Fatwapedia.com – Ada sebuah nama Bank yang tersebar hampir di seluruh wilayah Arab Saudi, yakni Al-Rajhi. Bukan sekedar nama sebuah bank yang cabangnya banyak tersebar di pelosok Saudi.
Tetapi nama “Al-Rajhi” telah menjadi legenda sebuah badan usaha yang didirikan keluarga milyader paling terkenal di Arab Saudi, Syaikh Saleh bin Abdulaziz Al-Rajhi (1923-2011 M) bersama saudaranya Sulaiman bin Abdulaziz Al-Rajhi.
Bukan karena kesuksesan bisnisnya yang menggurita di berbagai sektor yang membuatnya terkenal. Tetapi kedermawanan pengusaha pendirinya yang telah memberi banyak manfaat besar di dalam dan luar Saudi.
Sosok perjalanan hidup keluarga Al-Rajhi ini luar biasa menarik untuk diulas, sebagai pelajaran berharga.
Syaikh Saleh Al-Rajhi
Saleh lahir di Al-Bukayriyah dan memulai bisnis pertamanya sebagai pedagang barang bekas, kemudian saat pindah ke Riyadh, membuka usaha penukaran mata uang.
Dia menyelesaikan hafalan Al-Quran di usia 13 tahun dan bermulazamah di majlis ilmu dengan para ulama di masanya, termasuk Samahah al-‘Alamah Syaikh Muhammad bin Ibrahim, rahimahullah.
Di usia yang cukup muda, 16 tahun, Shaleh menikah.
Ayahnya, Syaikh Abdul Aziz Al-Rajhi, lahir di Al-Bukayriyah. Dia menghafal Al-Qur’an ketika dia masih muda dan mengikuti pelajaran dari Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Sulayem.
Pada tahun 1350 H, sang ayah bersama keluarganya merantau ke Riyadh untuk mencari mata pencaharian.
Dikisahkan, bahwa suatu hari sang ayah pergi ke cabang Bank Al-Rajhi di Nasiriyah dan menemukan asbak.
Sang ayah kemudian marah dan memanggil putranya Saleh, menegurnya dengan mengatakan:
لا ينبغي لهم أن يضعوا هذه الأشياء التي تغضب الله, فإن كنت تريد مرضاة الله ثم رضا أبيك، فامنع هذه الأشياء من أماكن عملك
“Mereka seharusnya tidak meletakkan hal-hal seperti ini yang membuat Allah marah. Jika kamu ingin mendapat ridha Allah kemudian ridha ayahmu, maka jangan ada hal-hal seperti ini di tempat kerjamu.”
Setelah kejadian itu, Saleh Al-Rajhi, mengeluarkan keputusan untuk melarang ada hal-hal tersebut di semua cabang bank miliknya.
Adapun ibunya, Aisha binti Sulaiman Al-Rajhi, seorang pedagang jual-beli dengan saudara perempuannya di Al-Bukayriyah.
Dia memiliki hubungan dengan ibu Raja Fahd, Putri Hessa binti Ahmed Al-Sudairy.
Seorang ibu yang salehah, ketika terkena penyakit diabetes, dia menolak tawaran untuk diperiksa Dr. Tabaa, seorang dokter pribadi raja pada saat itu.
Karena baginya, dia adalah orang asing. Sehingga sang dokter hanya meninggalkan obat tanpa bertemu, untuk kesembuhan penyakitnya.
Sosok yang Religius
Kedermawanan keluarga Al-Rajhi, tersebar luas di rakyat Arab Saudi khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Dua dari empat putra Syaikh Abdulaziz Al-Rajhi yang terkenal sebagai pengusaha sukses yang dermawan lagi religius adalah Saleh dan Sulaiman.
Awal kehidupan mereka dimulai sebagai penjual gembok dan kunci rongsokan. Profesi ini dijalani oleh Saleh kecil untuk menghidupi keluarganya dan membayar sewa rumah mereka.
Selain itu, Saleh bersama saudara-saudaranya selalu menanti unta-unta melintas di depan rumah mereka, yang membawa kayu bakar, untuk memungut beberapa kayunya yang jatuh dan ditinggal pemilik unta tersebut.
Maka dia dan saudara-saudaranya mengumpulkannya hingga dihargai seperempat riyal atau setengah riyal. Kadang mereka mengumpulkan hingga cukup banyak, kemudian menjualnya.
Awal Mula Terjun ke Dunia Bisnis
Pada usia 16 tahun, Saleh bergabung dengan kerabat dari ayahnya, Sulaiman bin Abdullah Al-Rajhi dan Abdullah bin Nasser Al-Rajhi yang telah membuka usaha penukaran uang di Riyadh.
Setelah dilatih, Shaleh kemudian mulai membuka lapak jasa penukaran mata uang di depan Masjid Jami di Riyadh.
Setelah berjalan beberapa waktu, Saleh memodali adik kandungnya, Sulaiman, dengan membelikan produk makanan ringan untuk dijual di pasar.
Atas izin dan rezeki dari Allah, perdagangannya berkembang, dari mulai lapak sederhana, berubah menjadi toko pada tahun 1366 H.
Usaha Saleh dan Sulaiman tidak selamanya mulus. Perjalanan perdagangannya sempat mengalami kemunduran beberapa waktu.
Tetapi lantas berkembang, dari jasa penukaran uang, menjadi perbankan dan real estate, hingga ia mendirikan Al-Rajhi Banking Corporation pada tahun 1957 M bersama saudara-saudaranya.
Kemudian menjadi bank syariah pertama dan terbesar di Kerajaan Arab Saudi sekarang, kini dikenal sebagai Bank Al-Rajhi.
Sulaiman fokus mengelola bank, sementara Saleh berkecimpung di dunia real estate dan pertanian, hingga menjadi salah satu yang terbesar di Saudi.
Kisah Pendirian Dana Wakaf Syaikh Saleh Al-Rajhi
Dana Wakaf Sulaiman Al-Rajhi akan membangun masjid Syaikh Saleh Al-Rajhi, rahimahullah, nama saudara kandung Sulaiman Al-Rajhi.
Masjid ini akan dibangun di atas lahan lebih dari 5.300 meter persegi di Distrik Raja Fahd di Jalan Raja Abdullah, Riyadh.
Rencana pembangunan ini, tentunya bukan kali pertamanya. Bagi kalangan pengusaha dan umumnya warga Saudi, “Al-Rajhi” bukan nama yang asing didengar oleh telinga.
Kehidupan Syaikh Saleh bin Abdulaziz Al-Rajhi tidak pernah luput untuk melakukan pekerjaan amal, berkhidmah kepada Islam.
Meskipun disibukkan dengan bisnisnya yang mulai menggurita, Syaikh Saleh yakin bahwa perdagangan terbaik yang tidak akan punah adalah berdagang dengan Allah, Rabb Alamin.
Oleh karenanya, dia membangun masjid, menyebarkan Al-Qur’an dan mendanai pendidikan Al-Quran dengan halaqahnya. Infak dan sedekah yang berkelanjutan mampu menjangkau banyak kaum miskin dan yang membutuhkan.
Sehingga, pada suatu waktu, putranya, Syaikh Abdul Mohsen bin Saleh Al-Rajhi bercerita:
Saya pergi bersama ayah saya dan beberapa temannya ke padang pasir, kami menempati tenda di Raudah Noura, sebelah utara Riyadh.
Pada sore hari, ayah saya duduk di sebelah seseorang dari keluarga ulama (Mutawa’). Mereka berbicara dan bertukar pikiran.
Lalu Mutawa mengambil kerikil di tangannya dan melemparkannya beberapa meter di depannya.
Lalu ayah saya bertanya: “Tahukah Anda kemana kerikil yang Anda lempar?!”
Dia berkata: “Ya, ini dia, dan menunjuk padanya.”
Kemudian Mutawa mengambilnya, kembali ke tempatnya, dan melemparkannya beberapa meter di belakangnya.
Kemudian dia bertanya kepada ayahku: “Tahukah kamu lokasi dari kerikil yang saya lempar tadi?!”
Kemudian ayahku menjawab: “Salah satu kerikil di belakang kita? Dari mana saya tahu?!”
Mutawa itu lantas mengatakan: “Ya ampun Syaikh, perbuatan baik yang kamu lakukan sendiri dan selama hidupmu adalah yang kamu akan lihat esok hari.
Adapun amanat amal baik dan wasiatmu, apakah kamu tahu itu akan dilaksanakan setelah kamu atau tidak? Dan jika itu dilaksanakan, apakah itu dilakukan sesuai dengan harapanmu?”
Dari perbicangan tersebut, muncul gagasan Syaikh Saleh untuk mendirikan lembaga dana abadi. Tujuannya, untuk memperkuat dan melanjutkan kegiatan amal.
Pada 1417 H, Syaikh Saleh bin Abdulaziz Al-Rajhi mendirikan Awqaf Saleh Abdulaziz Al-Rajhi dengan dukungan dana milyaran riyal.
Saat ini nilai wakafnya melebihi 12 miliar riyal, dan ini mungkin menjadikan salah satu lembaga wakaf Islam pribadi terbesar saat ini.
Di antara perkataan indah Saleh bin Abdulaziz Al-Rajhi:
ليس لي رغبة في هذه الدنيا بمظاهرها كلها، وأتمنى أن أحيا حياة بسيطة في بيتي مع أولادي.
Saya tidak memiliki keinginan di dunia ini yang tampak di dalamnya, dan saya berharap untuk menjalani hidup sederhana di rumah saya bersama anak-anak saya.
الموظف الذي يكون سببا في تشغيل غيره خير من الفلاح في مزرعته.
Seorang karyawan yang menjadi penyebab dipekerjakannya orang lain lebih baik dari pada petani di ladangnya.
الخبرة أفضل من التخصص فلا يستفاد من العلم بلا خبرة، أما الخبرة فتكسب بعض العلم، وأفضل الأحوال الجمع بين العلم و الخبرة
Pengalaman lebih baik daripada spesialisasi, ilmu tidak berguna tanpa pengalaman, sedangkan pengalaman diperoleh dari sebagian ilmu, dan keadaan terbaik adalah kombinasi antara ilmu dan pengalaman.
مال ليس في بلدك ، ليس لك ولا لولدك
Harta bukan di negerimu, bukan untukmu dan bukan untuk anakmu
التعليم هو الطريق الصحيح للمرأة، وأبارك انخراطها في العمل، شريطةً الا يكون هناك اختلاط
Pendidikan adalah jalan yang tepat bagi perempuan, dan saya ucapkan semoga barokah atas keterlibatannya dalam pekerjaan, asalkan tidak ada ikhtilath (percampuran pria dan wanita)
والله إني ما أنفقت يوما للزكاة مليونا إلا وعوضني الله سبحانه مليونين
Demi Allah, tidaklah aku infakkan satu hari untuk zakat sebesar 1 juta kecuali Allah Subahanahu ganti untukkku 2 juta.
إن الإسلام هو الطريق الصحيح إلى النجاح في كل أعمالنا، وما يصيب العالم من مشاكل الآن إنما هو لعدم الأخذ بالإسلام كمنهج
Sesungguhnya Islam adalah jalan yang benar menuju sukses dalam semua pekerjaan kita, dan masalah yang melanda dunia sekarang adalah tidak mengadopsi Islam sebagai metode.[]
Sumber: Saudinesia