Fatwapedia.com – Apa hukum orang gila menikah? Bolehkah menikahkan orang gila dengan orang yang waras?
السؤال: ما حكم زواج المجنون؟
Pertanyaan: Apa hukum menikahnya orang gila?
الجواب: الحمد لله، والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله العقل من أعظم نعم الله علينا، فهو مناط التكليف، وهبه الله سبحانه وتعالى للإنسان ليميز الخبيث من الطيب،
Jawaban: Akal adalah nikmat Allah terbesar yang Allah berikan kepada kita, Akal merupakan sumber dibebankan syariat, Allah memberikan akal kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.
قال الله تعالى: (إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ) البقرة/164،
Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (2: 164)
وجعل الشرع الشريف لمن فقد العقل أحكاماً خاصة يسير عليها، وتنتظم بها حياته.
Dan syariat yang mulia menetapkan hukum (aturan) bagi orang yang kehilangan akal secara khusus berjalan diatasnya dan dengannya mengatur kehidupannya.
والحكم الشرعي لزواج المجنون فيه تفصيل:
فإن كان المجنون البالغ يفيق أحياناً تنتظر إفاقته، ولا ينعقد تزويجه بغير إذنه.
Dan hukum syariat untuk masalah menikahnya orang gila terdapat perincian, jika orang gila tersebut telah baligh yang kadang-kadang sadar maka ditunggu hingga sadar, tidak boleh dinikahkan tanpa seizinnya.
وإن كان جنونه مطبقا،ً جاز لوليه تزويجه إن احتاج لذلك؛ رفعاً للضرر المتوقع بعدم التزويج، وجلباً للمصلحة المترتبة عليه.
Adapun jika gila permanen, maka boleh bagi walinya menikahkan jika hal itu dibutuhkan, untuk menghilangkan bahaya yang ditimbulkan jika tidak dinikahkan, serta untuk mendatangkan kebaikan dengan itu.
قال الخطيب الشربيني رحمه الله: “حيث رأى الولي المصلحة في تزويج المجنون، ينبغي جوازه لحصول المصلحة بذلك له” [مغني المحتاج] (4/ 280) بتصرف يسير.
Berkata Al-Khatib Asy-syirbaini, Sekiranya wali nikah melihat adanya kebaikan dengan menikahkan orang gila, maka semestinya boleh menikahkannya untuk mendatangkan kebaikan dengan itu. (mughni muhtaj 4/280)
وعليه؛ يجوز تزويج المجنون بإذن القاضي إذا ثبت بتقرير طبي رسمي أن في زواجه مصلحة له.
Bagi walinya boleh menikahkannya dengan seizin hakim, jika telah jelas menurut keputusan dokter yang resmi bahwa dengan menikah akan bermanfaat baginya.
جاء في “قانون الأحوال الشخصية الأردني” في المادة (12) ما نصه: “للقاضي أن يأذن بزواج من به جنون أو عته أو إعاقة عقلية إذا ثبت بتقرير طبي رسمي أن في زواجه مصلحة له،
Telah terbit dalam fatwa Undang-undang Status Pribadi Negara Yordania dengan tema yang ditulis: Bagi hakim hendaknya memberi izin nikah untuk orang gila, idiot atau keterbelakangan mental jika menurut keputusan dokter yang resmi menunjukkan adanya maslahat baginya.
وأن ما به غير قابل للانتقال إلى نسله، وأنه لا يشكل خطورة على الطرف الآخر، وبعد اطلاعه على حالته تفصيلا، والتحقق من رضاه”. والله تعالى أعلم.
Dan bahwa dengan menikah itu tidak berpotensi mewariskan kegilaannya pada anak keturunannya, serta tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain, setelah melakukan pemeriksaan terhadap kondisinya secara detail dan memastikan kesediaannya. Wallahu a’lam.