Fatwapedia.com – Ulama dengan segudang talenta ini kerap mencuri perhatian para pendengarnya. Bukan soal fisiknya yang selalu enerjik namun kemampuan dan keluasan ilmunya yang nampak pada setiap untaian kalimatnya.
Kedalaman ilmu beliau bisa dilihat saat menyebutkan sanad hadits beserta rijal rawinya lengkap beserta sejarah tiap rawinya. Mungkin karena hal inilah pengajian beliau di Masjid Sunnah Rabat merupakan pengajian yang paling ramai dihadiri kaum muslimin.
Tak bisa dipungkiri dan memang kalau menghadiri pengajian Al-Muwatha’ yang diajar beliau, semua hadirin menyimak khusyuk sembari mencatat apa yang disampaikan, mulai dari yang tua hingga kaum muda. Semua ruangan majelis dipenuhi jamaah di malam Sabtu dari segala penjuru terkhusus Ibukota Rabat. Seolah tidak ingin meninggalkan momen amat berharga ini.
Mereka datang sore hari, ada yang datang sebelum Maghrib, demi mendapatkan tempat terdepan di depan Syaikh Said Kamali. Mereka rela beriktikaf berlama-lama demi mendengarkan keterangan syarah kitab fenomenal dan terkenal sakral di kalangan Madzhab Maliki, Al-Muwatha’ li Al-Imam Malik.
Mungkin bisa dibilang kitab Al-Muwatha’ Imam Malik ini mempunyai daya tarik bagi masyarakat Maroko yang notabene bermadzhab Maliki. Tapi tak kurang juga keterangan dan syarah dari Syaikh Al-Kamali yang sangat mendalam dan mendetail dalam menjelaskan sebuah hadits; siapa nama sahabat ini, kapan sahabat ini lahir dan meninggal, terus berlanjut ke tabi’in, apa karangannya, apakah dia bisa dipercaya? juga menjadi daya tarik tersendiri untuk selalu dan tetap menghadiri pengajian beliau.
Nama beliau sejak kecil adalah Said bin Muhammad Al-Kamali. Lahir di Rabat Maroko tahun 1392 H/1972 M. Lulus dari Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di daerah Dar-es Salam dan Moulay Yousouf Rabat. Kemudian meneruskan kuliah ke Tanger dengan jurusan “تسيير وإدارة المقاولات السياحية” di Universitas Internasional Tourism sampai mendapatkan ijazah Master.
Belum lagi rasa hausnya akan ilmu, beliau meneruskan Master lagi di Universitas Muhammad 5 dalam jurusan “Studie Islamique”, Rabat dan berhasil dengan predikat Mumtaz dan tesis beliau yang berjudul “الأحكام الشرعية في الأسفار الجوية” dibukukan dan dicetak. Dan sekarang tahap Doktorah Nasional.
Hafal Qur’an Sejak Kecil
Allah menganugerahinya dengan hafal Al-Qur’an sejak kecil. Bahkan sejak umur 6 tahun tiap pekannya beliau sering ke Marakesh (kota wisata di Maroko yang berjarak sekitar 5 jam dari Rabat via Kereta Api) hanya untuk mengaji kepada Muqri’ul Maghrib Syaimh Abdurrahim Naboulsi sampai beliau diijazahi Qiraat ‘Asyrah. Memang bukan hal mudah dalam beristiqamah, tapi inilah kenyataannya, beliau menjadi terkenal dan sangat dikagumi di Negeri seribu benteng ini. Beliau juga banyak hafal kitab matan, baik Nahwu, Sharaf, Balaghah, Fiqh, Hadits, Qiraat, Manthiq dan Sastra Arab.
Semangat Menuntut Ilmu
Semasa mudanya waktu beliau sering dihabiskan untuk mengaji kepada para syaikh Maghribi Al-Arabi. Diantaranya Dr. Farouq Hamadah, Dr. Rougi (Rektor Universitas Qarawiyyin) dan Syaikh Adib Syair Annajar. Tak ketinggalan beliau juga banyak menimba ilmu dari Syaimh Muhammad Amin Bukhubzah, Syaikh Ahmad bin Shiddiq Al-Ghumari sampai diijazahi Kutubus Sittah (kitab-kitab hadits setelah Bukhari-Muslim yang mu’tamad).
Selain di tanah kelahiran Maghribi, beliau juga melakukan rihlah ilmiah ke negara tetangga, Mauritania. Di sana beliau menimba ilmu dan semakin dahaga saja ketika semakin dalam ditimba. Beliau di sana berguru pada Syaikh Salim Oulad Abdul Wadud, Syaikh Ahmad Oulad Almurabith, Syaikh Muhammad Hasan Addudu sampai mendapat sanad Al-Muwatha’ dari riwayat Yahya bin Yahya Al-Laitsi dan Abi Mus’ab Az-Zuhri, Kutubus Sittah, Alfiyah Iraqi, Nadzmul Fasih li Ibn Al-Mourahil, dan banyak lagi beliau mendapatkan sanad-sanad kitab dan sebagian hadits yang termasuk Hadits Musalsal dan lain-lainnya.
Beliau juga banyak menimba ilmu di Mesir, terutama di Masjid Al-Azhar dan mengaji kepada banyak syaimh di sana. Kemudian berlanjut ke tanah Hijaz, Makkah dan Madinah. Di sana beliau bertemu dengan banyak ulama sekaligus mengaji ke mereka. Diantaranya Syaikh Athiyyah bin Salim, Syaikh Abdussalim Alibad, Syaikh Muhammad bin Muhammad As-Sinqithi, dan bahkan berguru kepada ulama panutan Wahabi Syaikh Muhammad bin Shalih bin Utsaimin.
Menguasai Banyak Bahasa Asing
Syaikh terkenal dengan kecerdasannya dan penguasaannya dalam beberapa bahasa. Di antaranya adalah bahasa Arab, inggris, Perancis, Jerman, dll.
Disebutkan bahwa pada suatu ketika syaikh Said Al-Kamali hafidzahullah sedang berceramah di Jerman. Dan beliau merasa kurang puas dengan terjemahan dari translator. Maka pada tahun berikutnya beliau telah menguasai bahasa Jerman dan beliau kembali ke sana untuk mengisi ceramah. Maka beliau mengisi ceramah dengan bahasa Jerman tanpa menggunakan jasa penerjemah. Itu adalah kegigihan beliau dalam belajar.
Dan bahkan, pernah syaikh mengisi menggunakan bahasa asing, dan ternyata translator salah menerjemahkan sebuah kata, maka beliau lah yang mengoreksinya.
Beliau merupakan dosen di Universitas Muhammad 5 Rabat Maroko. Mengajar di jurusan “Studie Islamiques” di bidang Fiqh, Hadits, Sastra Arab, Mawarits, Nahwu dan Ushul Fiqh. (Sumber riwayat dari Ust. Faqih Abdul Aziz).