Fikroh.com – Sering kali orang merasa bangga dengan apa yang berbau Perancis. Katanya orang Perancis romantis romantis. Sehingga dibuat film-film yang mengesankan hal itu, contoh, Eifel I’m in Love dan masih banyak lagi.
Tapi tahukah Anda bahwa Perancis meninggalkan sejarah kekejaman yang luar biasa terhadap negara jajahannya. Ketika melepas nusantara menjadi negara merdeka, Belanda dulu mewajibkan kita membayar hutang perang mereka sebesar 1,13 miliar dolar AS. Anda tidak tahu hal ini? BELAJARLAH SEJARAH! Kita merdeka itu bayar ke Belanda, tahu?!
Adapun Perancis, ketika meninggalkan negara jajahannya Al Jazair, Perancis meninggalkan ranjau darat mematikan bagi kaum muslimin Aljazair. Berapa jumlahnya?
Dari hasil laporan pemerintah Aljazair ke PBB jumlah ranjau darat yang ditanam oleh Perancis mencapai jumlah yang begitu fantastis. 9 JUTA ranjau. Jumlah itu sama dengan jumlah penduduk Aljazair ketika merdeka. Berarti Perancis memang menanam 9 juta ranjau itu untuk 9 juta rakyat Aljazair. Satu ranjau untuk satu orang.
Untuk menyapu bersih ranjau-ranjau yang ditanam oleh pihak Perancis, pemerintah Aljazair harus menghabiskan waktu selama lima puluh tahun. Bisa Anda bayangkan?
Dan sekarang mereka semua seakan-akan melupakan kekejaman tadi, berlagak menjunjung tinggi HAM.
Seburuk-buruk bangkai kau tutup, pasti akan tercium juga.
BIGEARD’S SHRIMPS
Tidak selesai disitu, kebrutalan lainnya dari prancis adalah menjatuhkan hukuman kepada para pejuang Al Jazair dengan cara yang sadis.
Jepang dikenal kejam terhadap negara jajahannya. Tapi kalau Anda membaca sejarah penjajahan Perancis terhadap Aljazair, anda akan dapati kebrutalan yang tidak bisa Anda bayangkan.
Negeri yang dikenal dengan menara Eiffel ini punya teknik tersendiri untuk menyiksa dan mengeksekusi kaum muslimin Aljazair yang berjuang memerdekakan negerinya dari penjajahan.
Walaupun terikat dengan konvensi Geneva yang tidak memperbolehkan menyiksa tawanan, tapi seperti biasa, mereka akan menamai para pejuang ini dengan nama TERORIS untuk melegitimasi penyiksaan atas diri para pejuang ini.
Ternyata jutaan ranjau yang mereka pasang untuk menghabisi penduduk Aljazair, tidak cukup bagi perancis melampiaskan nafsu kebrutalannya, maka untuk menghabisi para mujahidin, setelah ditangkap, para Mujahidin ini akan dijadikan sebagai Bigeard shrimps (udangnya si Bigeard).
Istilah ini diambil dari nama jenderal Perancis ‘Marcel Bigeard’. Dulu para pejuang Aljazair yang ditangkap akan dihukum mati dengan cara dilemparkan dari atas bukit. Tapi ini kurang kejam menurut mereka, karena ternyata keluarga para pejuang ini masih bisa menemukan jenazah dan menguburkannya secara Islami.
Lantas Bigeard pun mengubah cara eksekusinya, agar tidak bisa ditemukan, maka eksekusi para pejuang ini adalah dengan cara dibawa pakai helikopter, kemudian dilemparkan ke laut tengah.
Cara ini ternyata kurang efektif karena banyak dari pejuang kaum muslimin yang bisa bertahan dan berenang kembali ke daratan masyaAllah.
Kemudian Bigeard dapat saran, bagaimana kalau KAKI PARA MUJAHIDIN INI DISEMEN DULU sehingga tidak bisa dipakai berenang. Semen yang mengeras pun akan menjadi pemberat sehingga mereka akan tetap berada di dalam air dan tersiksa perlahan sampai mereka menjumpai kematiannya.
Ide ini pun disetujui Bigerd. Sekitar 3000 pejuang kemerdekaan Aljazair dieksekusi dengan cara ini. Metode penyiksaan ini pun dikenal dengan nama Bigeard Shrimp, udangnya si Bigeard.
Semoga Allah mengampuni para mujahidin dan memasukkan mereka ke dalam surga serta mengadzab para penjajah kejam ini dengan adzab yang pedih.
Penulis: Wira Bachrun, Pemerhati Sejarah Islam dan Nuswantara