Fatwapedia.com – Pilat atau Cadel adalah orang yang dalam mengucapkan huruf Ra’ tidak sempurna dan itu bermacam-macam tingkatannya, ada yang ringan dan ada yang fatal, lalu bagaimana hukumnya orang pilat jadi Imam? berikut penjelasannya.
Diantara syarat sah bacaan surah Al-fatihah adalah “Muraatul huruf” yaitu menjaga bacaan huruf-hurufnya, lalu bagaimana cara menjaganya? kita lihat syarat berikutnya yaitu “Adamul lahn alladzi yughayyirul ma’na” yaitu tidak ada kesalahan (Al-Lahn) yang bisa merusak maknanya.
Adapun ta’rif Al-Lahn (pengertian lahn) adalah sebagaimana tertulis dalam kitab “Kasyifatussuja” karya Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani
اللحن عند الفقهاء يشمل تغيير الاعراب وابدال الحرف بآخر
“Al-Lahn menurut Ulama Fiqh mencakup perubahan i’rab dan bergantinya huruf dengan huruf yang lain.”
والمراد بقوله ” المخل بالمعنى” ان ينقل معنى الكلمة الى معنى الاخر كضم تاء انعمت اويصيرها لا معنى لها اصلا كالزين بالزاي
Maksud perkataan mushannif “yang merusak makna” adalah bahwa berpindahnya makna kalimat kepada makna yang lain seperti mendhommahkan huruf Ta pada kalimat انعمت An’amtu atau menjadikannya tidak bermakna sama sekali seperti الزين Al-lazina pakai huruf Zai.
Adapun masalah Al-lahn itu terbagi dua:
Pertama, Kesalahan yang bisa merubah makna atau tidak bermakna sama sekali dan bacaan seperti ini hukumnya tidak shoh dan sholatnya juga tidak sah jika sengaja dan mengetahui hukumnya dan merusak makna.
Berikut contoh bacaan fatihah yang salah (Lahn) dan merusak maknanya.
1. Dhammah huruf Ta pada kalimat انعمت dibaca “An’amtu“
2. atau kasrah “An’amti“
3. Al-lazina الزين pakai huruf Zai
4. Al-ladina الدين pakai huruf Dal
5. Al-Hamdu الهمد pakai huruf HA besar
6. Walazhzhallin ولا الظالين pakai huruf Zho
7. Al-Mustaim المستئيم pakai huruf hamzah
8. Ahdana اهدنا fathah huruf hamzahnya.
Kedua, Kesalahan baca yang tidak merusak makna dan ini hukumnya sah secara mutlak sengaja atau tidak sengaja tetapi berdosa jika sengaja dan tahu hukumnya.
Berikut contohnya:
1. Al-Hamdu lillahu الحمد لله dengan dhammah
2. Na’badu نعبد dengan fathah huruf Dal
3. Na’bidu نعبد dengan kasrah huruf Ba
4. Ash-shurotha الصراط dengan dhummah huruf shod
5. Uhdina اهدنا dengan dhammah huruf hamzah.
6. Al-Hamda الحمد. Dengan fathah huruf Dal
7. Al-Hamdi الحمد dengan kasrah huruf Dal.
Selain masalah Al-Lahn juga ada pembahasan tentang “Ummi” dan pembagiannya lalu apa difinisi “Ummi“?
( بامي وهو) في اصطلاح الفقهاء من يخل بحرف او تشديدة من الفاتحة اما باسقاط الحرف.. واما بابداله
“Ummi pada istilah Ulama Fiqh adalah orang yang cacat satu huruf atau tasydid daripada surah Al-Fatihah adakalanya dengan menghilangkan satu huruf atau dgn menggatinya (Kitab Qutul Habib Algharib li syekh muhammad Nawawi Albantai)
Adapun turunannya sebagai berikut:
1. Al-Aratt الارت yaitu orang yang mengidghomkan pada tempat yang tidak semestinya idghom misalnya المتقيم Al-Muttaqim huruf Sin masuk kepada huruf Ta maka hilanglah huruf Sin
2. Al-Tsagh الثغ yaitu orang yang merubah huruf dengn huruf yang lain misalnya الهمد Al-Hamdu, adalagi yang disebut Ta’ta dan Fa’Fa tapi saya akan fokuskan pada masalah Al-Tsagh ini.
Al-Tsagh sebagaimana Al-Lahn juga terbagi dua ada yang sedikit/ringan لثغة يسيرة dan ada yang berat/haqiqi لثغة حيقيقية
didalam kitab ” Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-kubra” disebutkan
وان كان لثغة فان كانت يسيرة بحيث يخرج الحرف صافيا وانما فيه شوب اشتباه بغيره فهذا ايضا تصح صلاته وامامته وتكمل الجمعة به ولا يلزمه التعلم
Dan jika si imamnya Al-Tsagh maka jika Al-tsaghnya (pilatnya) sedikit yang mana harusnya keluar huruf itu bersih hanya saja padanya ada kesamaran (bakelere) dengan yang lain maka ini juga hukumnya Sah sholatnya dan sah dijadikan Imam dan bisa menyempurnakan jumat dengannya dan dia tidak wajib belajar (untuk ke-pilatannya yang sedikit itu)
وان كانت لثغة حقيقية بان كان بيدل الحرف بغيره فتصح صلاته لا القدوة به الا لمن مثله
Dan jika Al-tsagh-nya itu Haqiqi/parah dengan gambarannya bahwa dia mengganti huruf dengan huruf yang lain maka sah sholatnya tapi tidak shoh mengikutinya kecuali bagi orang yang serupa dengannya,.
Didalam kitab Tuhfatul Muhtaj juz 2 disebutkan
لا تضر لثغة يسيرة بان لم تمنع اصل مخرجه وان كان غير صاف
Tidak mengapa pilat sedikit denga gambaran bahwa pilatnya itu tidak menghalagi asal makhrajnya sekalipun tidak bersih (bakalere)
Didalam kitab Asnal Mathalib fi syarhi Raudh Ath-thalib disebutkan
ولو كانت لثغته يسيرة بان يأتي بالحرف غير صاف لم يؤثر
Seandainya pilatnya sedikit dengan gambaran bahwa dia mengucapkan hurufnya tidak bersih niscaya tidak mempengaruhi keshohan sholatnya
Didalam kitab Ianatuth-thalibin juz 2
والمراد بعجزه عن اخراجه من مخرجه ان لا يستطيع النطق من مخرجه مع اتيانه ببدله في محله
Dan yang dimaksud dengan tidak mampu daripada mengeluarkan huruf dari tempat keluarnya bahwa dia tidak mampu menuturkan huruf dari tempat keluarnya SERTA mendatangkan gantiannya pada tempatnya.
Dalam kitab Mughnil Muhtaj
ومنه (الثغ) وهو بمثلثة : من يبدل حرفا بحرف كان يأتي بالمثلثة موضع السين او بالغين موضع الراء فيقول ” المشتقيم” وغيغ المغضوب”
Dan termasuk Ummi yang tidak sah dijadikan Imam adalah Al-Tsagh / Pilat yaitu orang yang mengganti huruf dengan huruf yang lain seperti membaca SYIN pada tempat Sin atau membaca Ghain pada tempat Ro lalu dia baca Al-Musytaqim dan Gaighil maghdhu.
Dalam kitab Hasyiatul Jamal
لو سهل همزة “انعمت” اثم ولا تبطل صلاته بها لانه تغيير صفة بخلاف ما لو اسقطها من انعمت فانما تبطل لانه اسقاط حرف
Seandainya seseorang men-Tashil hamzah pada bacaan án’amtu niscaya dia berdosa dan tidak batal sholatnya dgn bacaan itu karena itu hanya merubah sifat huruf beda kalo menghilangkannya maka batal sholatnya.
Kesimpulannya
Orang pilat Sah sholatnya sah dijadikan Imam dengan catatan pilatnya tidak sampai merubah menjadi huruf yang lain misalnya huruf Ro’ berubah menjadi Gha atau menjadi La “Bismillahillahmanillahim atau aggahmaniggahim” nah kalo seperti ini baru bisa dikatakan tidak sah dijadikan Imam artinya yang ngikuti dia batal sedangkan orang yang pilat itu tidak batal, termasuk juga masalah sifat huruf juga tidak mempengaruhi keshohan sholat.
Dan terakhir sebagai penutup agar di masyarakat tidak terjadi polemik atau kekisruhan gara-gara salah bacaan fatihah silakan baca kembali tulisan saya dari awal sampai habis dan bagi ahli tajwid anda hanya berwenang mengatakan bacaan seseorang itu benar atau salah tapi tidak berwenang mengatakan sah atau batal dengan bacaan tersebut karena itu domainnya ahli fiqh. Semoga bermanfaat.
Oleh: Muddasir Rahman