Inilah Waktu-waktu Terbaik Untuk Membaca dan Menghafal Al-Qur’an

Inilah Waktu-waktu Terbaik Untuk Membaca dan Menghafal Al-Qur'an

Fatwapedia.com – Aktifitas menghafal Al-Qur’an membutuhkan konsentrasi dan suasana yang kondusif. Maka memahami waktu-waktu terbaik untuk menghafal Quran menjadi penting untuk diketahui. Sebab Al-Quran berisi tentang kebaikan dan sebenarnya tidak ada batasan waktu untuk membacanya. Semua waktu baik untuk menghafal Quran. Semua waktu baik untuk Alquran. Semua tempat baik untuk membaca Al-Quran, asalkan berada di tempat yang suci. 

Meskipun begitu, tentu kita ingin membaca Al-Quran dengan nyaman tanpa gangguan. Waktu-waktu luang untuk membaca Al-Quran dapat menjadi pembahasan menarik untuk dipraktikkan.

Boleh-boleh saja apabila kita memilih dan menetapkan waktu terbaik versi masing-masing diantara kita agar bisa lebih istiqomah dan nyaman membacanya. Waktu yang biasanya dapat diluangkan untuk menghafal dan memuraja’ah bacaan Al-Quran ini merupakan.

Misalnya pada saat penulis nyantri di Mbah Kyai Haji Muntaha Al-Hafidz pimpinan pondok pesantren Al-Asy’ariyyah Kalibeber Wonosobo, beliau mewajibkan kepada santrinya agar tidak lepas dari Al-Quran pada waktu ba’da Maghrib sampai Isya’. Begitu pula waktu-waktu lainnya santri diupayakan agar senantiasa mengaji baik didampingi guru maupun muraja’ah pribadi.

Para ulama terdahulu sering memanfaatkan waktu untuk berinteraksi dengan Al-Quran. Membacanya mempelajarinya dan sesuatu yang berkaitan dengan adab terhadap Al-Quran. Apabila tidak meluangkan waktu maka waktu untuk Al-Quran tidak akan pernah ada. Kitalah yang harus menyediakan diri pada waktu dan tempat yang khusus.

Berikut ini akan diuraikan secara terperinci peluang waktu yang dinilai sebagai waktu terbaik untuk membaca dan menghafal Al-Quran. 

1. Disaat Shalat

Menurut kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalati Al-Qur’an karya Imam Nawawi menjelaskan mazhab Syafi’i dan mazhab yang lain berpendapat bahwa , “Waktu terbaik untuk membaca Al-Qur’an yaitu saat shalat”.

عَن اَبِي هُرَيرَةَ رَضيِ اللٌهُ عَنهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلُي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلَمَ اَيحُبُ اَحَدُكُم اِذَا رضجَعَ اِلي اَهلِه اَن يَجدَفِهِ ثَلآثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانِ قُلنَا نَعَم قَالَ فَثَلآثُ ايَاتٍ يَقُراُبِهِنٌ اَحَدُكُو فِي صَلآته خَيرٌلَه مِن ثَلآثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ. (رواه مسلم).

Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bertanya kepada kami, “Sukakah salah seorang diantara kalian apabila kembali ke rumahnya mendapati tiga ekor unta betina yang hamil dan gemuk.” Kami menjawab, “Tentu kami menyukainya.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Tiga potong ayat yang kamu baca dalam shalat adalah lebih utama daripada tiga ekor unta betina yang hamil dan gemuk.” (Hr. Muslim).

2. Di waktu Sepertiga Malam

Saat doa mustajab diantaranya yaitu waktu sepertiga malam. Hal ini juga berdasarkan wahyu bahwa bacaan Al-Quran akan lebih berkesan manakala membacanya pada malam sepertiga akhir. Bacaan Al-Quran akan lebih membekas bagi pembacanya. Terlebih apabila bacaan Al-Quran tersebut dihafalkan.

Pertama, pahala orang yang membaca sepuluh ayat, orang itu tidak akan dicap lalai.

 حَدَّثَنَا تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَالَ مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ فِي لَيْلَةٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنْ الْغَافِلِينَ

Dari Tamim Ad Dari dia berkata, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat pada malam hari, maka dia tidak akan dicatat termasuk golongan orang-orang yang lalai.”

Kedua, membaca 100 ayat dalam semalam akan tergolong orang yang taat.

 حَدَّثَنَا ابْنِ عُمَرَ قَالَ مَنْ قَرَأَ فِي لَيْلَةٍ بِمِائَةِ آيَةٍ كُتِبَ مِنْ الْقَانِتِينَ

Dari Ibnu Umar dia berkata, “Barangsiapa yang membaca seratus ayat pada malam hari, maka dia dicatat termasuk golongan orang-orang yang taat.” 

Ketiga, membaca Alquran 500 hingga seribu ayat dalam satu malam.   

 حَدَّثَنَا أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ مَنْ قَرَأَ فِي لَيْلَةٍ عَشْرَ آيَاتٍ كُتِبَ مِنْ الذَّاكِرِينَ وَمَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ كُتِبَ مِنْ الْقَانِتِينَ وَمَنْ قَرَأَ بِخَمْسِ مِائَةِ آيَةٍ إِلَى الْأَلْفِ أَصْبَحَ وَلَهُ قِنْطَارٌ مِنْ الْأَجْرِ قِيلَ وَمَا الْقِنْطَارُ قَالَ مِلْءُ مَسْكِ الثَّوْرِ ذَهَبًا

Dari Abu Sa’id Al Hudri dia berkata, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat pada malam hari, maka dia tidak dicatat termasuk orang-orang yang berdzikir, dan barangsiapa yang membaca seratus ayat, maka dia dicatat termasuk orang-orang yang taat, serta barangsiapa yang membaca lima ratus sampai seribu ayat maka pagi harinya dia akan mendapatkan satu qinthar pahala. Ditanyakan; Berapa satu qinthar itu? Ia menjawab, “Emas sepenuh (wadah sebesar) kulit sapi jantan atau kira-kira 70 ribu dinar.

3. Setelah Shalat Subuh

Waktu penting lainnya untuk membaca Al-Qur’an adalah setelah fajar. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah mendoakan pagi untuk umatnya. “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya” (HR. Tirmidzi).

Setelah shalat subuh merupakan waktu yang nyaman untuk menghafal Al-Quran. Mengakhirkan diri dari pulang shalat berjamaah dengan membaca Al-Quran tentu akan lebih indah. Adapun tidur kembali setelah shalat shubuh merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu, yang terbaik apabila tidak ada aktivitas pekerjaan lain maka bacalah Al-Quran.

Menghafal Al-Quran di waktu subuh juga sangat baik untuk menambah hafalan baru. Adapun muraja’ah lebih baik menjelang tidur atau ba’da Isya.

Nabi Muhammad SAW juga meminta kepada umatnya agar berdzikir setelah menunaikan sholat Subuh. Rasulullah SAW bersabda: 

مَن صلى الفجرَ في جماعةٍ، ثم قَعَد يَذْكُرُ اللهَ حتى تَطْلُعَ الشمسُ، ثم صلى ركعتينِ، كانت له كأجرِ حَجَّةٍ وعُمْرَةٍ تامَّةٍ، تامَّةٍ، تامَّةٍ

“Siapa yang sholat Subuh berjamaah, kemudian duduk, berdzikir sampai matahari terbit, lalu shalat dua rakaat, itu seperti pahala haji dan umroh.” (HR At-Tirmidzi dari Anas bin Malik).

Jadi membaca Al-Qur’an dari subuh sampai matahari terbit adalah alasan untuk mendapatkan pahala haji dan umroh. Karena sebaik-baik dzikir  adalah membaca Al-Qur’an.

4. Setelah Qailullah/Tidur Siang

Tidur siang yang singkat dapat mengembalikan kesegaran tubuh dan otak setelah dibebani dengan  aktivitas  pagi. Oleh karena itu, setelah tidur siang, keadaan tubuh menjadi segar kembali dan dapat digunakan untuk menghafal lebih lanjut atau pengulangan sederhana.

Menurut para ulama, tidur siang tidaklah wajib. Artinya tidak berdosa ketika tertinggal, hanya mereka yang dapat mencapainya dan memiliki kesempatan untuk mencapainya. Meskipun dikatakan oleh Rasulullah sebagai berikut,

Dalil yang menganjurkan tidur qailulah (tidur siang) adalah hadits dari Annas Radhiyallahu anhu, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam menyatakan:

قِيْلُوْا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ

“Tidurlah qailulah (tidur siang) karena setan tidaklah mengambil tidur siang.” (HR. Abu Nu’aim)

Apa manfaat Qailulah?

Imam Asy Syirbini Al Khatib mengatakan Qailulah tidur di depan Zawal (matahari terbenam ke barat). Ini seperti sahur bagi mereka yang berpuasa. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, 34: 130). Artinya, tidur siang ini meningkatkan aktivitas ibadah.

5. Setelah Shalat Fardu di Masjid 

Luangkan waktu tiga puluh menit atau satu jam setelah berdoa untuk  membaca atau mengulang hafalan muroja’ah, karena biasanya rasa ingin mengulang masih ada. 

Ini adalah salah satu cara paling produktif dan jika kita ingin meluangkan waktu untuk menambah atau mengulang hafalan Al-Quran, insya Allah kita akan merasa nyama menghafal Al-Quran di masjid. Apalagi apabila ada guru yang siap menjelaskan tadabbur dan tafsir Al-Quran, tentu akan menambah pengalaman yang mengensankan dengan pahala yang berharga

عَن عُقبةً بنِ عَامِرٍ رَضيِ اللٌهٌ عَنهٌ قَالَ خَرَجَ عَلَينًا رَسُولٌ اللٌه صَلْي اللٌه عَلَيهِ وَسَلٌمَ وَنخَنُ فيِ الصفٌةِ فَقَالَ اَيٌكُم يُحبٌ اَن يَغدُ وَ كُلٌ يَومٍ اِلي بُطحَانَ اَواَلى الَعقَيقَ فَيَاٌتيِ بِنَاقَتَينِ كَومَاوَينِ فِي غَيِر اِثمٍ وَلآ قَظيعَةِ رَحَمٍ فَقُلنَا يَارَسُولَ اللٌهِ كُلٌنَا نُحِبٌ ذَالِكَ قَالَ اَفَلآ يَغدُو اَحَدُكُمَ اِلَى المسَجِدِ فَيَتَعَلَمَ اَوفَيَقَرٌاَ ايَتَينِ مِن كِتَابِ اللٌه خَيرٌلَه مِن نَاقَتَينِ وَثَلآثُ خَيرُلَه مِن ثَلآثٍ وَاَربَعُ خَيرُلَه من اربع ومن اعدادهن من الأبل .(رواه مسلم وابو داوود).

Dari Uqbah bin Amir RA, ia menceritakan, “Rasulullah SAW Datang menemui kami di shuffah, lalu beliau bertanya, ‘Siapakah di antara kalian yang suka pergi setiap hari ke pasar Buthan atau Aqiq lalu ia pulang dengan membawa dua ekor unta betina dari jenis yang terbaik tanpa melakukan satu dosa atau memutuskan tali silaturahmi?’ Kami menjawab, ‘Ya Rasulullah, kami semua menyukai hal itu.’ Rasulullah SAW Bersabda, ‘Mengapa salah seorang dari kalian tidak ke masjid lalu mempelajari atau membaca dua buah ayat Alquran (padahal yang demikian itu) lebih baik baginya daripada dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta betina, dan begitu pula membaca empat ayat lebih baik baginya daripada empat ekor unta betina, dan seterusnya sejumlah ayat yang dibaca mendapat sejumlah yang sama dari unta-unta.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

6. Waktu Antara Maghrib dan Isya

Sudah menjadi tradisi bagi umat Islam  Indonesia untuk selalu membiasakan  membaca Al-Qur’an setiap menjalankan ibadah Magrib. Tradisi ini juga biasa dilakukan melalui penghafalan Al-Qur’an. 

Merupakan kebijakan yang sangat mulia untuk membiasakan membaca Al-Qur’an setelah Magrib, terutama bagi mereka yang sudah memiliki anak. Paling tidak, setelah ibadah Magrib, mulailah membatasi akses hiburan. mematikan televisi, sita smartphone dari anak-anak, dll. Beritahu mereka untuk membaca Al-Quran setelah ibadah Magrib sebelum menyentuh apapun sebab ba’da maghrib setan berkeliaran.

Kata جُنْحُ اللَّيْلِ (awal malam) maksudnya adalah awal malam setelah terbenamnya matahari yakni ba’da maghrib. Riwayat Muslim terdapat hadits:

«لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشـيكُمْ، وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ، حَتَّى تَذهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ، فَإِنَّ الشـياطِينَ تَنْبَعِثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ»

“Jangan lepaskan hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sampai berlalunya awal isya karena para setan berkeliaran antara waktu terbenamnya matahari sampai berlalunya awal isya.” (HR. Muslim).

7. Pada Waktu-Waktu Luang

Mereka yang benar-benar berniat untuk menghafal Al-Qur’an harus mampu untuk terlibat aktif dalam memanfaatkan waktu-waktu luang untuk Al-Qur’an. Kita harus berusaha untuk menahan diri dari aktivitas yang berpotensi mengabaikan Al-Qur’an.

Mulai sekarang, kita perlu belajar bahwa banyak waktu  yang terbuang percuma, tetapi jika kita memanfaatkan waktu ini  dengan baik,  kita tentu dapat meningkatkan daya ingat kita  lebih banyak lagi. 

Akhirnya, apa yang saya katakan di atas tentu tidak  mewakili semuanya. Artinya, tenses ini tidak membatasi tenses lain yang bisa digunakan untuk menghafal atau membaca Al-Qur’an.

Tentu saja, tidak semua waktu luang dianggap baik. Saat menunggu di keramaian (misalnya), beberapa orang sulit berkonsentrasi dan tidak bisa mengingat. Sebagian orang masih mengantuk setelah sholat subuh, sehingga bisa jadi sulit jika sudah terbiasa menghafal dan membaca Al-Qur’an. Pada dasarnya kenyamanan dan ketepatan penggunaan waktu  bersifat subjektif tergantung pada kondisi masing-masing individu. 

Mengenali 7 Waktu Terbaik untuk Membaca dan Menghafal Al-Quran menjadi penting untuk dikaji ulang dan dipraktikkan sebagiannya. Tidaklah harus seluruhnya karena tentu saja kita harus menjalani kehidupan sehari-hari. Namun yang tidak boleh ditinggalkan yaitu antara waktu Maghrib dan Isya, sebagaimana telah dijelaskan.

Semoga Allah memberkahi seluruh waktu hidup kita dengan Al-Quran. Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin.

Sumber: Hafalan Qur’an 

Leave a Comment