Karomah dan Keistimewaan Umar Bin Khattab

Karamah dan Keistimewaan Umar Bin Khattab

Fatwapedia.com – Menurut Ibnu Hajar Al-‘Asqalâni dalam Taqrîb at-Tahzîb, nama lengkap sahabat Umar adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rayâh bin Abdillah bin Qurath bin Razâh bin ‘Adi bin Ka’ab al-Qurasyi al-‘Adawy. Julukan beliau adalah Abu Hafash dan bergelar al-Faruq. Beliau adalah Amirul Mukminin yang memiliki prestasi gemilang, menjabat selama sepuluh tahun setengah, dan wafat dalam keadaan syahid pada hari Rabu bulan Dzul Hijjah tahun ke dua puluh tiga Hijriyah.

Manaqib Umar diabadikan dalam kitab Sahîh Bukhâri, dalam bab Manâqib Umar bin Khattab. Dalam bab tersebut, ada enam belas hadis yang diriwayatkan terkait keistimewaan sayyidina Umar yang salah satunya diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Sungguh di antara umat terdahulu terdapat seorang muhaddatsûn (:orang yang ucapan atau kata hatinya menjadi kenyataan), apabila umatku ada yang demikian, maka dia adalah Umar.”

Semasa hidupnya Umar bin Khattab memiliki banyak karamah, dan berikut adalah lima karamah Umar bin Khattab sebagaimana dijelaskan dalam tafsir ar-Râzi,

Pertama, suatu hari Umar mengutus pasukan ekspansi ke Persia, dan yang di percaya sebagai pemimpin pasukan adalah Sâriyah bin Hushâin (dalam riwayat lain Sâriyah bin Zunaim), pasukan tersebut kemudian terlibat pertempuran di sebuah lembah di Nahawand (:wilayah Iran) dan hampir saja mengalami kekalahan karena kekuatan musuh sangat besar, dan bersebelahan dengan lembah itu terdapat gunung.

Pada waktu bersamaan, Umar yang sedang berkhutbah di Masjid Madinah terbuka mata hatinya (mukasyafah) sehingga bisa melihat kejadian tersebut. Umar langsung memberikan komando, berteriak: “Wahai Sâriyah! Menyingkir ke arah gunung, ke arah gunung.” Teriakan sayyidina Umar itu terdengar oleh Sâriyah dan pasukannya. Mereka kemudian menyingkir ke arah gunung dan menyerang musuh dari satu arah. Pertempuran itu akhirnya dimenangkan pasukan muslim dan berhasil mendapatkan banyak harta rampasan perang.

Kedua, diceritakan, pada masa jahiliyah sungai Nil setiap satu tahun sekali airnya berhenti, tidak mengalir sebelum penduduk setempat menenggelamkan seorang gadis cantik ke dasar sungai tersebut sebagai tumbal.

Ketika agama Islam sudah sampai ke Mesir, ‘Amr Bin ‘Ash mengirim surat kepada Umar untuk menceritakan kondisi tersebut. Menanggapi surat dari ‘Amr, Umar kemudian menuliskan sebuah kalimat di atas kertas, “wahai Nil! Apabila engkau mengalir atas perintah Allah maka mengalirlah, dan jika engkau mengalir dengan kehendakmu sendiri maka kami sama sekali tidak membutuhkanmu.” Tulisan tersebut kemudian dilemparkan ke sungai Nil, dan sejak itu ia tidak pernah berhenti mengalir.

Ketiga, ketika di Madinah terjadi gempa, Umar langsung memukulkan cambuknya di muka bumi sambil berkata, “Diamlah dengan izin Allah.” Seketika gempa berhenti, dan setelah itu di Madinah tidak lagi terjadi gempa.

Keempat, terjadi kebakaran di sebagian perumahan kota Madinah. Umar lantas menuliskan kalimat pada secarik kertas, “Wahai api tenanglah dengan izin Allah”. Kertas itu kemudian dilemparkan ke dalam api yang membara, dan Masyaallah, seketika api pun padam.

Kelima, dikisahkan ada delegasi dari raja Romawi datang ke Madinah untuk menemui Umar. Ia lantas mencari-cari Rumah Amirul Mukminin, mengira rumah beliau seperti istana para raja. Penduduk Madinah kemudian memberi tahu bahwa rumah Umar tidak semewah itu, bahkan dia sering berada di padang pasir untuk mencari susu.

Utusan tersebut bergegas mencari Umar di padang pasir dan menemukannya, saat itu ia melihat Umar meletakkan cambuknya di bawah kepala dan tidur di atas hamparan debu. Utusan itupun heran dengan pemandangan tersebut, dan berkata dalam hatinya, “Sungguh, penduduk negeri Timur dan Barat merasa takut dengan laki-laki ini, tapi dia ternyata hanyalah seperti ini. Aku sekarang bertemu dengan dia dalam keadaan sendirian, maka aku akan menghabisinya agar semua orang terbebas darinya.”

Ketika utusan tersebut telah siap mengangkat pedang, tiba-tiba dari dalam bumi Allah mengeluarkan dua ekor singa yang siap menerkam, sehingga utusan itu takut dan menjatuhkan pedangnya. Umar pun terbangun dan tidak melihat kejadian tadi, lalu bertanya kepada utusan tersebut kenapa bisa sangat ketakutan. Utusan itu kemudian menceritakan semuanya dan kemudian memeluk Islam.

Kondisi sahabat Umar yang semacam itu sebenarnya menjadi karamah tersendiri, bagaimana bisa seorang yang jauh dari kemewahan dan urusan duniawi bisa memiliki kemampuan siasat yang begitu hebat dan disegani di belahan dunia Timur dan Barat, bahkan mampu menundukkan beberapa imperium besar, tentu semua itu adalah wujud karamah agung yang ditampakkan Allah pada diri sahabat Umar. Wallahu’alam bissawab…

Leave a Comment