Fikroh.com – Dalam beragama, hendaknya kita mengikuti Jumhur (mayoritas) ulama yang telah masyhur dan mu’tabar (diakui) akan keilmuan dan amanahnya dari masa ke masa selama berabad-abad, serta berusaha berkesesuaian dengan mayoritas umat Islam yang ada di dunia yang telah mengikuti mereka (jumhur ulama). Walaupun “mayoritas” tidak dijamin pasti benar, namun potensi kesesuaian mereka kepada kebenaran lebih besar dibandingkan minoritas. Walaupun “mayoritas” berpotensi salah, namun peluangnya amat sangat kecil. Bahkan hampir-hampir sulit untuk ditemukan celah kesalahan mereka. Jangan suka ‘nyleneh’, dengan tampil beda karena merasa memiliki metode dan pemahaman sendiri yang ‘baru’ yang menyelisihi jumhur (mayoritas) ulama. Karena perasaan itu, sangat besar kemungkinan keliru.
Telah diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik –radhiallahu anhu – , Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ أُمَّتِي لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat di atas kesesatan. Maka apabila kalian melihat perselisihan, wajib atas kalian mengikuti golongan yang paling banyak (mayoritas).” (HR. Ibnu Majah : 3950).
Menurut keterangan para ulama, “as-sawad al-a’dzam” di dalam hadis di atas adalah kelompok yang sangat banyak. Menurut keterangan yang lain, mereka itu kelompok yang paling banyak yang bersepakat di atas metode yang lurus. Kesepakatan mereka dalam metode dan pemahanan walaupun tidak sampai derajat ijmak (konsensus), namun paling dekat kepada ijmak dibandingkan minoritas. Makanya, dalam hadis di atas Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk mengikuti mereka.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H) – rahimahullah – menyatakan :
فَهَذَا الحَدِيث معيار عَظِيم لأهل السّنة وَالْجَمَاعَة شكر الله سَعْيهمْ فانهم هم السوَاد الْأَعْظَم وَذَلِكَ لَا يحْتَاج الى برهَان فَإنَّك لَو نظرت الى أهل الْأَهْوَاء بأجمعهم مَعَ انهم اثْنَان وَسَبْعُونَ فرقة لَا يبلغ عَددهمْ عشر أهل السّنة
“Maka hadis ini, menjadi standard/kriteria yang sangat agung bagi Ahlus Sunah wal Jama’ah – semoga Allah memberi pahala yang besar atas usaha mereka -. Sesungguhnya mereka adalah kelompok yang paling besar/banyak. Dan hal itu tidak membutuhkan bukti lagi. Maka jika engkau memperhatikan kepada semua ahli ahwa (para pengikut hawa nafsu) bersamaan mereka terdiri dari tujuh puluh dua kelompok/aliran, jumlah mereka tidak mencapai sepersepuluhnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah.” (Al-Misbah, hlm. 283).
Dengan demikian, sungguh aneh jika ada “segelintir” orang yang punya pemikiran, bahwa hanya kelompok merekalah yang benar, sedangkan seluruh umat muslim di dunia yang tidak bergabung dengan mereka dianggat sesat. Hanya ulama merekalah yang benar, sedangkan seluruh ulama yang jumlahnya ribuan yang hidup dari masa ke masa selama berabad-abad semuanya dianggap sesat. Ini pemikiran yang aneh serta tidak benar karena menyelisihi dalil dan realita.
Semoga tulisan singkat dan sederhana ini bermanfaat untuk kita sekalian. Dan semoga Allah Ta’ala senantiasa membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus. Amin. Wallahu a’lam bish shawab.
Oleh : Abdullah Al-Jirani