Fatwapedia.com – Salah satu momen indah di bulan ramadhan adalah saat waktu sahur tiba. Suasana kebersamaan makan bersama dengan keluarga sangat terasa. Namun bukan hanya itu ternyata waktu sahur bisa menjadi waktu istimewa bertabur pahala. Bagaimana cara meraih keberkahan saat sahur? Berikut ini adab, tata cara dan ketentuan hukum sahur yang jika kita terapkan akan bernilai pahala besar.
Pertama: Makna Makan Sahur
Makan sahur artinya,
كل طعامٍ أو شرابٍ يَتَغَذَّى به آخر الليل في السحر من أراد الصيام
“Setiap makanan dan minuman yang dimakan oleh orang yang hendak berpuasa di akhir malam, di waktu sahur.” [Ash-Shiyaamu fil Islam, hal. 247]
Kedua: Hukum Makan Sahur
Ulama seluruhnya sepakat bahwa makan sahur hukumnya sunnah, sebagaimana yang dinukil oleh Ibnul Mundzir rahimahullah.[ Lihat Fathul Baari, 4/139] Karena itu, makan sahur tidak mempengaruhi sah atau tidaknya puasa, andaikan seseorang berpuasa tanpa makan sahur maka puasanya sah, bahkan tetap wajib baginya untuk berpuasa Ramadhan walau tidak sempat makan sahur. Dan tidak ada dosa baginya apabila tidak makan sahur dengan sengaja, namun ia tidak mendapatkan keutamaan dan keberkahan sahur yang melimpah.
Ketiga: Waktu Makan Sahur
Waktu sahur adalah sepertiga malam yang terakhir sampai terbit fajar. [Lihat Lisaanul Arab, 4/350, sebagaimana dalam Ash-Shiyaamu fil Islam, hal. 247] Disebut makan sahur karena dilakukan di waktu sahur, dan yang lebih afdhal dilakukan di akhir waktu sahur(10-15menit sebelum subuh). Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
بكِّروا بالإفطارِ، وأخِّروا السحورَ
“Segerakanlah berbuka dan akhirkanlah sahur.” [HR. Ibnu Adi dan Ad-Dailami dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 1773]
Tabi’in yang Mulia ‘Amr bin Maimun rahimahullah berkata,
كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَعْجَلَ النَّاسِ إِفْطَارًا وَأَبْطَأَهَمْ سُحُورًا
“Dahulu para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam paling cepat berbuka dan paling lambat makan sahur.” [Diriwayatkan Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro: 8127]
Keempat: Akhir Waktu Sahur
Akhir waktu sahur adalah mendekati waktu Shubuh seukuran membaca 50 ayat, dan itulah waktu terbaik untuk makan sahur. Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu’anhu, beliau berkata,
تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
“Kami makan sahur bersama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, kemudian beliau bangkit untuk sholat Shubuh.” Aku (Anas bin Malik) berkata: Berapa jarak antara adzan dan sahur? Beliau (Zaid bin Tsabit) berkata: “Seukuran membaca 50 ayat.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً أَيْ مُتَوَسِّطَةً لَا طَوِيلَةً وَلَا قَصِيرَةً لَا سَرِيعَةً وَلَا بَطِيئَةً
“Seukuran 50 ayat adalah yang pertengahan, tidak panjang dan tidak pendek, tidak dibaca cepat dan tidak pula lambat.” [Fathul Baari, 4/138]
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
خمسون آية: من عشر دقائق إلى ربع الساعة إذا قرأ الإنسان قراءة مرتلة أو دون ذلك وهذا يدل على أن الرسول صلى الله عليه وسلم يؤخر السحور تأخيرا بالغا وعلى أنه يقدم صلاة الفجر ولا يتأخر
“Seukuran membaca 50 ayat adalah sekitar 10 sampai 15 menit, apabila seseorang membaca dengan perlahan-lahan atau sedikit lambat. Dan ini menunjukkan bahwa Rasul shallallahu’alaihi wa sallam benar-benar mengakhirkan waktu makan sahur dan bahwa beliau bersegera untuk sholat Shubuh dan tidak terlambat.” [Syarhu Riyadhis Shaalihin, 5/285]
Hadits yang mulia ini juga menunjukkan bahwa selesainya makan sahur sebelum terbit fajar. Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata,
فِيهِ دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ الْفَرَاغَ مِنَ السُّحُورِ كَانَ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ
“Dalam hadits ini ada petunjuk bahwa selesai makan sahur sebelum terbit fajar.” [Fathul Baari, 4/138-139]
Bahkan adzan yang dimaksud dalam hadits yang mulia ini adalah iqomah, sebagaimana ditegaskan dalam lafaz yang lain, dari Anas bin Malik, dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu’anhuma, beliau berkata,
تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ: كَمْ كَانَ قَدْرُ مَا بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: خَمْسِينَ آيَةً
“Kami makan sahur bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, kemudian kami bangkit menuju sholat. Aku (Anas) berkata: Berapa ukuran antara selesainya makan sahur dan sholat? Beliau (Zaid) berkata: Seukuran membaca 50 ayat.” [HR. Muslim]
Dan kata adzan sering kali digunakan untuk makna iqomah, diantaranya dalam sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ، قَالَهَا ثَلَاثًا، قَالَ فِي الثَّالِثَةِ: ِمَنْ شَاءَ
“Diantara setiap dua adzan ada sholat. Beliau mengatakannya tiga kali, dan beliau berkata pada yang ketiga: Bagi siapa yang mau melakukannya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mughoffal radhiyallahu’anhu]
Kelima: Permasalahan Waktu Imsak
Kapan mulai imsak (menahan diri, tidak boleh lagi makan dan minum serta melakukan seluruh pembatal puasa)? Hadits yang mulia di atas menunjukkan bahwa waktu selesainya makan sahur Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sholat Shubuh adalah seukuran membaca 50 ayat, akan tetapi itu tidak bermakna puasa telah dimulai dan tidak boleh makan dan minum lagi, karena mulainya puasa adalah setelah terbitnya fajar (masuk waktu Shubuh), sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” [Al-Baqoroh: 187]
Fajar yang dimaksud adalah fajar yang kedua atau fajar shodiq, yaitu garis putih atau cahaya putih yang membentang secara horizontal di ufuk, dari Utara ke Selatan. [Dalam istilah Astronomi disebut: “Zodiacal light”] Apabila fajar tersebut telah muncul, maka masuklah waktu Shubuh dan itulah awal waktu puasa, tidak boleh lagi makan dan minum atau melakukan satu pembatal puasa.
Sedang fajar yang pertama atau fajar kadzib adalah garis putih atau cahaya putih yang memanjang secara vertikal, [Dalam istilah Astronomi disebut: “Twilight”] tidak membentang. [Lihat Ash-Shiyaamu fil Islam, hal. 248-252]
Adapun penetapan waktu imsak sebelum terbit fajar maka termasuk mengada-ada dalam agama, tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. [Lihat Fathul Baari, 4/199]
Keenam: Anjuran Makan Sahur Bersama
Dalam hadits yang mulia di atas juga terdapat anjuran makan sahur bersama-sama sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat Zaid bin Tsabit radhiyallahu’anhu. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
وَفِيهِ الِاجْتِمَاعُ عَلَى السُّحُورِ
“Dalam hadits ini ada anjuran bersama-sama makan sahur.” [Fathul Baari, 4/138]
Ketujuh: Adakah Menu Makan Sahur yang Dianjurkan?
Tidak ada jenis makanan yang diharuskan untuk makan sahur, namun dianjurkan makan kurma, dan dibolehkan memakan apa saja yang halal walau hanya seteguk air. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَ سَحُورُ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ
“Sebaik-baik makanan sahur seorang mukmin adalah kurma.” [HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah radhiyallaahu’ahu, Ash-Shahihah: 562]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
تَسَحَّرُوا وَلَوْ بِجَرْعَةٍ مِنْ مَاء
“Makan sahurlah kalian walau hanya dengan seteguk air.” [HR. Ibnu Hibban dari Ibnu ‘Amr radhiyallaahu’anhuma, Shahihut Targhib: 1071]
Kedelapan: Apa Saja Keberkahan Makan Sahur?
Keberkahan maknanya adalah kebaikan yang melimpah dan terus-menerus ada, dan sungguh keberkahan makan sahur sangat banyak. Rasulullah shallallahu’laihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَة
“Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam makan sahur itu ada keberkahan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu]
Diantara keberkahan makan sahur: [Lihat Syarhu Riyadhis Shaalihin, 5/284-285]
1) Bernilai Ibadah kepada Allah ta’ala.
2) Menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
3) Lebih menguatkan orang yang berpuasa untuk dapat berpuasa sampai terbenam matahari dan tetap melakukan ibadah-ibadah yang lain.
4) Memudahkan sholat shubuh berjama’ah, karena itulah disunnahkan makan sahur mendekati waktu Shubuh.
5) Menyelisihi puasa Yahudi dan Nasrani. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Pembeda antara puasa kita dan puasa ahlul kitab adalah makan sahur.” [HR. Muslim dari ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallaahu ’anhuma]
6) Memanfaatkan waktu terbaik untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah di waktu sahur, karena sepertiga malam yang terakhir adalah waktu terbaik untuk berdoa, [Lihat Fathul Baari. 4/140] dan makan sahur itu sendiri adalah doa ibadah, karena doa terbagi dua: Doa ibadah dan doa permohonan. [Sebagaimana telah kami terangkan secara ringkas dalam buku Tauhid, Pilar Utama Membangun Negeri]
Maka merugilah orang yang menghabiskan waktu sahur untuk bermain-main atau menonton acara-acara hiburan/Lawak di TV yang pada umumnya mengandung maksiat kepada Allah jalla wa ‘ala.
7) Mendapatkan sholawat Allah ta’ala dan malaikat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ، فَلَا تَدَعُوهُ، وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ
“Sahur adalah makan yang penuh berkah, maka janganlah kalian tinggalkan walau seorang dari kalian hanya meminum seteguk air, karena sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla dan para malaikat-Nya bersholawat untuk orang-orang yang makan sahur.” [HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu, Shahihul Jaami’: 3683]
Sholawat Allah ta’ala atas mereka maknanya mencakup pemaafan-Nya, rahmat-Nya dan ampunan-Nya dicurahkan untuk mereka. Adapun sholawat malaikat atas mereka adalah mendoakan dan memohonkan ampun kepada Allah ta’ala untuk mereka.
8) Mendapatkan pahala ibadah makan sahur karena meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. [Lihat Fathul Baari, 4/140.]
9) Menambah semangat dan menghilangkan kemalasan yang disebabkan oleh rasa lapar.[Lihat Fathul Baari, 4/140.]
10) Menjadi sebab bersedekah kepada orang yang membutuhkan makan sahur dan atau makan bersamanya. [Lihat Fathul Baari, 4/140.]
Kesembilan: Pentingnya Amalan Batin Saat Makan Sahur
Hendaklah orang yang makan sahur memilik amalan batin, tidak sekedar makan biasa. Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
إنه ينبغي للإنسان حين تسحره أن يستحضر أنه يتسحر امتثالا لأمر الله ورسوله ويتسحر مخالفة لأهل الكتاب وكرها لما كانوا عليه ويتسحر رجاء البركة في هذا السحور ويتسحر استعانة به على طاعة الله حتى يكون هذا السحور الذي يأكله خيرا وبركة وطاعة والله الموفق
“Sungguh sepatutnya bagi seseorang, ketika makan sahur hendaklah menghadirkan dalam hatinya bahwa ia melakukannya dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan demi menyelisihi ahlul kitab (yahudi dan nasrani) serta membenci perbuatan mereka yang tidak mau makan sahur. Dan hendaklah ia makan sahur dalam rangka mengharap keberkahan dari Allah dan menguatkannya untuk taat kepada Allah, sehingga dengan niat-niat tersebut, makan sahurnya bernilai kebaikan, keberkahan dan ketaatan kepada Allah. Wallaahul Muwaafiq.” [Syarhu Riyadhis Shaalihin, 5/285]
Kesepuluh: Apabila Mendengar Adzan Shubuh Saat Makan Sahur
Apa yang harus dilakukan oleh orang yang sedang makan sahur dan mendengar adzan Shubuh? Apabila ia yakin bahwa waktu sholat Shubuh telah masuk, yaitu mu’adzin tidak salah waktu maka wajib baginya untuk segera menghentikan makan sahurnya saat itu juga. Namun apabila ia masih ragu maka boleh baginya meneruskan makannya sampai ia yakin bahwa waktu Shubuh telah masuk, karena pada asalnya adalah tetapnya malam. [Lihat Taudhihul Ahkam, 3/472 dan Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 10/284, no. 6468]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Demikian artikel tentang hukum sahur, waktu, adab dan tata cara sahur sesuai sunnah. Semoga Allah mudahkan kita dalam menjalankan ibadah puasa sesuai sunnah serta melimpahkan berkah dari amal ibadah kita. Aamiin
Oleh: Ust. Sofyan Chalid Ruray