Fatwapedia.com – Salah satu kisah terkenal dalam Al Qur’an tentang orang orang terdahulu adalah kisah Ashabul Kahfi, yaitu kisah tujuh pemuda yang mempertahankan keimanan mereka saat raja zalim menyuruh rakyatnya untuk menyembah berhala. Menurut Ibnu Ishaq, Kaum Quraisy meminta saran kepada para rabi Yahudi di Yatsrib untuk menguji Rasulullah ﷺ. Para rabi tersebut meminta mereka bertanya kepada beliau ﷺ agar menuturkan kisah tentang beberapa orang pemuda yang pergi meninggalkan kaumnya di masa silam, lelaki yang melanglang buana sampai ke belahan timur dan barat. Maka Allah ﷻ menurunkan surat Al-Kahfi yang di dalamnya terdapat kisah Ashabul Kahfi.
أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا ﴿٩﴾ إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا ﴿١٠﴾ ( الكهف: ٩-١٠ ﴾
“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini) “. (QS. Al Kahfi : 9 – 10)”
Ketika ajaran Nabi Isa Alaihissalam mulai dianut berbagai kalangan di negeri Romawi, kaisar Romawi merasa khawatir gerakan religius tersebut dapat mengguncang Kekuasaannya sehingga Kaisar mewacanakan penghapusan agama ini. Dalam sejarah, penindasan dimulai ketika Kaisar Nero berkuasa. Di zamannya banyak sekali penganut Kristen dibunuh secara sadis di muka umum. Para sejarawan memperkirakan peristiwa Ashabul Kahfi terjadi pada masa Kaisar Decius (249 M-251 M) Ada juga yang berpendapat peristiwa ini terjadi saat pemerintahan Diocletianus (284 M-305 M) yang disebut Diqyanus oleh Mufassirin. Kedua kaisar ini memang melakukan persekusi teragenda terhadap komunitas Kristen saat itu.
Dikisahkan menurut para Mufassir, saat Decius menjadi kaisar Romawi, ada tujuh orang pemuda Yunani di Ufsus atau Efesus menjabat sebagai perwira kerajaan di sana yang memeluk agama Nabi Isa Alaihissalam. Mereka adalah Maximilianos, Tamlikha, Martinos, Nainus, Sarayulus, Dzutuwanus, dan Falyastathwanus. Saat Decius melakukan kunjungan ke Efessus dan memerintahkan masyarakat di sana memberikan persembahan kepada berhala, ketujuh perwira muda itu menolaknya.
Mendengar para perwiranya menolak Paganisme, Decius memanggil mereka untuk menghadap, segala atribut kenegaraan mereka dilucuti. Decius memerintahkan Ketujuh pemuda ini dipaksa untuk meninggalkan agama mereka dan beralih menyembah berhala lalu jabatan mereka akan dikembalikan lagi atau dihukum mati dengan cara yang kejam. Namun mereka tetap mempertahankan iman mereka, dan sang raja pun memberi mereka kesempatan untuk mengubah pikiran mereka. Kemudian ketujuh pemuda tersebut bersembunyi ke sebuah gua di sebuah gunung. Di perjalanan, seekor anjing gembala yang diberi nama Qithmir mengikuti mereka sampai ke gua. Allah ﷻ kemudian menutup telinga mereka dan membuat mereka tertidur lelap, sementara anjingnya berjaga di mulut gua.
Mengetahui hal tersebut Decius memerintahkan prajuritnya untuk mencari mereka. Maka saat bala tentara Kaisar menemukan para pemuda itu sedang terlelap dalam gua tersebut, mereka menimbun gua itu agar penghuninya mati terkubur. Akan tetapi diantara mereka ada seseorang yang beriman bernama Baidarus namun merahasiakan keimanannya, menulis nama para pemuda tersebut beserta kronologi kisah mereka para sebuah Inskripsi dari timah yang disebut Raqim untuk mengenang mereka lalu dimasukkan ke dalam kotak tembaga dan disusupkan ke sela lubang gua.
Waktu pun berlalu, kaisar Decius yang lalim akhirnya mati dan digantikan oleh raja yang beriman. Saat raja yang beriman tersebut memerintah, di antara masyarakatnya muncullah sekte yang menolak kebangkitan jasad setelah kematian. Hal tersebut membuat sang raja terganggu sehingga beliau memohon kepada Allah ﷻ agar diberi hujjah agar dapat membantah argumen pengusung aliran ini. Maka Allah ﷻ membangkitkan ketujuh pemuda yang tertidur di dalam gua sebagai jawaban dari doa kaisar. Sebelumnya penutup gua itu dibongkar oleh pemilik tanah bernama Adliyas yang tidak menyadari keberadaan para pemuda tersebut di dalamnya untuk digunakan sebagai kandang ternak. Hingga saat para pemuda itu terbangun, mereka terkejut karena kuku dan rambut mereka memanjang.
“berapa lama kita tidur di tempat ini?” tanya salah seorang diantara mereka.
Seorang yang lainnya menjawab, “kurasa kita disini sehari atau setengah hari.”
Ketujuh pemuda tersebut tidak menyadari bahwa mereka telah tidur 300 tahun atau 309 tahun menurut penanggalan Qamariyah. Kemudian para pemuda itu mengutus Tamlikha untuk membeli roti ke kota, mereka juga menasihati Tamlikha agar berhati-hati supaya penyamarannya tidak diketahui oleh khalayak ramai yang nantinya akan memaksa mereka untuk menjadi penyembah berhala. Namun setibanya di kota, Tamlikha terheran-heran melihat keadaan kota yang berubah, seolah dia berada di negeri lain. Saat membeli roti, diserahkannya uang perak dari zaman Decius memerintah kepada tukang roti. Tukang roti tersebut kaget lalu Bertanya, “darimana kau mendapat simpanan raja-raja dahulu?”
Tukang roti itu curiga Tamlikha telah menemukan harta Karun atau mencuri simpanan raja terdahulu. Para pedagang di pasar itu semuanya memperhatikan Tamlikha yang disangkanya menemukan harta Karun, mereka memaksa Tamlikha menunjukkan dimana dia menyimpan harta karun itu sehingga keributan akhirnya terjadi. Karena hal itu Tamlikha ditangkap kemudian dibawa menghadap administrator kota untuk diinterogasi. Ketika Tamlikha memperlihatkan uang peraknya ke hadapan administrator, ia pun ditanya:
“Dari mana engkau mendapat uang itu?”
“Uang ini saya bawa dari kota ketika kami bersembunyi ke gua dari raja karena dia akan membunuh saya bersama teman-teman saya lantaran tidak mengikuti agama kaisar.” jawab Tamlikha.
Mendengar hal tersebut, Sang administrator yang juga menjabat sebagai pemuka agama teringat legenda para pemuda yang hilang karena mempertahankan iman mereka. Dengan penuh haru sang administrator memberi kabar kepada kaisar perihal kejadian ini. Lalu orang-orang berbondong-bondong datang ke gua para pemuda tersebut bersama kaisar. Betapa gembiranya mereka melihat ketujuh pemuda itu di dalam gua, Sang pemuka agama lalu mengambil Raqim yang terdapat di sisi gua mencocokkan nama – nama pemuda itu beserta kronologi kejadian yang menimpa mereka. Kejadian ini pun menjadi bukti bahwa kebangkitan jasad setelah kematian di hari kiamat adalah kebenaran, dengan demikian gugurlah pendapat para penganut aliran sesat yang tidak mempercayai hari berbangkit.
Akan tetapi, setelah itu ketujuh pemuda tersebut mengucapkan selamat tinggal karena tugas mereka dirasa telah selesai. Pemuda-pemuda itu ingin menghadap Allah ﷻ menjadi syuhada, kemudian mereka berbaring dan Allah ﷻ pun memanggil ruh mereka. Kaisar dan rakyatnya merasa sedih kehilangan mereka, lalu jenazah mereka dikafani dengan kafan raja sendiri. Awalnya kaisar akan membuatkan peti bertahtakan Emas untuk masing masing pemuda, namun kaisar bermimpi para pemuda menolaknya. Kemudian di atas gua mereka didirikan sebuah tempat ibadah untuk mengenang ketujuh martir ini.
Kisah Ashabul Kahfi yang banyak dikutip oleh para Mufassirin tampaknya merujuk kepada Tujuh pemuda Efessus (Seven Sleeper of Ephesus) yaitu Maksimilianus, Jamblikus, Martinianus, Yohanes, Dionisius, Eksakustodianus dan Antoninus yang bersembunyi ke gua di gunung Okhlonos dari kejaran tentara Kaisar Decius. Mereka lalu tertidur di sana hingga bangun kembali pada masa pemerintahan kaisar Theodosius II setelah peternak bernama Adolios membongkar timbunan batu di gua mereka untuk kandang domba. Nama ketujuh pemuda ini memiliki versi berbeda-beda, tetapi yang sering muncul adalah Maksmilianus, Jamlikhus, Dionisius, dan Martinianus. Pantaslah jika Al-Qur’an memerintahkan agar mengembalikan pengetahuan tentang jumlah para pemuda itu kepada Allah ﷻ (QS. Al-Kahfi: 22).
Dewasa ini, berkembangnya pengkajian sejarah yang semakin pesat menyingkapkan fakta-fakta lain tentang Ashabul Kahfi. Berbagai penemuan arkeologi mulai mengungkap kemungkinan lain yang lebih kuat mengenai siapa Ashabul kahfi ini dan lokasi-lokasi lain yang mendekati catatan sejarah yang lebih tua. Tim ahli Tafsir Al-Qur’an di Mesir dalam Tafsir Al-Muntakhab menyatakan bahwa pemuda-pemuda Ashabul Kahfi beragama Yahudi yang ditindas pada saat kaisar Hadrianus berkuasa (117-138 M.) dan menekankan kembali Helenistik Kepada penganut Yahudi. Pendapat ini cukup masuk akal karena cerita ini minta ditanyakan oleh rabi Yahudi, serta gua Ashabul Kahfi yang otentik berdasarkan penelitian Rafiq Wafa Ad-Dajani berada di Amman Yordania, bukan di Effesus Turki. Rashid Iqbal dalam jurnalnya juga menjelaskan bahwa kelompok Yahudi ini berasal dari sekte Esseni yang biasa tinggal di Gua-gua.
Mengenai kisah tersebut kita kembalikan hakikatnya kepada Allah ﷻ, dan mengambil ibrah dari kisah ashabul Kahfi ini bahwasanya Allah ﷻ Maha berkehendak atas segala sesuatu yang bahkan bertentangan dengan akal manusia yang dhaif ini. Wallahu A’lam Bisshawab.
Referensi:
- Departemen Agama Republik Indonesia. 2009. Al Qur’an Transliterasi Latin dan terjemahnya. Jakarta: PT. Suara Agung.
- Grysa, Bartlomeij. 2010. The legend of Seven Sleeper of Ephesus in Syria and Arab Sources. Jurnal Orientalia Christiana Cracoviensia No. 2 Hal. 45-59.
- Ibn Katsir, Abu Fida’ Ismail. 1992. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim vol. I. Riyadh: Maktabah Dar As-Salam.
- Sanusi, KH. Ahmad. 1987. Tafsir Raudhatul Irfan fi Ma’rifatil Qur’an. Sukabumi: Yayasan Asrama Pesantren Gunung Puyuh Sukabumi.
- Shihab, Prof. Dr. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah vol. 8. Jakarta: Lentera Hati.