Oleh: Muhammad Laili Al-Fadhli
Bismillaah. Apa yang kami ketahui, bahwa untuk jarak terdekat ke Nabi shallallaahu ‘alayhi wa sallam (sanad ‘aliy), untuk saat ini adalah 27 orang. Artinya orang yang masih hidup pada masa kini adalah orang yang ke 28. Dengan penghitungan dimulai dari Nabi sebagai titik awal, para Sahabat no. 1, Tabi’in no. 2, Tabi’ut Tabi’in no. 3, dan seterusnya.
Untuk mengetahui berapa jarak kita dengan Nabi, maka cukup perhatikan berapa jarak dari kita atau guru kita ke Al-Imam Ibnul Jazariy. Karena hampir dapat dipastikan bahwa jalur periwayatan Qiraat kontemporer selalu melalui Al-Imam Ibnul Jazariy. Walaupun ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa ada jalur selain melalui beliau, namun jalur tersebut masih diperbincangkan keabsahannya.
Jarak dari Al-Imam Ibnul Jazariy sendiri ke Nabi sudah beliau catat sendiri dalam kitab-kitab beliau, dan jarak terdekat dari beliau ke Nabi adalah 15 orang. Artinya, Al-Imam Ibnul Jazariy adalah orang ke-16 dari Nabi yakni beliau mendapatkan ijazah Qiraat dari:
15. Abu Muhammad Abdurrahman Al-Baghdadi, dari
14. Abu Abdillah Muhammad bin Abdil Khaliq, dari
13. Abul Hasan Ali bin Syuja’ menantu Asy-Syathibi, dari
12. Abu Muhammad Al-Qasim bin Fiyrruh Asy-Syathibi, dari
11. Abul Hasan Ali bin Hudzail, dari
10. Abu Dawud Sulaiman bin Najah, dari
9. Abu Amr ‘Utsman Ad-Dani, dari
8. Abul Hasan Thahir bin Ghalbun, dari
7. Abul Hasan ‘Ali Al-Hasyimi, dari
6. Abul ‘Abbas Ahmad bin Sahl Al-Usynani, dari
5. Abu Muhammad ‘Ubaid bin Ash-Shabah (Thariq), dari
4. Abu ‘Amr Hafsh bin Sulaiman (Rawi), dari
3. ‘Ashim bin Abin Najud Al-Kufi (Qari), dari
2. Abu Abdirrahman Abdullah bin Habib As-Sulami (Tabi’in), dari
1. Beberapa orang Sahabat Nabi di antaranya: ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Utsman bin ‘Affan, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, dan ‘Ubay bin Ka’b, mereka semua dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam dari Rabbnya ‘Azza wa Jalla, melalui perantara Malaikat Jibril ‘Alayhis Salam.
Jalur ini tidak ada perselisihan di kalangan para Ulama, apalagi memang disebutkan langsung oleh Al-Imam Ibnul Jazari dalam beberapa kitabnya.
Kemudian jalur di bawah Al-Imam Ibnul Jazariy yang kebanyakan beredar untuk saat ini adalah melalui murid beliau:
17. Ahmad bin Al-Asad Al-Umyuthi, kemudian ke
18. Muhammad bin Ibrahim As-Samadisi, ke
19. Ali bin Muhammad Ghanim Al-Maqdisi, ke
20. Abdurrahman Al-Yamani, ke
21. Muhammad bin Qasim Al-Baqari, ke
22. Abus Samah Al-Baqari, ke
23. Abdurrahman Al-Ujhuri, ke
24. Ibrahim Al-‘Ubaidi.
Kebanyakan sanad Qiraat kontemporer yang banyak beredar adalah melalui jalur beliau.
Dari beliau, yang tinggi di Mesir adalah ke murid beliau:
25. ‘Ali Al-Haddadi, ke
26. ‘Abdullah bin Abdil ‘Azhim, ke
27. Al-Fadhili ‘Ali bin Abi Layla, ke
28. Beberapa orang muridnya. Di antara yang terkenal: Muhammad ‘Absi, Muhammad Yunus Al-Ghalban, Mishbah Wadn Ad-Dasuqi, dan Muhammad Al-Badawi.
Merekalah pemegang sanad tertinggi untuk saat ini, karena kami belum mengetahui sampai saat ini ada Ulama lain yang masih hidup yang jaraknya lebih dekat dari mereka (yang sejajar dengan Al-Fadhili bin Abi Layla).
Adapun untuk wilayah Syam, dari Al-‘Ubaidi, yang terkenal adalah melalui murid beliau:
25. Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki, ke
26. Ahmad Al-Hulwani Al-Kabir, ke
27. Muhammad Al-Hulwani, ke
28. Bakri Ath-Tharabisyi.
Untuk wilayah Syam, tidak lagi ditemukan ulama yang masih hidup yang satu tingkat dengan Ath-Tharabisyi, para ulama yang setingkat dengan beliau diketahui telah wafat. Adapun ulama Syam yang masih hidup saat ini berada di urutan ke 29, di antaranya adalah Kurayyim Sa’id Rajih dan Ayman Rusydi Suwaid.
Jadi, apabila kita menemukan ada sebagian orang yang mengatakan sanad ke sekian dan sekian, lalu kita menemukan adanya kejanggalan, maka silakan telusuri siapa gurunya, dan guru dari gurunya. Kemudian urutkan silsilah tersebut secara tepat dan benar. Jangan sampai ada nama yang hilang atau justru ada nama yang berulang, atau nama yang satu tingkat dianggap berada pada tingkatan yang berbeda.
Setelah kita menemukan jalurnya, maka silakan hitung sendiri berapa jaraknya dari Nabi, sehingga dapat dibuktikan pengakuan tersebut benar atau tidak.
Semoga Allah memberikan kita kemampuan dan kekuatan untuk senantiasa amanah dalam meriwayatkan. Wallahu a’lam.