleh Sultan Alauddin Kaykubad. Pada tahun 1299, Osman Bey menyerang wilayah Byzantium yaitu Yenişehir dan menjadikan kota tersebut sebagai pusat pemerintahannya.
Pada tahun 1300, Sultan Alauddin Kaykubad memberikan tanda kebesaran Kesultanan kepada Osman Bey untuk mensahkan kemerdekaan wilayah yang diperintahnya. Secara resminya, Kesultanan Turki Utsmaniyyah telah didirikan dan Osman Bey menyandang gelar Sultan. Tidak lama kemudian, Sultan Alauddin Kaykubad mangkat dan secara resminya Kesultanan Seljuk Rum pun dibubarkan.
Sultan Osman merupakan seorang ahli Sufi yang mendapat bimbingan dari Syeikh Edebali. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak tarekat-tarekat berkembang dengan pesat ketika zaman Kesultanan Turki Utsmaniyyah. Menurut cerita yang berkembang, Sultan Osman pernah bermimpi bahwa bulan telah keluar dari dada Syeikh Edebali dan memasuki dadanya lalu dari dadanya tumbuh satu pohon besar yang menaungi 7 pegunungan dan 7 sungai besar di dunia yang membentuk bulan sabit dengan masing-masing daunnya menyerupai mata pedang yang mengarah pada konstantinopel. Dari mimpinya tersebut, Syeikh Edebali mentafsirkan bahwa kelak Sultan Osman dan keturunannya akan dianugerahkan kekuasaan yang akan menaungi umat Islam di seluruh dunia dan akan mewujudkan ucapan raasulullah untuk menaklukan konstantinopel. Syeikh Edebali pun menikahkan puterinya dengan Sultan Osman dan secara tidak langsung keturunan Rasulullah s.a.w telah bersambung dengan Dinasti Osman. Ini disebabkan Syeikh Edebali sendiri berketurunan Ahlul Bayt Rasulullah.
Sultan Osman berhasil menaklukan beberapa wilayah di sekitar tanah Anatolia sehingga mendekati kota Konstantinopel. Kedatangan bangsa turki telah mengancam kedaulatan Kekaisaran Byzantium yang semakin melemah. Kaisar Andronicus II melihat Sultan Osman I sebagai ancaman yang sangat serius yang akan meruntuhkan kedaulatan dari Kekaisarannya. Untuk mempertahankan kedaulatan Byzantium, Kaisar Andronicus II telah membayar tentara Salib dari Sepanyol untuk memerangi ancaman tentara Turki Utsmaniyyah.
Pada tahun 1308, Sultan Osman berhasil menakluki Belokome dan kerajaan kecil di sekitar Sungai Sakarya dan ini memudahkan Sultan Osman untuk menguasai Laut Marmara. Pada tahun 1313, pemerintah Harmankaya, Kose Mikhail Bey tunduk kepada pemerintahan Turki Utsmaniyyah dan beberapa wilayah Makacah, Ahisar, Golpazari telah dimasukkan ke dalam wilayah Kesultanan Turki Utsmaniyyah. Pada tahun-tahun terakhir Sultan Osman, segala usaha dan persiapan ekspansi diserahkan kepada puteranya, Sultan Orhan.
Pada tahun 1324, Sultan Osman wafat ketika melakukan penaklukan ke arah Bursa yang dipimpin oleh Orhan. Sultan Osman dimakamkan di Söğüt kemudian dipindahkan ke Bursa. Tahta Sultan diwariskan kepada Sultan Orhan sebagai penguasa Kesultanan Turki Utsmaniyyah yang kedua.
Rujukan:
- Akgunduz, A., & Ozturk, S. (2011). Ottoman History-Misperceptions and Truths. IUR Press.
- Caroline F.. Finkel. Osman’s Dream: The Story of the Ottoman Empire, 1300-1923. Basic Books, a member of the Perseus books group, 2006.
- Hamka (1981) Sejarah Umat Islam Edisi 2016. PTS Publishing House.
- Masters, B. A. (2010). Encyclopedia of the ottoman empire. Infobase Publishing.