Fatwapedia.com – Beberapa hari yang lalu warganet dihebohkan dengan sebuah ungguhan video di Instagram yang memperlihatkan sekelompok orang sedang melakukan semacam ritual di sebuah masjid di Gegerkalong Bandung Jawa Barat. Setelah diinvestigasi terungkaplah bahwa mereka adalah penganut aliran sesat Syi’ah.
Dari hasil laporan beberapa media, mengungkap beberapa fakta yang sebenarnya. Diantaranya:
Diketahui bahwa ritual tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh aktivitas kebudayaan Kabuyutan Gegerkalong. Namun dibalik ritual itu rupanya sekelompok orang dari aliran Syi’ah ikut serta merayakannya.
Menurut kapolsek setempat diantara peserta itu merupakan orang-orang dari aliran Syiah. Fakta ini telah diklarifikasi langsung perihal kegiatan tersebut ke Kantor Polsek Sukasari pada Senin (31/7/2023) pagi.
Lantas bagaimana mengenali kekesatan sebuah aliran dalam islam? Berikut ini 10 kriteria sebuah aliran keagamaan dinilai sesat menurut MUI.
Kriteria Aliran Sesat Menurut MUI
Sekretaris Umum MUI, Ichwan Syam, menegaskan bahwa ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi aliran sesat dalam Islam:
1. Menolak salah satu dari enam rukun iman.
2. Mempercayai dan mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan ajaran Alquran dan sunnah.
3. Mempercayai adanya wahyu baru setelah Alquran.
4. Meragukan keotentikan dan kebenaran isi Alquran.
5. Menafsirkan Alquran tanpa mengikuti kaidah-kaidah tafsir yang benar.
6. Menolak kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Menghina, melecehkan, atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Menolak Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.
9. Mengubah, menambahkan, atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti tidak menghadap Baitullah saat haji atau mengurangi waktu salat wajib menjadi tidak lima kali sehari.
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa alasan syar’i, seperti menganggap muslim lain sebagai kafir hanya karena berbeda kelompok.
Meskipun sebagian indikator telah dipenuhi, MUI menekankan bahwa sebelum mengeluarkan fatwa tentang suatu kelompok sebagai sesat, diperlukan waktu a di. dan pengkajian mendalam. Penilaian ini tidak dapat dilakukan secara langsung tanpa proses yang teliti dan cermat.
Apa Saja Bukti Kesesatan Aliran Syi’ah?
Syi’ah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan. Sedangkan dalam istilah Syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu yang dikomandoi oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi dari Yaman. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, lalu Abdullah bin Saba’ mengintrodusir ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamirkan bahwa kepemimpinan (baca: imamah) sesudah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu karena suatu nash (teks) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut.
Keyakinan itu berkembang sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil tindakan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian mereka melarikan diri ke Madain.
Aliran Syi’ah pada abad ke-satu hijriyah belum merupakan aliran yang solid sebagai trend yang mempunyai berbagai macam keyakinan seperti yang berkembang pada abad ke-2 Hijriyah dan abad-abad berikutnya.
Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah pada Periode Pertama:
1. Keyakinan bahwa imam sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
2. Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa).
3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lain-lain.
4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu karena keyakinan tersebut.
6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
7. Keyakinan mencaci maki para Sahabat atau sebagian Sahabat seperti Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.(lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql hal. 237).
8. Pada abad ke-2 Hijriyah, perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaini dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.
Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum:
1. Pada Rukun Iman:
Syi’ah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Kitab Allah, Rasul dan Qadha dan Qadar, yaitu:
1) Tauhid (keesaan Allah),
2) Al-’Adl (keadilan Allah)
3) Nubuwwah (kenabian),
4) Imamah (kepemimpinan Imam),
5) Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan).
(Lihat ‘Aqa’idul Imamiyah oleh Muhammad Ridha Mudhoffar dll).
2. Pada Rukum Islam :
Syi’ah tidak mencantumkan Syahadatain dalam rukun Islam, yaitu:
1.Shalat,
2.Zakat,
3.Puasa,
4.Haji,
5.Wilayah (perwalian) (lihat Al-Kafie juz II hal 18)
3. Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an sekarang ini telah dirubah,ditambahi atau dikurangi dari yang seharusnya, seperti:
﴿ وَ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنا عَلى عَبْدِنا فِي عَلِيٍّ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ ﴾ (الكافي ج 1 ص 417.)
“wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina FII ‘ALIYYIN fa`tu bi shuratim mim mits lih ” (Al-Kafie, Kitabul Hujjah: I/417)
Ada tambahan “fii ‘Aliyyin” dari teks asli Al-Qur’an yang berbunyi:
قال الله تعالى: ﴿ وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ﴾ [البقرة/23]
“wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina fa`tu bi shuratim mim mits lih” (Al-Baqarah:23)
Karena itu mereka meyakini bahwa: Abu Abdillah a.s (imam Syi’ah) berkata: “Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril a.s. kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 17.000 ayat (Al-Kafi fil Ushul Juz II hal.634). Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat kitab Syi’ah Al-Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fashlul Khithab karangan An-Nuri Ath-Thibrisy).
4- Syi’ah meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal.245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244).
5- Syi’ah menggunakan senjata “taqiyyah” yaitu berbohong, dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk mengelabui (Al Kafi fil Ushul Juz II hal.217).
6- Syi’ah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
7- Syi’ah percaya kepada Al-Bada’, yakni tampak bagi Allah dalam hal keimaman Ismail (yang telah dinobatkan keimamannya oleh ayahnya, Ja’far As-Shadiq, tetapi kemudian meninggal disaat ayahnya masih hidup) yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah boleh khilaf, tetapi Imam mereka tetap maksum (terjaga).
8- Syi’ah membolehkan “nikah mut’ah”, yaitu nikah kontrak dengan jangka waktu tertentu (lihat Tafsir Minhajus Shadiqin Juz II hal.493). Padahal hal itu telah diharamkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri.
Demikian fakta tentang aliran sesat Syi’ah yang turut serta merayakan ritual di salah satu masjid di Gegerkalong Bandung beberapa waktu yang lalu. Semoga kita semakin waspada terhadap pengaruh dari aliran sesat Syi’ah ini yang gencar dalam menyebarkan kesesatannya kepada kaum muslimin di Indonesia.